Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 160. Handle kantor

Share

Bab 160. Handle kantor

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 23:59:55

Di kamar mandi, air segar membasahi tubuhku, membuatku lebih terjaga. Tiba-tiba, aku teringat rencana pindah rumah hari ini. Aku belum siap, baik secara fisik maupun mental. Aku juga belum berani mengatakan hal ini kepada Mama Siska, apalagi Nayla sedang tidak ada di rumah. Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku duduk di tepi kasur, memikirkan langkah selanjutnya.

Aku memutuskan untuk menunda kepindahan. Hari ini jadwalku terlalu padat, dan mungkin aku harus lembur. Barang-barangku memang tidak banyak, jadi Pak Herdi bisa membantu mengangkutnya nanti. Tapi aku merasa hari Minggu adalah waktu yang lebih tepat, saat aku libur dan punya waktu untuk mempersiapkan diri, terutama untuk mengumpulkan keberanian memberitahu Mama Siska.

Aku mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk Ibu,

[Bu, sepertinya aku belum bisa pindah ke penthouse hari ini. Jadwal kerja lumayan padat, mungkin aku juga akan lembur. Aku rencanain hari Minggu aja, biar libur dan punya waktu lebih banyak.]

Karena perbedaan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 162. Ternyata dia memang penipu

    Kasirnya malah lambat. Aku mengamati pria itu menaiki mobilnya dan melaju pergi. Setelah selesaikan pembayaran, aku segera menyusul dengan motor. Aku kehilangan jejaknya sebentar, tapi kemudian melihat mobilnya masuk ke sebuah gang besar. Aku mengikutinya dari kejauhan, memakai helm agar tidak terlihat mencurigakan. Karena sudah malam, jadi mungkin dia tidak akan tahu dan melihatku Pria itu berhenti di sebuah showroom mobil. Aku mengamati dari balik rumah warga. Seorang pria berpakaian rapi menghampirinya dan berkata, “Lu kemana aja? Lama banget, katanya cuma sebentar.”“Maaf, bro, tadi jalannya macet. Nih, gua beliin rokok buat lu,” jawab pria itu.Pria di showroom itu terkekeh. “Ah, lu.”“Eh ya, makasih, bro. Gua balik dulu,” ujar pria itu, lalu berjalan kaki pergi.Aku turun dari motor dan mendekati showroom itu. Pria berpakaian rapi tadi menghampiri.“Ada yang bisa saya bantu, Mas?” tanyanya ramah.Aku berpura-pura tertarik. “Tadi aku lihat ada seorang pria naik mobil ke sini, mo

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 161. Mengikuti pria itu

    Jam makan siang tiba, dan Reza mengajakku makan bersama di kantin. Aku membawa bekal dari Mama Siska, sementara Reza memesan makanan di kantin.“Gimana, bro, rasanya jadi bos?” tanya Reza sambil menyendok nasi.Aku menggeleng sambil membuka kotak bekalku. “Biasa aja. Besok juga balik jadi karyawan biasa. Tapi kerjaan jadi double, kerjaanku sama kerjaan Bu Alicia digabung, jadinya numpuk.”Reza terkekeh. “Hehe, nggak enak juga, ya, jadi bos. Tapi kalau kerjaannya nggak digabung, lu jadi bos beneran, pasti enak.”“Kerjaan itu nggak ada yang enak, Za. Semuanya sama aja,” jawabku santai sambil menggigit ayam goreng dari bekalku.Saat kami sedang makan, Liana dan Sarah datang menghampiri meja kami. Mereka duduk bergabung, tapi terlihat ragu-ragu, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak yakin bagaimana memulainya.Aku memperhatikan ekspresi mereka. “Ada apa? Kalau mau ngomong, katakan aja.”Liana menatapku hati-hati, lalu berkata, “Raka, apa bener kamu sama Bu Alicia ada hubungan?”Aku m

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 160. Handle kantor

    Di kamar mandi, air segar membasahi tubuhku, membuatku lebih terjaga. Tiba-tiba, aku teringat rencana pindah rumah hari ini. Aku belum siap, baik secara fisik maupun mental. Aku juga belum berani mengatakan hal ini kepada Mama Siska, apalagi Nayla sedang tidak ada di rumah. Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku duduk di tepi kasur, memikirkan langkah selanjutnya.Aku memutuskan untuk menunda kepindahan. Hari ini jadwalku terlalu padat, dan mungkin aku harus lembur. Barang-barangku memang tidak banyak, jadi Pak Herdi bisa membantu mengangkutnya nanti. Tapi aku merasa hari Minggu adalah waktu yang lebih tepat, saat aku libur dan punya waktu untuk mempersiapkan diri, terutama untuk mengumpulkan keberanian memberitahu Mama Siska.Aku mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk Ibu,[Bu, sepertinya aku belum bisa pindah ke penthouse hari ini. Jadwal kerja lumayan padat, mungkin aku juga akan lembur. Aku rencanain hari Minggu aja, biar libur dan punya waktu lebih banyak.]Karena perbedaan

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 159. Udara dingin penuh gairah

    Mama Siska menatapku dengan penuh perhatian. “Raka, kenapa kamu diam saja?”Aku tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Ma.”Sebenarnya, ada banyak hal yang berkecamuk di dalam pikiranku, tapi aku tidak sanggup mengatakannya. Aku tahu, Mama Siska pasti akan sedih jika mendengar apa yang aku pikirkan.Mama Siska masih menatapku, alisnya sedikit berkerut. “Raka, apa yang sedang kamu pikirkan?”“Nggak ada, kok,” jawabku cepat.Mama Siska menggeleng pelan. “Kamu nggak bisa bohongi aku. Aku tahu pasti ada sesuatu yang kamu pikirkan.”Aku menghela napas, mencoba mencari alasan yang masuk akal. “Nggak ada, Ma. Aku cuma mikirin kerjaan besok. Bu Alicia nggak masuk, jadi aku yang harus handle semua.”Mama Siska mengangguk, wajahnya sedikit rileks. “Semangat, Raka. Pasti besok kamu sibuk, ya. Tapi, bukannya kamu sebentar lagi akan menjalankan bisnis ayahmu? Berarti kamu akan berhenti dari kantor Bu Alicia, ya?”“Iya, mungkin,” jawabku singkat.Suasana tiba-tiba hening. Kami masih duduk berhadapan di r

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 158. Pria mencurigakan

    Aku dan Mama Siska bersiap pergi. Dia tampak memukau dengan dress midi berwarna dusty pink yang lembut, dipadukan dengan cardigan tipis abu-abu dan sepatu flat yang elegan. Rambutnya digerai, bergelombang alami, membuatnya terlihat anggun sekaligus terlihat muda, seperti gadis seusia Nayla. Aku tidak bisa berhenti memandangnya saat kami naik motor.“Kamu cantik banget, Ma,” pikirku, tersenyum sendiri."Kamu bisa saja," mukanya memerah.Aku begitu senang, akhirnya bisa jalan berdua. Sesekali, aku melirik Mama Siska lewat kaca spion. Dia benar-benar terlihat seperti gadis 20 tahunan, tangannya melingkar erat di pinggangku. Aku ingin setiap hari seperti ini, hanya kami berdua, tanpa beban. Angin malam menyapa, membawa aroma wangi parfumnya yang lembut.Kami tiba di kafe di pinggir kota, tempat yang kusebutkan tadi. Aku memarkir motor, lalu kami mencari tempat duduk. Aku memilih meja di area outdoor, dekat balkon yang menghadap pemandangan kota. Dari sini, gemerlap lampu kota terlihat ind

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 157. Dilema

    Aku menarik napas lega. Tidak jadi ke apartemennya hari ini. Tapi, besok pasti sibuk di kantor. Setidaknya, aku bisa pulang lebih awal sekarang. Aku menghidupkan mesin motor, tapi saat hendak pergi, sebuah mobil mewah terparkir di depan. Aku merasa mengenali mobil itu. Liana berlari ke arah mobil, dan seorang pria turun. Mereka tampak mesra, berpelukan.Reza menepuk pundakku, membuatku tersentak. “Kirain lo udah pulang. Kok masih di sini?”Aku masih memandang Liana dan pria itu. “Za, cowok itu siapa?”“Itu yang gua ceritain sama lo. Pacarnya Liana, yang polisi itu,” jawab Reza.Aku terkejut. “Ah, yang bener? Kok gua rasanya pernah ketemu sama orang itu.”“Ketemu di mana? Menurut Sarah, dia polisi kaya raya,” kata Reza.Liana masuk ke mobil, dan mereka pergi. Tiba-tiba, aku teringat. Pria itu sama dengan pria yang bersama Tiara di pengadilan kemarin! Mobilnya sama, aku masih ingat plat nomornya, wajahnya juga sama. Bukannya dia pacarnya Tiara? Aku tidak mungkin salah lihat. Jadi, dia p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status