Share

BAB 4 Pernikahan

Author: Prisma
last update Huling Na-update: 2023-09-26 14:55:24

Setelah Arshaka meninggalkannya sendiri di ruangannya, Varisha duduk dalam keheningan. Pikirannya dipenuhi oleh pertimbangan dan pertanyaan yang tak terhitung jumlahnya. Dia merenung tentang pilihan yang harus dia buat dan dampaknya terhadap hidupnya dan keluarganya.

Di tengah ketidakpastian, Varisha menyadari bahwa melawan Arshaka dengan caranya sendiri tidak akan menghasilkan apa-apa. Dia tahu dia berada dalam posisi yang sangat lemah menghadapi kekuasaan dan ancaman Arshaka.

Dalam ruangan yang sunyi, Varisha menunggu Arshaka yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Tanpa sadar, kelelahan dan stres membuat matanya terpejam, dan Varisha tertidur dalam sekejap. Ketika dia akhirnya membuka matanya, pandangannya segera tertuju pada sosok Arshaka yang duduk dengan tenang di sofa, tatapannya tajam tak terlepaskan dari wajah Varisha.

“Apa yang masih kamu lakukan di sini?” tanya Arhaka dengan dingin.

Varisha memperhatikan Arshaka dengan cemas saat dia bangun dari tidurnya. Kehadiran pria itu selalu menyiratkan ancaman dan ketegangan.

Varisha menghela napas dan mengusap wajahnya yang letih. "Saya ingin menyampaikan keputusan saya."

“Kamu yakin akan menjawabnya sekarang?” tanya Arshaka dengan acuh tak acuh.

Varisha mengangguk pelan. “Sebanyak apapun waktu yang Anda berikan, saya tahu itu tidak akan berbeda karena sejak awal saya tidak memiliki banyak pilihan.

"Jadi, apa keputusanmu?" tanya Arshaka sambil menyeringai melihat ketidakberdayaan Varisha di hadapannya. 

Varisha berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan tegas, "Saya setuju untuk menikah dengan Anda."

“Tapi sebelum itu ada syarat yang harus Anda penuhi,” lanjut Varisha sambil menatap wajah Arshaka dengan dalam.

Arshaka menyimak dengan ketertarikan yang samar. "Apa syaratnya?"

“Saya akan menerima pernikahan ini asalkan Anda memenuhi janji untuk menjaga keluarga saya," ucap Varisha dengan tegas.

Arshaka mengangkat alisnya dengan ketertarikan. "Keluargamu?"

“Saya tahu Anda pasti sudah menyelidiki tentang saya dan keluarga saya. Anda juga pasti mengetahui tentang kondisi keluarga saya. Untuk itu saya ingin agar Anda membiayai pengobatan adik saya. Dan saya ingin Anda memastikan ayah saya tidak bisa lagi menyakiti mereka," ujar Varisha dengan tegas.

“Apa ada syarat lainnya?” tanya Arshaka sambil memperhatikan wajah Varisha.

Varisha merenung sejenak, memastikan dia telah memikirkan semuanya. "Saya hanya ingin menikah dengan Anda selama dua tahun. Hanya sampai saya menyelesaikan kuliah saya. Setelah itu, saya akan pergi dari kehidupan Anda dan melanjutkan hidup bersama keluarga saya.”

Dalam keheningan ruangan yang diisi dengan ketegangan, Arshaka menatap Varisha dengan tatapan tajamnya. Ekspresi dinginnya tak pernah pudar. Dia merenung sejenak, mempertimbangkan syarat-syarat yang diajukan oleh Varisha.

Arshaka tersenyum dengan sinis. "Baiklah, semua syarat itu akan saya penuhi."

"Tapi ingat, Varisha, selama kita menikah, kamu akan tunduk pada peraturan-peraturan yang saya tetapkan. Tidak akan ada yang berubah tanpa persetujuan saya."

Varisha merasa tidak nyaman dengan sikap dingin dan dominan Arshaka, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak punya banyak pilihan. Ia telah memutuskan untuk mengambil risiko ini demi keluarganya, dan dia akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi komitmennya.

"Saya mengerti," ujar Varisha dengan suara rendah, sementara Arshaka tersenyum dengan penuh kemenangan.

***

Beberapa hari berlalu setelah pertemuan itu, persiapan pernikahan Varisha dan Arshaka mulai berjalan. Varisha merasa tegang dan cemas setiap hari. Dia tahu bahwa hidupnya akan berubah secara drastis, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pada hari pernikahan, Varisha duduk di ruang ganti pengantin, memandangi gaun putihnya yang indah. Ia merasa seperti sedang bermimpi, dan kenyataan bahwa ia akan segera menikah dengan Arshaka masih belum sepenuhnya terserap dalam pikirannya.

Ketika saatnya tiba, Varisha berjalan di lorong menuju altar dengan langkah yang gemetar. Gaun putihnya membuatnya terlihat anggun dan cantik, tetapi matanya masih mencerminkan ketidakpastian dan kecemasan. Seluruh ruangan gereja nampak sepi, hanya ada beberapa orang yang datang sebagai saksi pernikahan mereka. Bahkan keluarga dari kedua belah pihak tidak hadir, karena mereka telah setuju untuk merahasiakan pernikahan ini untuk sementara waktu.

Sementara itu, Arshaka sudah menunggu di altar dengan ekspresi wajah yang tenang. Dia tampak seperti pria yang meraih kemenangan besar, dan senyum dinginnya tidak pernah lepas dari bibirnya. Arshaka mengenakan setelan jas hitam yang elegan, menciptakan kontras dengan gaun putih Varisha.

Saat mereka berdiri berdampingan, pendeta yang akan memimpin pernikahan itu mulai berbicara, sementara Arshaka dan Varisha berdiri berdampingan, tetapi tidak bersentuhan. Kedua pengantin mendengarkan kata-kata pendeta dengan cermat, meskipun hati mereka dipenuhi dengan perasaan yang berbeda. 

Pendeta mengambil langkah maju, memandang Arshaka dan Varisha dengan tulus. 

Pendeta mulai dengan kata-kata sakral, "Apakah kamu, Arshaka Diaksara, bersedia mengambil Varisha Octavia sebagai istrimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam kekayaan dan kekurangan, dalam kesehatan dan sakit, dalam kebahagiaan dan kesedihan, selama kamu hidup?"

"Ya, saya bersedia," jawab Arshaka dengan tegas.

Kemudian, pendeta mengalihkan pandangannya ke Varisha dan memberi pertanyaan, "Apakah kamu, Varisha Octavia, bersedia mengambil Arshaka Diaksara sebagai suamimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam kekayaan dan kekurangan, dalam kesehatan dan sakit, dalam kebahagiaan dan kesedihan, selama kamu hidup?"

Varisha merasa keraguan dalam hatinya, tetapi dia tahu bahwa dia harus menjalani janji ini untuk melindungi keluarganya. Dengan suara yang agak gemetar, dia menjawab, "Saya… saya bersedia.”

Kedua pengantin saling memandang, dan dalam mata mereka terpancar perasaan campur aduk. Varisha merasa seperti dia telah menjual dirinya ke dalam pernikahan ini untuk melindungi keluarganya, sementara Arshaka merasa telah mencapai tujuannya untuk mengendalikan Varisha sepenuhnya.

Pendeta kemudian meminta keduanya untuk bertukar cincin sebagai lambang komitmen mereka satu sama lain. Mereka melakukannya tanpa ekspresi yang berarti, cincin itu bergulir dari jari Varisha ke jari Arshaka dan sebaliknya.

"Dengan ini, saya mengumumkan Anda sebagai suami dan istri. Anda dapat mencium pengantin Anda," ucap pendeta.

Arshaka mendekatkan tubuhnya lalu mencium Varisha, sementara Varisha merasa air matanya tak tertahankan ketika menerima sentuhan Arshaka di bibirnya. Setelah beberapa saat, Arshaka melepaskan ciumannya dan mengusap air mata Varisha.

“Mulai sekarang, kamu harus tersenyum di hadapan saya, tidak peduli seberat dan sesakit apapun perasaanmu," bisik Arshaka dengan seringai tajamnya sementara Varisha hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 108 Kembali Ke tempat Semula (Tamat)

    Matahari pagi bersinar lembut memasuki ruangan, memberikan sentuhan hangat pada wajah Arshaka yang baru saja terbangun. Saat matanya terbuka perlahan, ia mencoba mengumpulkan ingatan tentang malam sebelumnya. Ruangan masih terasa hangat dan akrab, sementara aroma malam yang terakhir kali ia rasakan masih melayang di udara.Arshaka merasakan sesuatu yang tidak biasa di sekelilingnya. Pandangannya melesat ke lantai, di mana pakaiannya tergeletak dengan keadaan asal-asalan. Ia menyadari bahwa ia masih berada di sofa, terbalut selimut. Serpihan ingatan mulai menyusun diri dalam benaknya, dan tiba-tiba, semuanya menjadi jelas. Malam yang penuh gairah bersama Sophia, ciuman yang membara, dan sentuhan-sentuhan yang melibatkan jiwa dan raga mereka.Arshaka segera mengenakan pakaiannya dengan cepat, seolah-olah ingin melepaskan diri dari kenangan yang begitu intens. Tatapan matanya mengedarkan pandangannya di sekitar ruangan, mencari keberadaan Sophia. Namun, yang ditemukannya hanyalah selemba

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 107 Malam Perpisahan

    Arshaka merasa begitu lelah, hampir seperti semua energinya telah dihisap oleh rutinitas harian yang tak kunjung berakhir. Dengan langkah berat, ia melangkah menuju ruang tamu, melempar tubuhnya di atas sofa dengan begitu lepas. Langit Spanyol sudah menggelap, menciptakan suasana kesunyian sejenak sebelum malam tiba.Dia menutup mata, mencoba untuk melepaskan diri dari segala beban pikiran yang menyertainya sepanjang hari. Namun, ketika ketukan pintu mulai mengejutkan kedamaiannya, Arshaka menggeram kesal. Dia paling tidak suka diganggu ketika sedang lelah seperti ini. Beberapa detik berlalu, dan ketukan itu masih berlanjut tanpa henti, mengganggu istirahatnya yang begitu dia nantikan.Dengan perlahan, Arshaka membuka mata dan menarik napas panjang. Dia berusaha mengabaikan ketukan pintu itu, mengharapkan bahwa orang di luar akan menyadari bahwa dia membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Namun, semakin lama dia mencoba untuk mengesampingkan suara ketukan, semakin tak tertahankan men

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 106 Akhir dari Segalanya?

    Sudah satu bulan sejak Marissa menghilang bersama Sophia. Arshaka masih belum bisa menemukan mereka. Entah di mana Sophia membawa putrinya itu pergi. Rasanya sudah tidak ada lagi ketenangan dalam keluarga mereka. Setiap kali ia melihat Varisha menangis saat masuk ke kamar Marissa, perasaannya pun ikut tersiksa. Apa lagi ketika menemukan secarik kertas yang berisi tulisan tangan Marissa, rasa penyesalan dan bersalah selalu berkecamuk di hati mereka.“Rissa akan baik-baik saja, Ma. Rissa yang meminta Tante Sophia membawa Rissa. Mama dan Daddy harus bahagia. Oh ya, tolong jaga Mama dan adik-adik Rissa ya, Dad. Dan Mama jangan menangis terus. Rissa sayang kalian.”Varisha membaca tulisan itu setiap hari sambil berdoa dalam hatinya agar Tuhan mengembalikan Marissa padanya. “Kenapa akhirnya jadi seperti ini, Mas?” tanya Varisha dengan lirih sambil menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. “Ini akan menjadi urusan saya, Sha. Saya akan mencari Rissa sampai ketemu. Sampai ke ujung dunia pun

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 105 Kembali Hilang

    Langkah Sophia tercekat di depan pintu ruang perawatan Varisha. Wanita itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat agar air mampu menahan air matanya yang sudah berada di pelupuk mata. Pemandangan di hadapannya terasa sangat menyesakkan hatinya. Sophia memang tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tetapi dirinya bisa tahu jika cinta mereka lah yang sedang berbicara. Ia melihat sendiri bagaimana sorot mata penuh cinta yang Varisha berikan pada Arshaka. Meskipun dirinya tidak bisa melihat sosok Arshaka dengan jelas, namun dirinya juga tahu jika pria itu merasakan yang sama.Air mata Sophia sudah tidak mampu terbendung lagi. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, mencoba menahan isak tangisnya agar tidak terdengar. Rasanya begitu sakit ketika melihat pria yang dicintainya mendekap tubuh perempuan lain yang sebenarnya lebih berhak atas pria itu. Sophia berbalik dan melangkah dengan berat, ia hanya ingin menjauh dari tempat itu. Namun, melarikan diri dari sana tidak semudah itu keti

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 104 Tak Sanggup Berpisah

    Bulir-bulir bening di mata Arshaka kembali menetes ketika masuk ke dalam ruang perawatan Varisha. Wanita itu terbaring lemah di ranjangnya, wajahnya sedikit pucat, namun senyumnya yang hangat masih terukir setia di bibir indahnya. “Hey,” sapa Varisha dengan lemah. Binar-binar kerinduan terlihat jelas di matanya ketika melihat wajah pria yang dicintainya mendekat ke arahnya.“Saya ingin memeluk dan menciummu,” ujar Arshaka secara jujur. Tetapi yang dilakukannya hanyalah memegang tangan Varisha dan meremasnya lembut.Varisha tersenyum lembut, dibelainya wajah suaminya dengan segala kerinduannya. Diusapnya sisa-sisa air mata di pipinya. “Bagaimana keadaanmu, Mas?” “Tidak lebih baik tanpa kamu, Sayang. Setiap hari saya selalu menunggu hari ini, hari di mana kita bisa bertemu lagi. Hari dimana saya bisa melihat wajahmu lagi,” lirih Arshaka lalu mencium tangan Varisha dengan penuh kasih sayang.Sebisa mungkin Varisha menahan air matanya agar tidak jatuh. Rasanya tidak ada hukuman yang leb

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 103 Pertanyaan Rissa

    Varisha menoleh ke arah pintu kamarnya saat Marissa masuk dengan raut wajah murung. Raut wajah yang seringkali Varisha lihat ketika Marissa baru saja bertemu dengan Arshaka dan Sophia. Sakit sekali rasanya melihat kesedihan yang terpancar dalam wajah putrinya itu. Namun, tidak ada yang bisa Varisha lakukan selain menabahkan hatinya dan terus memberi perhatian. Meskipun awalnya sulit karena Marissa tidak bisa menerima begitu saja penjelasan Varisha saat itu. Ketika sebulan setelah Marissa sembuh, Arshaka sudah tidak tinggal bersama mereka dan beberapa hari kemudian datang bersama wanita lain.“Kenapa Daddy tidak tinggal lagi bersama kita, Ma? Kenapa Daddy pergi?” tanya Marissa dengan lirih dan kecewa. “Daddy tidak pergi, Rissa. Daddy hanya tidak tinggal lagi bersama kita.” “Tapi kenapa, Ma? Kenapa Daddy tidak mau tinggal di sini?” tuntut Marissa dengan suara meninggi. “Daddy mau tinggal di sini, Rissa. Tapi dia tidak bisa,” teriak Varisha dalam hatinya. “Daddy tidak tinggal di sin

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 102 Tak Dapat Diingkari

    Operasi pencangkokan ginjal itu berlangsung dengan sukses dan lancar. Satu ginjal Sophia sudah berada di dalam tubuh Marissa.Sementara itu keadaan Sophia sudah berangsur membaik pascabedah. Kondisi tubuhnya cepat pulih. Begitu Sophia memperoleh kembali kesadarannya, Arshaka sudah berada di samping wanita itu. Varisha sendiri lah yang memintanya menemani Sophia kalau wanita itu sudah sadar. “Terima kasih, Soph. Terima kasih karena kau telah membantu anakku. Satu ginjalmu sudah berada di tubuhnya.”Sophia tersenyum dengan lemah. Ia sangat senang karena Arshaka lah orang yang pertama kali ia lihat setelah bangun. “Bagaimana keadaannya sekarang?”“Dia belum sadar. Tapi dokter mengatakan kalau dia akan segera pulih.”“Semoga ginjalku diterima baik oleh tubuhnya,” ujar Sophia dengan lemah.“Pengorbananmu tidak akan sia-sia, Soph,” balas Arshaka dengan tenang. Namun tetap saja pria itu tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Pilihan sulit yang Sophia berikan membuatnya tersiksa. Tetapi i

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 101 Pelukan Terakhir?

    Varisha kembali ke rumah setelah seharian menemani Marissa di rumah sakit. Besok adalah hari yang sangat-sangat ditunggu olehnya. Hari tercerah di mana Marissa akan menjalani tahapan baru dalam kehidupannya. Jadi, dirinya memutuskan untuk istirahat karena mertuanya dan Arini yang memaksanya. Awalnya Varisha menolak, tetapi sejak tahu dirinya hamil, Varisha berusaha untuk tidak memaksakan diri dan menjaga kondisinya. Tetapi entah mengapa, hari itu rasanya ia begitu gelisah. Apa lagi saat Arshaka masih juga belum pulang. Pria itu belum memberi kabar, ponselnya tidak aktif, dan Arshaka sama sekali tidak muncul di rumah sakit. Alhasil, Varisha kembali ke rumah dengan taxi. Varisha mencoba memejamkan matanya. Namun, semuanya terasa sia-sia. Pikirannya terlalu berisik, perasaannya tak karuan. Semuanya menjadi serba salah. Pandangannya beralih ke sampingnya, kosong dan dingin. Arshaka sama sekali belum pulang dan tidak dapat dihubungi. Rasa cemas mulai menghampirinya. Varisha langsung me

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 100 Di Antara Pilihan Sulit

    Varisha terus memikirkan kata-kata Sophia yang sangat mengusik benaknya. Tidurnya menjadi tak nyenyak dan gelisah. “Ada apa, Sayang? Susah tidur?” tanya Arshaka yang langsung berbalik ke arahnya. Varisha tidak menjawab dan hanya mengangguk. Arshaka mendekatkan tubuhnya dan membawa tubuh istrinya ke dalam pelukan hangatnya. Kalau biasanya Varisha merasa nyaman dan mungkin langsung tertidur. Kali ini, pelukan itu seakan tidak mempan untuknya. “Kenapa? Masih mikir tentang pendonor Marissa?” tuntut Arshaka seolah menyadari kegelisahan istrinya.Pertanyaan Arshaka membuat Varisha semakin gelisah. “Kamu… kamu sudah tahu siapa yang mendonorkan ginjalnya untuk Marissa?” tanya Varisha sambil menahan suaranya yang gemetar.Arshaka menggeleng pelan. “Masih belum. Rey masih belum kasih kabar.” “Mas…” panggil Varisha lembut. “Iya, Sayang,” balas Arshaka.“Kalau misal suatu saat aku ninggalin kamu… apa yang akan kamu lakukan?” “Jujur dulu saya marah sekali saat kamu meninggalkan saya begitu s

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status