Share

Bab 6 - Cermin

"Turunkan aku!" Carla memberontak. Jujur saja dia merasa sangat asing dengan tempat yang di maksud Cruz sebagai rumahnya itu. Lagipula sejak kapan rumah sebagus dan semewah itu menjadi rumahnya? Carla rasa itu semua tidak masuk akal sama sekali.

"Kalau kau terus memberontak, kau bisa jatuh."

"Kalau begitu cepat turunkan aku!" ujarnya lagi. Cruz menghela napas dalam. Ia tidak mendengarkan ucapannya dan terus membawa Carla hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu yang kemudian dia dorong dengan tubuhnya lalu membawa Carla masuk. Wanita itu kian panik saat sadar ruangan yang mereka masuki ternyata adalah sebuah kamar berukuran super besar dengan ranjang yang juga tidak kalah besarnya.

"Kenapa kau membawaku kemari?!" teriaknya. Cruz hanya diam tanpa menjawab. Ia membawa Carla menuju sofa dan mendudukkannya di sana. Begitu berhasil bebas dari Cruz, Carla segera bangkit dan menjauh dari Cruz dengan raut wajah kesal, namun Cruz punya refleks yang lebih cepat. Dalam satu gerkan, lelaki itu menahan tubuhnya untuk bangkit. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau membawaku ke sini?"

"Kenapa kau bersikap seolah kau tidak mengenaliku? Aku ini tunanganmu, ingat? Dan kau memang tinggal di sini. Ini kamarmu!"

"A-apa?" Carla speechless. Ia membelalakkan mata mendengar pengakuan Cruz barusan. "K-kau siapa?"

"Aku tunanganmu! Berhenti bermain-main."

"B-bagaimana mungkin? Kita baru saja bertemu dan kau langsung mengaku sebagai tunanganku? Ini benar-benar tidak masuk akal!"

"Apa maksudmu? Sejak tadi kau bicara seolah-olah kau tidak ingat apapun. Katakan padaku apa yang telah dilakukan oleh si berengsek itu sampai membuatmu tidak ingat apapun begini?" Cruz mencengkram kedua bahunya. Menatap Carla dengan begitu lekat. Carla mendadak diam. Otaknya masih berusaha memproses setiap kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Cruz.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak bisa ingat apa-apa? Dan sebenarnya keadaan macam apa ini? Carla memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Memikirkan semua itu benar-benar membuatnya kebingungan, terlebih tak ada jawaban apapun dari otaknya yang bisa menjawab semua pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Lalu saat berusaha mencerna semua itu, tiba-tiba atensi Carla beralih pada cermin yang tidak sengaja dia sadari. Cermin itu posisinya berada tidak jauh dari tempatnya berada. Begitu menoleh ke arah cermin, tidak butuh waktu lama untuk Carla sadar. Perempuan itu langsung menjerit histeris begitu sadar tubuhnya tidak nampak di cermin. "KYAAA!"

Cruz ikut terkejut saat Carla tiba-tiba menjerit dengan begitu keras. Ia spontan menoleh ke arah cermin yang sama yang dilihatnya. Tapi dia tidak bisa menemukan apapun selain cermin dengan pantulan mereka di dalamnya. "I-itu..." Carla menunjuk ke arah cermin dengan wajah syok.

"Ada apa? Kenapa kau berteriak? Kau baik-baik saja?" tanya Cruz kebingungan bercampur resah. Carla hanya diam. Dia bergerak, dan baru sadar kalau apa yang dilihatnya adalah benar-benar cermin, dan wanita yang dilihatnya adalah dirinya sendiri. Bahkan setiap gerakannya sungguh mirip dengan gerakan yang juga dilakukan oleh wanita itu di cermin. Cermin? Kalau itu benar-benar cermin, wanita itu mengikuti setiap gerakanku? Aku tidak ada di sana, dan aku hanya bisa melihat lelaki itu dengannya. Tapi kalau wanita itu mengikuti setiap gerakanku, berarti...

Carla melihat wanita yang memiliki penampilan seratus delapan puluh derajat berbeda darinya itu. Ia miliki tubuh yang ramping, mata yang indah dengan kulit putih yang begitu mulus, dan wajah yang benar-benar cantik. Carla memegangi wajahnya sendiri, dan terus memperhatikan cermin. Setiap pergerakannya benar-benar sama persis dengan wanita yang dilihatnya. Ini sangat sullit di percaya. Apakah wanita itu sungguh benar-benar aku?

"Carla?" Cruz mulai cemas. Terlebih Carla menampakkan gelagat aneh. Pria itu segera mendekat, menghampiri wanita yang menjadi tunangannya itu. "Katakan padaku apa yang dilakukan oleh si brengsek itu padamu sampai-sampai kau terkejut begitu melihat cermin?" Cruz berdiri tepat di dekatnya, dan Carla bisa dengan jelas melihat amarah yang tertahan di wajahnya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status