Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 1. Godaan Mertuaku

Share

Tergoda Pesona Ibu Mertua
Tergoda Pesona Ibu Mertua
Author: Galaxybimasakti

Bab 1. Godaan Mertuaku

last update Last Updated: 2025-03-17 16:27:26

Aku tidak percaya, ternyata tubuh mertuaku jauh lebih nikmat daripada istriku sendiri. Malam ini, akhirnya aku bisa melepaskan hasratku dengan Mama Siska, ibu mertuaku sendiri.

"Enak banget Ma, semakin lama rasanya semakin nikmat." Aku tidak berhenti menggoyang mertuaku di atas kasur.

"Kamu juga sangat perkasa Raka, Mama sampai kewalahan. Kamu memang luar biasa, ayo Raka bikin Mama puas!" Desahnya, badannya bergetar.

"Siap Ma, akan kubuat Mama puas. Kita main sampai pagi Ma, Mama mau kan aku goyang sampai pagi?"

"Mau banget Raka, Mama pasrah apapun yang kamu lakukan."

Istriku berselingkuh dengan pria lain, maka dari itu aku membalasnya, berhubungan dengan Ibunya.

**

Hujan deras mengguyur malam itu, menciptakan simfoni yang seharusnya menenangkan. Tapi tidak untukku. Aku terjaga di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berantakan, seperti hujan yang mengguyur tanpa henti. Seharusnya di sebelahku ada istriku yang menemaniku, di saat cuaca dingin begini aku hanya bisa memeluk guling.

Aku sudah membayangkan bisa bercinta semalaman dengan istriku, padahal baru beberapa hari saja kita resmi menjadi suami-istri. Memang di saat malam pertama pernikahan kita, aku sudah bercinta dengannya semalaman suntuk tanpa henti. Sekarang benda pusaka ku ingin memuntahkan lahar panas nya, tapi sekarang aku sendirian tidak mungkin jika aku sampai jajan di luar. Aku punya nafsu yang tinggi, apalagi cuaca dingin begini, semakin besar keinginanku untuk bercinta.

Ponsel di tanganku masih menyala, menampilkan pesan suara dari Tiara.

"Sayang, jangan lupa makan ya. Mama pasti bakal perhatian sama kamu, jadi gak usah khawatir."

Suara Tiara terdengar lembut, tapi ada sesuatu yang terasa jauh. Aku menarik napas panjang sebelum membalas.

"Iya, hati-hati di sana."

Setelah hampir seminggu Tiara pergi dinas ke luar kota. Awalnya, aku pikir tidak masalah tinggal sendiri di apartemen. Tapi dia bersikeras agar aku tinggal di rumah orang tuanya.

"Biar Mama bisa nemenin kamu. Lagian, kamu belum terlalu akrab sama Mama, kan?"

Dan di sinilah aku sekarang. Di rumah yang bukan rumahku, di bawah atap yang sama dengan seorang wanita yang… semakin sulit untuk tidak kupikirkan.

Bu Siska.

Bukan ibu kandung Tiara, tapi ibu tirinya—dan itu seharusnya tidak membuat perbedaan. Tapi, entah kenapa, aku mulai melihatnya dengan cara yang tidak seharusnya. Ibu Siska terlihat sangat cantik, badannya seperti gitar spanyol, kulitnya putih mulus dan senyumnya itu rasanya mengajak untuk berbuat maksiat.

Aku menggeliat di tempat tidur, mencoba mengabaikan kegelisahan pikiran kotor yang mulai merayapi pikiranku. Tapi rasa lapar memaksa aku keluar kamar.

Langkahku di lorong terasa lebih berat dari biasanya, mungkin karena pikiranku yang tidak tenang. Begitu tiba di dapur, aku langsung melihatnya.

Bu Siska.

Ia berdiri di dekat meja makan, hanya mengenakan gaun tidur satin berwarna biru muda. Kain halus itu membalut tubuhnya dengan pas, menyoroti lekukan yang masih terjaga di usianya yang menginjak 42 tahun. Bahunya terbuka sedikit, memperlihatkan kulitnya yang masih kencang dan mulus, seperti wanita yang jauh lebih muda dari usianya. Rambut hitamnya tergerai santai, memberi kesan liar namun tetap elegan. Mataku tertuju pada buah dadanya yang lumayan montok, saat dia menata piring rasanya buah dadanya akan tumpah.

Aku buru-buru mengalihkan pandangan, tapi terlambat. Ada sesuatu yang menancap di benakku. Sesuatu yang mengusik.

Astaga, ini ibu mertuamu sendiri, Raka. Fokus.

Namun sebelum aku bisa merapikan pikiranku, ia menoleh dan tersenyum. Senyum yang lembut, tapi ada sesuatu di sana. Sesuatu yang membuat jantungku berdetak sedikit lebih cepat.

"Raka, ayo makan dulu," ajaknya dengan suara yang hampir seperti bisikan.

Aku mengangguk dan duduk di meja makan. Dia menuangkan sup hangat ke dalam mangkukku, aroma rempah dan jahe menguar, menyebarkan kehangatan di ruangan yang terasa semakin sempit. Entah kenapa rasanya Bu Siska, seperti sengaja menempelkan buah dadanya pada wajahku. Hingga tercium aroma parfum dan body lotion nya, yang membuat pedang pusaka ku berdenyut-denyut.

"Tiara pasti sering masakin kamu, ya?" tanyanya, matanya menatapku lebih lama dari seharusnya dan dia meremas buah dadanya sendiri seperti sengaja.

Aku menelan ludah. Senyum itu… tidak seperti senyum ibu mertua pada menantunya. Kenapa juga dia harus meremas buah dadanya sendiri di depanku.

"Iya, Ma—eh, Bu," jawabku, buru-buru memperbaiki panggilan.

Mama Siska terkekeh pelan, suara tawanya renyah, hampir seperti godaan. "Mama aja nggak apa-apa. Toh, kamu memang anak Mama sekarang."

Aku ikut tertawa kecil, mencoba tetap tenang. Tapi saat aku hendak mengambil sendok, tangannya tanpa sengaja menyentuh tanganku lagi. Sekilas, itu mungkin hanya kebetulan. Tapi kehangatan yang tertinggal di kulitku bertahan lebih lama dari yang seharusnya.

Aku meneguk air putih, mencoba menenangkan diri. Setelah makan, aku beranjak ke wastafel untuk mencuci tangan. Saat aku hendak kembali ke kamar, suara Mama Siska menghentikan langkahku.

"Raka," panggilnya pelan.

Aku menoleh.

Ia berdiri di lorong, bersandar di kusen pintu kamarnya, satu tangan terangkat menyentuh kayu, tubuhnya sedikit miring. Gaun tidurnya tampak lebih pendek daripada tadi, memperlihatkan pahanya yang mulus di bawah cahaya redup.

Aku menahan napas.

"Kalau butuh sesuatu… jangan ragu panggil Mama, ya?" Dia mengedipkan mata sambil mengigit bibirnya.

Suaranya begitu lembut, hampir seperti bisikan di telinga. Seakan ada sesuatu yang ingin ia sampaikan lebih dari sekadar kata-kata.

Aku hanya bisa mengangguk. "I-iya, Ma."

Ia tersenyum tipis, sebelum masuk ke kamarnya dan menutup pintu perlahan.

Aku diam di tempat, jantungku berdegup lebih cepat dari seharusnya.

Tidak. Ini pasti cuma pikiranku saja.

Tapi saat aku berbalik, mataku tak sengaja menangkap pantulan di kaca jendela ruang tamu.

Pintu kamar Mama Siska belum benar-benar tertutup. Masih sedikit terbuka… cukup untuk kulihat sepasang mata yang mengawasiku dari celah itu.

Aku merinding.

Aku segera berbaring di kasur, menarik selimut dan berharap segera pagi. Tapi ternyata aku tidak bisa tidur, pikiranku terbayang wajah Mama Siska apalagi saat dia meremas buah dadanya. Gara-gara memikirkan Mama Siska, membuat gairahku naik. Seketika benda pusaka ku langsung mengeras, sampai terlihat jelas di dalam celanaku.

"Ssshhh aaahhhh...."

Tiba-tiba terdengar suara aneh, aku turun dari ranjang dan mencari sumber suara itu. Aku membuka pintu dan ternyata pintu kamar Mama Siska masih terbuka, suara itu semakin terdengar jelas. Sekarang aku tau jika itu suara Mama Siska, dia sedang mendesah membuat kerongkonganku mendadak kering.

Aku berjalan secara perlahan, sampai berada di depan kamar Mama Siska. Aku mengintip di balik tembok melihat ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya aku, melihat Mama Siska berbaring tanpa sehelai benangpun. Tangan kirinya membelai lembah terlarang nya, dan tangan kanannya meremas buah dadanya.

"Ahhh enak Raka, terus sayang.... !"

Nafasku terasa sesak, mungkin aku salah dengar. Jantungku berdebar kencang, rasanya udara semakin panas dan keringat menetes di dahi ku. Di tambah lagi benda pusaka ku malah makin keras, apalagi melihat tubuh Mama Siska yang aduhai.

"Masuk Raka, jangan ngintip!"

Aku semakin terkejut, rupanya Mama Siska tau jika aku sedang ngintip. Akhirnya aku menampakan diri, aku berdiri sambil menatap Mama Siska yang masih berbaring telentang dengan begitu menggoda.

"Kamu gak bisa tidur ya? Ayo sini tidur sama Mama!"

Aku harus melawan antara nafsu dan status. Dia mertua ku, tidak mungkin jika aku mengkhianati istriku sendiri. Tapi nafsu mengalahkan segalanya, aku tidak peduli yang jelas malam ini harus di lampiaskan. Aku sudah tidak kuat menahannya, dalam beberapa hari ini. Sedangkan di depan mataku, terdapat kenikmatan surgawi yang sudah menantang ku. Aku tidak akan menyia-nyiakannya, aku butuh pelampiasan.

"Raka...... Raka.... Raka.... !"

Suara itu semakin terdengar jelas, hingga aku membuka mataku.

"Tokkk.... Tokkkk.... Tokkkk... Raka... Raka... Bangun!"

Itu suara Mama Siska, ternyata semuanya hanya mimpi.

"I-iya Ma, aku sudah bangun." Jawabku gelagapan.

"Mama tunggu di meja makan ya?"

"Iya Ma,"

Aku segera berlari ke kamar mandi. Gara-gara memikirkan Mama Siska, membuatku bangun kesiangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
hans
***** Asiiikkkk Lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 358. Permainan liar Pak Bambang

    "Ahhh enak banget Pak, terus Pak!" desah Nayla, meremas lengan Pak Bambang.Akibat aktivitas yang penuh gairah ini, membuat Pak Bambang kegerahan. Keringat mulai menetes dari dahinya, hingga Pak Bambang bangkit dan membuka kaos t-shirt nya. Ia membersihkan keringat di wajahnya dengan kaosnya sendiri. Setelah itu, kembali menyantap buah dada Nayla.Cukup lama Pak Bambang memainkan buah dada Nayla, hingga ia beralih ke bawah. Pak Bambang begitu sangat bernafsu melihat tubuh Nayla yang putih dan mulus. Bagian inti Nayla sangat bersih, ludahnya mendarat di bagian inti Nayla."Tubuhmu benar-benar wangi dan seksi non, malam ini akan Bapak buat kamu puas. Kamu sekarang jadi hiper kan? kalau gitu kita main sampai pagi." kata Pak Bambang sambil membuka celana panjang seragam security-nya hingga celana dalamnya.Nayla melotot, melihat benda pusaka Pak Bambang yang berukuran jumbo."Waw sangat besar sekali Pak, pasti lebih enak."Pak Bambang tersenyum mesum, "Pasti non, sekali coba pasti terus k

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 357. Hasrat liar Nayla

    Tengah malam, seperti biasa Tom masuk kedalam kamar Nayla untuk memberikan susu kentalnya. Begitu juga dengan Lila, Liam masuk ke kamarnya. Selama satu jam lamanya permainan berlangsung, Liam lebih dulu ke kamarnya dan selang dua puluh menit kemudian, giliran Tom yang kembali ke kamarnya.Sebelum kembali, Tom mengecup kening Nayla, "Sekarang kamu tidur ya sayang, mimpi indah!" pesan Tom beranjak turun dari ranjang."Iya Tom, kamu juga ya. Sampai jumpa besok!" jawab Nayla, melambaikan tangannya."Iya sayang, langsung tidur ya!" Tom berjalan menuju pintu, tersenyum hingga menghilang dibalik pintu.Nayla pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia memang merasa puas tapi masih penasaran dengan Pak Bambang. Setelah selesai mandi, Nayla segera tidur karena besok ada kuliah pagi. Tapi ternyata, Nayla tidak bisa tidur, dia terus berguling-guling hingga dia bangkit dan meraih ponsel di atas laci."Sudah pukul dua belas malam, apa aku chat Pak Bambang aja? Kemarin malam aku sudah ngasih

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 356. Mengekspor ke Karawang

    Sam, yang masih agak pendiam, mengangguk. “Siap. Aku juga bawa kamera mirrorless buat candid shots.”Setelah sarapan, mereka bersiap. Nayla memakai kaus oversize putih, celana pendek denim, dan sepatu sneakers, rambutnya dikuncir ponytail tinggi. Lila memilih dress floral pendek yang flowy, cocok untuk foto Instagramable.Mereka naik dua mobil: Tom, Nayla, dan Ethan di SUV hitam yang dikemudikan Pak Hardi, sementara Liam, Lila, Jack, dan Sam di van putih yang dikendarai Pak Jamal.Perjalanan ke Karawang memakan waktu sekitar dua jam lewat tol Cikampek, suasana di mobil penuh tawa dan playlist pop upbeat.Di mobil SUV, Nayla duduk di samping Tom, tangannya digenggam erat. Tom memahami kegelisahan samar di wajah Nayla.“Kamu baik-baik aja, Sayang? Kelihatan agak… lemas,” tanyanya lembut, matanya penuh perhatian.Nayla tersenyum kecil, “Cuma kurang tidur, Tom. Tapi aku sangat bersemangat buat hari ini. Karawang kedengerannya seru!”Tom mencium keningnya, “Pasti seru. Kalau capek, bilang

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 355. Kegelisahan Nayla

    Tom, Liam, Jack, Ethan, George, dan Sam menyeret langkah lelah mereka ke dalam apartemen penthouse Dupont yang megah. Bau asap dari kebakaran SCBD masih menempel di baju mereka, meski wajah mereka penuh kepuasan setelah liputan live mereka sukses besar dengan puluhan ribu penonton.Lift membawa mereka ke lantai atas, suara dengung mesin lift bercampur dengan tawa pelan Ethan yang masih antusias membahas klip drone-nya.“Bro, drone shot tadi keren banget! Api oranye kontras sama asap hitam, kayak film Hollywood!” seru Ethan, matanya berbinar meski kantung matanya mulai terlihat.Jack menyikutnya sambil tertawa, “Iya, tapi muka lo di live tadi kayak reporter amatiran yang keabisan kopi. Besok kita edit ulang, biar lebih fresh.”Tom dan Liam saling pandang, senyum lelah tapi hangat. “Gue cuma mikirin Nayla sekarang. Dia pasti gelisah nunggu,” kata Tom, tangannya menggosok tengkuknya.“Sama, bro. Lila pasti udah tidur, tapi gue mau cek dulu,” balas Liam, suaranya lembut penuh perhatian.M

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 354. Janji hasrat

    Nayla begitu sangat menikmati pemandangan hasrat liar Pak Bambang. Hingga secara tidak sengaja, kakinya tersandung karpet yang menimbulkan suara yang membuat Pak Bambang berhenti."Siapa di sana?" serunya, berdiri telanjang bulat lalu memakai celana dalamnya.Nayla terkejut, ia bersembunyi di balik tembok. Entah kenapa kakinya terasa berat untuk melangkah, hingga pintu terbuka Pak Bambang keluar dari kamar dan begitu terkejut melihat Nayla berdiri di balik tembok.Wajah Pak Bambang pucat, ia merasa bersalah karena telah ceroboh. Selama ini aksinya tidak pernah diketahui oleh siapapun, ia merasa hidupnya berakhir."No-non Nayla, sa-saya," suara Pak Bambang tergagap, ia menundukkan kepalanya, kedua tangannya menutupi benda pusakanya.Nayla merasa ini kesempatan bagus, Pak Bambang pasti sangat ketakutan karena aksinya telah tertangkap basah. "Pak Bambang lagi ngapain sama Bi Mawar?" tanya Nayla dengan nada mengintimidasi."Sa-saya, maafkan saya non, tolong jangan beritahu Tuan Henri," k

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 353. Mengintip di ujung koridor

    Nayla menambahkan, "Kami ke mall, membeli buku dan es krim. Kuliah hari ini makin banyak tugas, untungnya ada temen-temen."Lila dan Liam juga gak mau kalah, "Kalau kami ke La Riviera PIK 2 mirip seperti di Amsterdam mini! Naik perahu, syuting konten, beli stroopwafel ini. Ethan hampir jatuh ke kanal!"Ethan putar video blooper di ponselnya, semua tertawa penuh kebahagiaanJack yang sedang fokus pada ponselnya, matanya berbinar dan berkata, "Lihat viewersnya udah ribuan, guys!"Sam mengangguk, "Spot fotonya memang keren, vibes Eropa nya sangat berasa."Mr. Henri dan Mrs. Sariani bercerita ketika berada di kebun, "Kalau kami selama seharian ini menanam mawar baru di atap!"Mereka saling bercerita tentang keseharian masing-masing, suara mereka bergema di ruang makan, piring-piring kosong, gelas air tinggal setengah. Malam itu seperti pesta kecil, penuh kehangatan yang menyembuhkan luka masa lalu.Tapi kedamaian itu terganggu saat malam semakin larut. Sekitar pukul 9 malam, Pak Bambang m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status