Share

Bab 3.

Di pihak Kaisar Andreas terlihat seseorang sedang memperhatikan sebuah baskom berisi air, “Lihatlah ini!” serunya memanggil teman yang berdiri di sampingnya,

Terlihat air dalam baskom bergoyang. “Kau jaga di sini! Aku akan melaporkannya pada Jenderal Sina.” Langsung saja dengan berlari dia menuju ke tempat sang jenderal.

“Lapor Jenderal, terlihat air dalam baskom tidak stabil, sepertinya pasukan musuh sedang merencanakan untuk menyerang dari bawah tanah.” dengan napas tersengal-sengal dia melaporkan pada Jenderal Sina.

Lantas saja Jenderal Sina bangkit dari duduknya, dia ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri, ”Di mana?” Jenderal Sina berjalan cepat menuju jejeran baskom yang berisi air.

Tanpa sepengetahuan Sultan Umar, di atas tembok besar ternyata terdapat barisan baskom yang berisi air, tiap baskom berjarak sepuluh meter, ini digunakan sebagai metode sederhana untuk mendeteksi pergerakan bawah tanah.

Apabila ada aktivitas yang dilakukan di bawah sana, akan menghasilkan getaran dan membuat air di dalam baskom bergerak. Metode ini sudah digunakan sejak lama, bahkan sebelum Kaisar Andreas menjabat.

“Ha ha ha ... Tidak semudah itu.” Jenderal Sina menertawakan rencana yang dibuat oleh Sultan Umar. “Buat lubang untuk memotong jalur mereka!” Jenderal Sina mempersiapkan rencana untuk menyambut kedatangan musuh.

Segera saja para pasukan menarik garis lurus dari baskom air, untuk kemudian menggali lubang.

Sedangkan di dalam tenda para pasukan, terlihat Sultan Umar sudah tidak sabar untuk meluncurkan serangan kejutan.

“Bagaimana terowongannya?” tanya Sultan Umar.

“Tinggal sedikit lagi, kita sudah melewati fondasi tembok besar, mungkin tengah malam nanti sudah siap untuk digunakan.” Orang yang menjadi pemimpin proyek ini melaporkan hasil kerjanya kepada Sultan Umar.

“Istirahatkan semua pasukan! Kita akan mulai melakukan serangan kejutan pada tengah malam nanti,” perintah Sultan Umar.

Pasukan yang terluka beberapa hari lalu perlahan sudah membaik, seluruh pasukan sudah dalam kondisi siap untuk kembali melakukan penyerangan, hanya beberapa orang saja yang belum beristirahat karena mendapatkan giliran terakhir untuk menggali.

Tepat tengah malam Sultan Umar memimpin pasukannya masuk ke dalam terowongan, dia sengaja berdiri di barisan terdepan, karena ia ingin menjadi orang yang pertama kali menginjakkan kakinya pada tanah kekuasaan musuh.

Krak ... Jleb ... Krak ...

“Suara apa ini?” di tengah perjalanan Sultan Umar mendengar getaran di atas kepalanya.

“Saat proses penggalian sudah melewati fondasi, kami juga mendengar apa yang Anda dengar, mungkin itu suara penduduk yang sedang beraktivitas.” Jawab penanggung jawab proyek.

Tak pakai pikir panjang Sultan Umar segera melanjutkan perjalanannya, sudah tak sabar rasanya untuk segera muncul dan memberi kejutan kepada Kaisar Andreas.

Ketika sudah sampai pada ujung terowongan, Sultan Umar memerintahkan orang yang di belakangnya menggali untuk membuka jalan.

Ya, terowongan memang hanya berujung pada kedalaman setengah meter dari permukaan tanah, mereka sengaja tidak menyelesaikannya.

Mereka berniat untuk membuat lubang keluar tepat pada hari penyerangan, ini bertujuan untuk mengurangi kecurigaan musuh. Pasukan Sultan Umar akhirnya muncul di permukaan, Sultan Umar adalah orang pertama yang menginjakkan kakinya ke dalam wilayah musuh.

Seperti sebuah sumber mata air, lubang ini terus menerus mengeluarkan pasukan Sultan Umar.

“Diam di sana!” tanpa disangka-sangka, Sultan Umar dihadang oleh Jenderal Sina dan para bawahnya. Sultan Umar tak tinggal diam, dia langsung maju mengacungkan pedangnya.

Namun, sesaat setelah Sultan Umar melangkahkan kakinya, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara ledakan. Bawahan Jenderal Sina yang ditugaskan untuk menggali lubang, sudah berhasil memutus terowongan musuhnya.

Mereka dengan kejam menuangkan minyak ke dalam terowongan, yang kemudian sebuah percikan api yang kecil saja sudah mampu meledakkan terowongan tersebut.

“Hanya kalian yang bisa lolos, semua pasukanmu sudah jadi mayat panggang.”

Jenderal Sina dengan tatapan penuh hina mengacungkan pedangnya ke arah Sultan Umar.

Merasa tak bisa melakukan perlawanan lagi, akhirnya dengan pasrah Sultan Umar beserta beberapa orang di belakangnya harus menanggalkan senjata mereka , kemudian mengangkat tangan sebagai tanda mengakui kekalahan.

“Tangkap mereka! Kita serahkan pada Kaisar Andreas.” Jenderal Sina memerintahkan pasukannya untuk menawan Sultan Umar beserta beberapa puluh pasukan yang berdiri di belakangnya.

Sultan Umar dan para pasukannya diikat dengan rantai, saling bersambung satu dengan yang lain agar tidak ada yang meloloskan diri.

Dengan berjalan kaki mereka dikawal mengarah ke kastel Kaisar Andreas.

“Kita harus bagaimana?” kepanikan pada pasukan Sultan Umar tidak bisa dihindarkan lagi.

Rasa putus asa mulai menghampiri para sisa-sisa pasukan yang belum sempat masuk dalam terowongan.

Mereka tidak bisa lagi melewati terowongan, selain kobaran api di bagian dalam, suhu panas juga sedang menyelimuti jalan sepanjang terowongan, terowongan juga mulai tertutup tanah akibat ledakan.

“Kita tidak bisa melanjutkan perang ini, tidak ada jalan untuk masuk ke dalam sana.” Azlan bersama dengan penasihat lain melakukan rapat dadakan di dalam tenda.

Pada rencana penyerangan kali ini memang para penasihat tidak ikut pergi ke medan peperangan.

Sebelum Sultan Umar masuk ke dalam terowongan, Sultan Umar memberikan perintah kepada para penasihat untuk memikirkan berbagai siasat untuk menjebol tembok besar Kaisar Andreas.

“Kita tidak punya pemimpin yang bisa mengambil keputusan, kita tidak bisa lanjutkan peperangan ini, kita harus menunggu Sultan Umar kembali, atau kita yang kembali pulang,” Azlan mengusulkan sebuah saran.

Sultan Umar dan para pasukannya sudah sampai di kastel Kaisar Andreas.

“Yang mulia, maaf jika kedatangan kami mengganggu tidur Anda, kami membawa hadiah untuk Anda.” ucap Jenderal Sina melapor.

Terlihat Jenderal Sina sedang menekuk lututnya di hadapan sang kaisar, langsung saja Sultan Umar berserta pasukannya dipertunjukkan kepada Kaisar Andreas.

“Bukannya kau Sultan Umar? Pemimpin dari serangan ini.” Kaisar Andreas bertanya sembari mendekati para tawanan, tangannya memegang kepala dari Sultan Umar, memastikan bahwa dirinya tidak salah orang.

Sultan Umar tak menjawab pertanyaan dari Kaisar Andreas, Jenderal Sina langsung meluncurkan sebuah sepakan pada bagian punggung, “Kalau Kaisar Andreas sedang bertanya, segera jawab!”

Kaisar Andreas memberikan kode tangan kepada Jenderal Sina untuk menghentikan perbuatannya.

"Maafkan bawahanku! Bagaimana kalau kita bekerja sama saja? Jika kau mau bekerja sama denganku, aku akan memberikan separuh dari kerajaanku, dan kau akan aku angkat sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas daerah itu.”

Tentu saja ini bukan sebuah tawaran yang serius, Kaisar Andreas hanya ingin membuat Sultan Umar sebagai bahan tertawaan saja.

"Aku tidak akan sudi untuk bergabung denganmu, aku sengaja menyerahkan diri, karena aku ingin mengabarkan kepadamu, bahwa tembok ini akan runtuh, tidak akan lama lagi.” dengan tegas Sultan Umar mengancam kekuasaan Kaisar Andreas.

Merasa direndahkan, Kaisar Andreas menghadiahi Sultan Umar sebuah tendangan pada bagian kepala.

“Masukkan mereka ke dalam penjara! Pisahkan Umar dari anak buahnya! Lakukan penjagaan dengan ketat!”

Dengan kawalan yang begitu ketat, Sultan Umar digiring masuk jeruji besi.

“Sina, persiapkan tempat eksekusi untuk Umar! Aku ingin semua orang tahu Bagaimana akibatnya jika berani melawanku,” Kaisar Andreas memberikan perintah kepada Jenderal Sina.

“Siap,” ucap Jenderal Sina sambil mengundurkan dirinya dari pandangan sang kaisar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status