Home / Rumah Tangga / Terbelenggu Cinta CEO Kaya / BAB 3 Tidak Ada Pilihan

Share

BAB 3 Tidak Ada Pilihan

Author: Prisma
last update Last Updated: 2023-09-26 14:52:46

Beberapa hari berlalu sejak Arshaka melihat Arseno mencium Varisha di bar, dan suasana di antara mereka menjadi semakin tegang. Malam itu, Arshaka memutuskan untuk menghadapi gadis itu secara langsung dan menawarkan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh Varisha, yaitu pernikahan.

Varisha dengan tegas menolak tawaran yang lebih terdengar seperti perintah itu. Varisha tidak ingin terjebak dalam permainan Arshaka yang tidak mendasar. Namun, setelah penolakan itu, kehidupan Varisha menjadi semakin rumit dan berantakan.

Varisha merasa hancur ketika mengetahui bahwa sebagian uang yang seharusnya digunakan untuk pengobatan adiknya telah diambil oleh ayahnya untuk berjudi. Dia merasa amarah dan keputusasaan merayap dalam dirinya ketika para penagih hutang mulai muncul di depan rumahnya, mengancam akan menyita rumah mereka.

Tidak hanya itu, ketika Varisha pergi ke restoran tempat dia bekerja, manajer restoran memberitahunya bahwa dia telah dipecat. Alasan yang diberikan adalah bahwa insiden dengan Arini dan Arseno telah menimbulkan citra buruk bagi restoran, dan mereka tidak ingin masalah pribadi Varisha menghancurkan bisnisnya.

Dalam keputusasaannya, Varisha akhirnya datang menemui Arshaka di kantornya. Varisha tidak peduli dengan beberapa petugas keamanan yang mencoba menghentikannya di pintu masuk. Tanpa ragu, dia masuk ke dalam ruang rapat tempat Arshaka sedang berada, mengabaikan pandangan bingung semua orang di sana, kecuali Arshaka yang menatapnya dengan dingin. 

Rapat yang sedang berlangsung seketika terhenti. Arshaka, yang duduk di kepala meja rapat, mengangkat alisnya dengan dingin, tetapi dia tidak terlihat terlalu terkejut oleh kehadiran mendadak Varisha. Seolah-olah dia sudah tahu bahwa saat ini akan datang.

Pria itu berdiri dari kursinya dan mengangkat tangannya untuk menghentikan para petugas keamanan yang hendak membawa Varisha keluar. "Biarkan dia masuk," ucap Arshaka dengan suara yang tenang tetapi tegas.

Dengan tangan yang masih terkepal, Varisha menatap Arshaka dengan keras. Dia berdiri tegak, menghadapi pria itu tanpa rasa takut. Di hadapannya, Arshaka bangkit dari kursinya dan berjalan menuju Varisha.

“Ikut saya!” Arshaka menarik tangan Varisha ke ruangannya dengan kasar.

Saat pintu tertutup, Arshaka menghempaskan tubuh Varisha dengan kasar ke sofa yang ada di ruangannya. Dia menatapnya dengan tatapan tajam, sementara Varisha bangkit dan mencengkeram jas pria itu dengan kuat.

Dengan emosi yang membara, Varisha bertanya, "Apa yang sudah Anda lakukan? "

“Apa maksud kamu?” tanya Arshaka dengan suara tenang.

“Saya tahu Anda yang sudah membuat saya dipecat. Kenapa Anda melakukan semua itu?” teriak Varisha dengan putus asa.

Arshaka tersenyum sinis dan mencengkeram tangan Varisha dengan lebih kuat. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahnya, hampir menyentuh bibirnya saat dia berbicara dengan suara rendah, "Jadi, bagaimana rasanya tenggelam dalam rasa keputusasaan, Varisha?”

Varisha menatap Arshaka dengan penuh kebencian. "Apa Anda melakukan semua ini hanya karena ciuman itu, atau karena saya menolak menikah dengan Anda?"

Arshaka mengangkat bahu dengan santai. "Mungkin kedua-duanya," jawabnya dengan nada sarkas.

"Saya hanya menepati ucapan saya untuk menghancurkan kamu kalau kamu tidak mendengar apa yang sudah saya katakan."

Varisha memandang Arshaka dengan geram. "Saya sudah menepati ucapan saya, Saya sudah bertekad untuk menjauhi dia. Tapi, apa yang bisa saya lakukan saat dia terus mencari saya dan memohon agar saya tidak menjauh?"

“Semua ini bukan kesalahan saya. Semuanya hanya kesalahpahaman. Kenapa kalian selalu mengganggu saya?” tanya Varisha lagi dengan geram.

“Selama ini saya sudah mengawasi apa yang kalian lakukan. Kamu pikir kamu bisa membodohi saya?” Dengan gerakannya yang tegas, Arshaka melemparkan beberapa lembar foto ke arah Varisha. Foto-foto itu menunjukkan kedekatan antara Varisha dan Arseno. 

“Bagaimana kamu akan menjelaskan tentang foto-foto ini?” tanya Arshaka.

“Apa yang perlu saya jelaskan? Foto-foto ini tidak berarti untuk saya karena memang saya tidak memiliki hubungan seperti yang Anda tuduhkan.”

“Selama ini saya memiliki alasan tersendiri kenapa saya tidak bisa menjauh dari dia begitu saja. Tapi, itu bukan berarti saya memiliki perasaan yang lebih,” lanjut Varisha dengan tegas.

“Jadi, apa alasannya? Kenapa kamu tidak bisa mendorong dia menjauh meskipun kamu tahu dia sudah menikah?”

“Kenapa kamu tidak menolak saat dia menyentuhmu?” tanya Arshaka sambil melangkah mendekat ke arah Varisha. 

Varisha masih terdiam di tempatnya, ia tampak berpikir sejenak mendengar pertanyaan-pertanyaan Arshaka. Sementara, pria itu mencengkeram kedua bahunya dengan erat seakan memaksa Varisha untuk segera menjawabnya.

“Apa mungkin memang begitu cara kamu ketika merayu seorang pria? Apa kamu mendekatinya karena berpikir pria itu akan memberikan segalanya?” tanya Arshaka lagi dengan ketus.

“Ya, saya akui kalau saya memang wanita simpanannya dan selama ini saya tidak bisa menjauhinya karena dia bisa memberikan saya segalanya. Saya juga sangat menyukai sentuhannya dan saya tidak peduli meskipun dia sudah menikah,” balas Varisha tanpa ekspresi.

“Apa itu kata-kata yang ingin Anda dengar?” tanya Varisha sambil tersenyum pahit.

Arshaka, dalam kemarahannya yang memuncak, mendorong tubuh Varisha ke dinding dengan kasar, membuat jarak antara mereka begitu dekat. Varisha merasa terjebak dan tidak bisa bergerak saat Arshaka semakin mendekatkan tubuhnya. Arshaka masih menatapnya dengan tajam. Dia terus mendekatkan tubuhnya, membuat Varisha tidak bisa menghindar. Kemudian, dengan kasar, Arshaka mencium bibir Varisha dengan penuh nafsu dan tuntutan.

Dengan gerakan cepat, pria itu mengunci kedua tangan Varisha ke atas dengan satu tangan, membatasi gerakannya, sementara tangan yang lain mulai menyusup di antara pakaian gadis itu. Air mata Varisha mulai mengalir, tetapi matanya tetap dipenuhi dengan keteguhan dan kebencian.

Arshaka menyeringai, melepaskan ciumannya dengan kasar, dan menatap Varisha dengan muak. Arshaka masih mendekatkan wajahnya pada Varisha. 

“Apa kamu menyukai sentuhan ini?” tanya Arshaka.

Dengan mata yang penuh emosi, Varisha hanya bisa mengumpat dalam hati sambil menatap Arshaka dengan tajam. "Apa yang Anda inginkan dari saya?"

"Saya hanya ingin menghancurkanmu, Varisha, dan saya akan melakukannya dengan tangan saya sendiri," jawab Arshaka dengan dingin.

"Dan satu-satunya cara  untuk menghancurkanmu adalah dengan menikahimu," jelas Varisha dengan tegas.

"Apa Anda pikir dengan menikahi saya  akan membuat Arseno menjauh?"

Arshaka meraih rambut Varisha dengan kasar dan menariknya ke belakang, membuat gadis itu meringis kesakitan. "Saya akan memastikan tidak ada pria lain yang akan mendekati atau menyentuhmu selain saya. Kamu akan hidup dengan pria yang kamu benci, dan itu akan menjadi hukumanmu."

“Bagaimana kalau saya menolak?” tanya Varisha dengan geram. 

“Itu artinya kamu sudah siap kehilangan segalanya termasuk keluarga yang kamu cintai itu.”

“Jadi, pikirkan baik-baik keputusan apa yang akan kamu ambil,” lanjut Arshaka sebelum mendorong tubuh Varisha dan meninggalkan ruangannya.

“Dasar berengsek!” umpat Varisha dengan kesal sambil melihat punggung Arshaka yang semakin menjauh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 108 Kembali Ke tempat Semula (Tamat)

    Matahari pagi bersinar lembut memasuki ruangan, memberikan sentuhan hangat pada wajah Arshaka yang baru saja terbangun. Saat matanya terbuka perlahan, ia mencoba mengumpulkan ingatan tentang malam sebelumnya. Ruangan masih terasa hangat dan akrab, sementara aroma malam yang terakhir kali ia rasakan masih melayang di udara.Arshaka merasakan sesuatu yang tidak biasa di sekelilingnya. Pandangannya melesat ke lantai, di mana pakaiannya tergeletak dengan keadaan asal-asalan. Ia menyadari bahwa ia masih berada di sofa, terbalut selimut. Serpihan ingatan mulai menyusun diri dalam benaknya, dan tiba-tiba, semuanya menjadi jelas. Malam yang penuh gairah bersama Sophia, ciuman yang membara, dan sentuhan-sentuhan yang melibatkan jiwa dan raga mereka.Arshaka segera mengenakan pakaiannya dengan cepat, seolah-olah ingin melepaskan diri dari kenangan yang begitu intens. Tatapan matanya mengedarkan pandangannya di sekitar ruangan, mencari keberadaan Sophia. Namun, yang ditemukannya hanyalah selemba

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 107 Malam Perpisahan

    Arshaka merasa begitu lelah, hampir seperti semua energinya telah dihisap oleh rutinitas harian yang tak kunjung berakhir. Dengan langkah berat, ia melangkah menuju ruang tamu, melempar tubuhnya di atas sofa dengan begitu lepas. Langit Spanyol sudah menggelap, menciptakan suasana kesunyian sejenak sebelum malam tiba.Dia menutup mata, mencoba untuk melepaskan diri dari segala beban pikiran yang menyertainya sepanjang hari. Namun, ketika ketukan pintu mulai mengejutkan kedamaiannya, Arshaka menggeram kesal. Dia paling tidak suka diganggu ketika sedang lelah seperti ini. Beberapa detik berlalu, dan ketukan itu masih berlanjut tanpa henti, mengganggu istirahatnya yang begitu dia nantikan.Dengan perlahan, Arshaka membuka mata dan menarik napas panjang. Dia berusaha mengabaikan ketukan pintu itu, mengharapkan bahwa orang di luar akan menyadari bahwa dia membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Namun, semakin lama dia mencoba untuk mengesampingkan suara ketukan, semakin tak tertahankan men

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 106 Akhir dari Segalanya?

    Sudah satu bulan sejak Marissa menghilang bersama Sophia. Arshaka masih belum bisa menemukan mereka. Entah di mana Sophia membawa putrinya itu pergi. Rasanya sudah tidak ada lagi ketenangan dalam keluarga mereka. Setiap kali ia melihat Varisha menangis saat masuk ke kamar Marissa, perasaannya pun ikut tersiksa. Apa lagi ketika menemukan secarik kertas yang berisi tulisan tangan Marissa, rasa penyesalan dan bersalah selalu berkecamuk di hati mereka.“Rissa akan baik-baik saja, Ma. Rissa yang meminta Tante Sophia membawa Rissa. Mama dan Daddy harus bahagia. Oh ya, tolong jaga Mama dan adik-adik Rissa ya, Dad. Dan Mama jangan menangis terus. Rissa sayang kalian.”Varisha membaca tulisan itu setiap hari sambil berdoa dalam hatinya agar Tuhan mengembalikan Marissa padanya. “Kenapa akhirnya jadi seperti ini, Mas?” tanya Varisha dengan lirih sambil menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. “Ini akan menjadi urusan saya, Sha. Saya akan mencari Rissa sampai ketemu. Sampai ke ujung dunia pun

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 105 Kembali Hilang

    Langkah Sophia tercekat di depan pintu ruang perawatan Varisha. Wanita itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat agar air mampu menahan air matanya yang sudah berada di pelupuk mata. Pemandangan di hadapannya terasa sangat menyesakkan hatinya. Sophia memang tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tetapi dirinya bisa tahu jika cinta mereka lah yang sedang berbicara. Ia melihat sendiri bagaimana sorot mata penuh cinta yang Varisha berikan pada Arshaka. Meskipun dirinya tidak bisa melihat sosok Arshaka dengan jelas, namun dirinya juga tahu jika pria itu merasakan yang sama.Air mata Sophia sudah tidak mampu terbendung lagi. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, mencoba menahan isak tangisnya agar tidak terdengar. Rasanya begitu sakit ketika melihat pria yang dicintainya mendekap tubuh perempuan lain yang sebenarnya lebih berhak atas pria itu. Sophia berbalik dan melangkah dengan berat, ia hanya ingin menjauh dari tempat itu. Namun, melarikan diri dari sana tidak semudah itu keti

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 104 Tak Sanggup Berpisah

    Bulir-bulir bening di mata Arshaka kembali menetes ketika masuk ke dalam ruang perawatan Varisha. Wanita itu terbaring lemah di ranjangnya, wajahnya sedikit pucat, namun senyumnya yang hangat masih terukir setia di bibir indahnya. “Hey,” sapa Varisha dengan lemah. Binar-binar kerinduan terlihat jelas di matanya ketika melihat wajah pria yang dicintainya mendekat ke arahnya.“Saya ingin memeluk dan menciummu,” ujar Arshaka secara jujur. Tetapi yang dilakukannya hanyalah memegang tangan Varisha dan meremasnya lembut.Varisha tersenyum lembut, dibelainya wajah suaminya dengan segala kerinduannya. Diusapnya sisa-sisa air mata di pipinya. “Bagaimana keadaanmu, Mas?” “Tidak lebih baik tanpa kamu, Sayang. Setiap hari saya selalu menunggu hari ini, hari di mana kita bisa bertemu lagi. Hari dimana saya bisa melihat wajahmu lagi,” lirih Arshaka lalu mencium tangan Varisha dengan penuh kasih sayang.Sebisa mungkin Varisha menahan air matanya agar tidak jatuh. Rasanya tidak ada hukuman yang leb

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 103 Pertanyaan Rissa

    Varisha menoleh ke arah pintu kamarnya saat Marissa masuk dengan raut wajah murung. Raut wajah yang seringkali Varisha lihat ketika Marissa baru saja bertemu dengan Arshaka dan Sophia. Sakit sekali rasanya melihat kesedihan yang terpancar dalam wajah putrinya itu. Namun, tidak ada yang bisa Varisha lakukan selain menabahkan hatinya dan terus memberi perhatian. Meskipun awalnya sulit karena Marissa tidak bisa menerima begitu saja penjelasan Varisha saat itu. Ketika sebulan setelah Marissa sembuh, Arshaka sudah tidak tinggal bersama mereka dan beberapa hari kemudian datang bersama wanita lain.“Kenapa Daddy tidak tinggal lagi bersama kita, Ma? Kenapa Daddy pergi?” tanya Marissa dengan lirih dan kecewa. “Daddy tidak pergi, Rissa. Daddy hanya tidak tinggal lagi bersama kita.” “Tapi kenapa, Ma? Kenapa Daddy tidak mau tinggal di sini?” tuntut Marissa dengan suara meninggi. “Daddy mau tinggal di sini, Rissa. Tapi dia tidak bisa,” teriak Varisha dalam hatinya. “Daddy tidak tinggal di sin

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 102 Tak Dapat Diingkari

    Operasi pencangkokan ginjal itu berlangsung dengan sukses dan lancar. Satu ginjal Sophia sudah berada di dalam tubuh Marissa.Sementara itu keadaan Sophia sudah berangsur membaik pascabedah. Kondisi tubuhnya cepat pulih. Begitu Sophia memperoleh kembali kesadarannya, Arshaka sudah berada di samping wanita itu. Varisha sendiri lah yang memintanya menemani Sophia kalau wanita itu sudah sadar. “Terima kasih, Soph. Terima kasih karena kau telah membantu anakku. Satu ginjalmu sudah berada di tubuhnya.”Sophia tersenyum dengan lemah. Ia sangat senang karena Arshaka lah orang yang pertama kali ia lihat setelah bangun. “Bagaimana keadaannya sekarang?”“Dia belum sadar. Tapi dokter mengatakan kalau dia akan segera pulih.”“Semoga ginjalku diterima baik oleh tubuhnya,” ujar Sophia dengan lemah.“Pengorbananmu tidak akan sia-sia, Soph,” balas Arshaka dengan tenang. Namun tetap saja pria itu tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Pilihan sulit yang Sophia berikan membuatnya tersiksa. Tetapi i

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 101 Pelukan Terakhir?

    Varisha kembali ke rumah setelah seharian menemani Marissa di rumah sakit. Besok adalah hari yang sangat-sangat ditunggu olehnya. Hari tercerah di mana Marissa akan menjalani tahapan baru dalam kehidupannya. Jadi, dirinya memutuskan untuk istirahat karena mertuanya dan Arini yang memaksanya. Awalnya Varisha menolak, tetapi sejak tahu dirinya hamil, Varisha berusaha untuk tidak memaksakan diri dan menjaga kondisinya. Tetapi entah mengapa, hari itu rasanya ia begitu gelisah. Apa lagi saat Arshaka masih juga belum pulang. Pria itu belum memberi kabar, ponselnya tidak aktif, dan Arshaka sama sekali tidak muncul di rumah sakit. Alhasil, Varisha kembali ke rumah dengan taxi. Varisha mencoba memejamkan matanya. Namun, semuanya terasa sia-sia. Pikirannya terlalu berisik, perasaannya tak karuan. Semuanya menjadi serba salah. Pandangannya beralih ke sampingnya, kosong dan dingin. Arshaka sama sekali belum pulang dan tidak dapat dihubungi. Rasa cemas mulai menghampirinya. Varisha langsung me

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 100 Di Antara Pilihan Sulit

    Varisha terus memikirkan kata-kata Sophia yang sangat mengusik benaknya. Tidurnya menjadi tak nyenyak dan gelisah. “Ada apa, Sayang? Susah tidur?” tanya Arshaka yang langsung berbalik ke arahnya. Varisha tidak menjawab dan hanya mengangguk. Arshaka mendekatkan tubuhnya dan membawa tubuh istrinya ke dalam pelukan hangatnya. Kalau biasanya Varisha merasa nyaman dan mungkin langsung tertidur. Kali ini, pelukan itu seakan tidak mempan untuknya. “Kenapa? Masih mikir tentang pendonor Marissa?” tuntut Arshaka seolah menyadari kegelisahan istrinya.Pertanyaan Arshaka membuat Varisha semakin gelisah. “Kamu… kamu sudah tahu siapa yang mendonorkan ginjalnya untuk Marissa?” tanya Varisha sambil menahan suaranya yang gemetar.Arshaka menggeleng pelan. “Masih belum. Rey masih belum kasih kabar.” “Mas…” panggil Varisha lembut. “Iya, Sayang,” balas Arshaka.“Kalau misal suatu saat aku ninggalin kamu… apa yang akan kamu lakukan?” “Jujur dulu saya marah sekali saat kamu meninggalkan saya begitu s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status