Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 31. Pasar dan Mall

Share

Bab 31. Pasar dan Mall

last update Last Updated: 2025-04-13 19:04:13

Aku terdiam sejenak karena mendadak tidak tahu harus menjawab apa. Akhirnya, aku hanya tersenyum, lalu berdiri dan mengusap pelan kepala Nayla. “Memangnya ada kerja yang gak beneran? Ada-ada aja kamu ini.”

Nayla terdiam, seolah sedang menimang sesuatu.

Jujur saja ini membuatku berpikir tentang apakah sebenarnya Nayla memang mengetahui sesuatu?

“Udah, ayo pulang. Kakakmu pasti udah berangkat, kasian Mama sendirian,” kataku akhirnya.

Nayla hanya mengangguk. Kemudian, kami melangkah beriringan menuju rumah. Tidak ada lagi obrolan, entah karena canggung atau karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

Begitu sampai rumah, aku melihat Mama Siska sedang sibuk dengan beberapa tanaman hias di halaman kecil yang ada di depan teras rumah.

“Mama,” sapa Nayla yang kembali tampak ceria.

Mendadak aku merasa cukup takjub dengan cepatnya perubahan suasana hati Nayla.

“Eh, kalian sudah pulang.” Mama Siska tersenyum lalu meletakkan alat penyiram tanaman yang sedang dia bawa. “Kalau gitu, Mama ke pasar d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 119. Muncul pria asing

    Tidak lama kemudian, sebuah mobil Mercedes-Benz S-Class hitam mengkilap parkir di depan rumah, memancarkan kemewahan. Seorang pria muda keluar, berpakaian rapi, membukakan pintu belakang dengan sopan. “Tuan Raka, silakan masuk,” katanya, suara penuh hormat.Aku terpana, merasa seperti bangsawan. “Ehm, makasih,” kataku, masuk ke dalam, kulit jok mobil terasa mewah di bawahku.Pria itu, yang memperkenalkan diri sebagai Herdi, mengemudi dengan hati-hati..“Tuan, kita akan ke kantor pusat. Pak Budi dan Pak Hendra sudah menunggu,” katanya, ramah. Aku tersenyum kaku, “Herdi, panggil Raka saja, jangan panggil aku tuan.”Tapi dia tertawa, “Maaf, Tuan, ini perintah dari Pak Budi.”Aku menggeleng, teringat ketika aku berada di apartemennya Ayah, di perlakuan serupa.Perjalanan hampir satu jam membawaku ke pusat kota, di depan gedung pencakar langit megah bertuliskan "PT Nusantara Group". Aku terbelalak, perusahaan ini salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, sering jadi berita karena proye

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 118. Sebenarnya, mereka kenapa?

    Aku duduk di sofa, pikiranku berputar. Mereka sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu, apa Alex mengancam mereka?Malam tiba, kami makan malam bersama, tapi suasana terasa canggung. Nayla lebih pendiam, hanya sesekali cerita soal kampus.Aku coba menggodanya, “Nayla, sekarang wartawan masih ngejar-ngejar lagi gak? Keren, sekarang kamu jadi artis kampus, nih!”Dia tersenyum kecil, tapi tidak seceria kemarin."Nggak Bang, sudah gak lagi." jawabnya singkat.Setelah makan selesai, Mama Siska dan Nayla melarangku untuk membantunya.“Raka, sebaiknya kamu istirahat saja! Kamu belum sembuh betul!” kata Mama Siska.Aku menggeleng, “Ma, aku beneran sudah sembuh!”Tapi mereka bersikeras, Nayla bahkan mendorongku ke kamar. “Abang, kata dokternya juga harus banyak istirahat kan, jadi jangan bandel!” katanya, bikin aku tergelak.Baru beberapa menit berbaring, suara berisik di luar menggangguku. Aku membuka gorden jendela, melihat Bambang, Tejo, dan Supri sedang ngobrol keras dengan seorang pria as

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 117. Ada apa dengan mereka?

    Aku menelan ludah, takjub tapi ragu. “Pak, saya hanya ingin melindungi keluargaku. Tentang Alex sendiri, saya sedang mengumpulkan bukti bisnis ilegalnya yang memang sedang di intai oleh kenalannya Ayah."Budi mengangguk, “Bagus, Raka. Tapi untuk sekarang ini biar kami yang bertindak, nanti akan aku perintahkan kenalanku untuk mengintai mereka. Tentang perceraianmu juga kamu terima beres saja,”Aku tersentuh, tapi juga merasa sungkan. “Pak, sebenarnya saya tidak terbiasa hidup seperti ini, tapi… makasih banyak, demi keselamatanku aku bersedia,” kataku. Pak Hendra tersenyum, “Kamu itu anaknya Henri. Jadi sudah aku anggap seperti keluarga sendiri.”Pak Budi menambahkan, "Besok, kami akan mengirim orang untuk jemput kamu, akan kami kenalkan pada ke teman-temannya Ayahmu untuk membantumu juga. Tapi itu juga kalau kamu sudah sembuh, kalau masih sakit lain kali saja.”Aku mengangguk, “Saya sudah baikan ko, Pak. Kepalaku sudah sembuh tidak terasa sakit lagi.”Mereka tersenyum, lalu setelah i

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 116. Teman Ayah

    Nayla bahkan menutup pintu dapur dan mengatakan, “Abang, jangan ikut masuk ke dapur, lebih baik Abang istirahat!”Aku tertawa, takjub pada perhatian mereka. Mereka bersikeras aku harus segera istirahat, meski aku mengatakan belum mengantuk. Tapi akhirnya aku pergi ke kamarku, aku berbaring memegang kepala belakangku yang masih terasa sakit.Hingga setelah beberapa saat, pintu kamarku terbuka.“Bang, sudah, tidur! Besok harus sehat!” kata Nayla, tangan di pinggang.Mama Siska mengangguk, “Betul kata Nayla, Raka. Kamu harus banyak istirahat, selamat tidur ya!”"Cepat sembuh ya, Bang!" Nayla menutup kembali pintunya.Aku sudah mendapatkan keluarga yang utuh. Aku bertemu dengan keluargaku dan sekarang, aku ingin Mama Siska dan Nayla juga menjadi bagian dari keluargaku. Tinggal satu masalah yang kuhadapi, tapi ini masalah yang besar.Mataku sudah mulai mengantuk, aku mematikan lampunya lalu setelah itu aku tertidur.Pagi hari tiba, sinar matahari menyelinap lewat jendela, membawa sedikit k

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 115. Perhatian dan kepedulian mereka

    Cahaya terang menyelinap ke mataku, disertai rasa sakit di kepala yang masih berdenyut. Aku membuka mata perlahan, menyadari aku terbaring di ranjang rumah sakit, kepala diperban. Di sampingku, Mama Siska duduk dengan wajah pucat, matanya merah karena menangis. Alicia berdiri di dekat pintu, wajahnya tegang tapi penuh perhatian.“Raka, akhirnya kamu sadar!” seru Mama Siska, langsung memelukku erat, air matanya membasahi bahuku.Aku mengusap punggungnya, suara serak, “Ma, aku nggak apa-apa. Cuma pusing dikit, kepalaku masih sakit, tapi udah baikan.”Alicia mendekat, tangannya menyentuh ranjang. “Raka, aku yakin ini pasti ulah Alex. Memang belum ada bukti, tapi siapa lagi yang ingin mencelakai kamu kalau bukan Alex? Kamu yang bikin hidupnya hancur dan mempermalukannya di depan publik,” katanya, nada penuh keyakinan.Aku mengangguk pelan, merasakan nyeri di belakang kepala. “Iya aku juga sudah menduganya, sekali lagi terima kasih banyak sudah membantuku. Apa polisi sudah menyelidikinyai?

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 114. Bahaya menyerang

    “Bang, nanti jemput aku lagi sore, ya. Takut wartawan dateng lagi,” katanya, suara khas.Aku mengangguk, “Pasti, Nay. Tenang aja, Abang pasti jemput dan ada Mas Tejo juga yang akan melindungi kita.” Dari spion, aku lihat Tejo mengikuti dengan motornya, matanya tajam memindai jalan.Di kampus, Nayla mencium tanganku, bersikap sopan seperti biasa, lalu berlari ke gerbang. Aku segera kembali ke rumah, Tejo di belakangku. Rasanya seperti buronan, kebebasanku terkungkung oleh ancaman Alex dan sorotan media.Tiba di rumah, Mama Siska sedang menyiram tanaman. Aku membantu membersihkan rumah, menyapu dan mengepel, sembari menceritakan nanti akan pergi.“Ma, nanti jam sembilan aku ke kantor pengadilan, mau memproses perceraian. Bu Alicia mau bantu, dia punya kenal hakim di sana,” kataku, suara tegas.Mama Siska berhenti menyiram tanaman ceretnya dia simpan, wajahnya tiba-tiba muram. “Raka, kamu serius mau cerai sama Tiara?” tanyanya, nada penuh luka.Aku menghela nafas panjang, kesal karena pe

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 113. Gairah berkobar

    Kemudian aku tuntun, hingga Mama Siska berbaring di kasur. Aku telusuri lekuk tubuhnya dari ujung kaki hingga kepala, aku singkap gaun tidurnya sampai buah dadanya terlihat jelas begitu menggoda.Kembali aku daratkan ciuman di bibirnya, tangannya menggerayangi tubuhnya hingga menemukan buah dadanya yang kenyal. Lalu aku turun ke bawah, aku nikmati buah dadanya yang hangat dan kenyal. Aku remas dengan kedua tanganku, hingga dia mendesah keras.Aku kembali turun menelusuri perutnya, hingga bertemu dengan celana dalamnya. Aku buka semuanya, sampai dia tidak memakai sehelai benangpun. Kulitnya begitu putih mulus, tidak ada cacat sedikitpun di kulitnya.Mendadak, aku merasa gerah dan aku buka semua pakaianku. Aku berdiri di atas kasur, aku sengaja memamerkan ototku padanya. Aku berpose seperti seorang binaragawan, walaupun ototku tidak terlalu besar. Aku tunjukkan otot bicepku padanya, membuatnya tertawa. Dan berakhir dengan pose membagongkan, aku mengelus benda pusakaku dengan gerakan men

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 112. Gairah tak pernah padam

    Aku berusaha tetap bersikap santai, “Oh ya, ayo kalau gitu. Aku sudah lapar nih.” Dia mengangguk, tapi sikapnya sedikit kaku.Kami makan malam bersama di ruang makan, Nayla terlihat segar setelah selesai mandi.Dia bercerita, “Tadi temen-temenku pada heboh, Bang, tanya soal Abang. Tapi teman-temanku yang waktu itu pernah kesini, justru pada seneng karena status Abang jadi duda katanya. Mereka jadi ada kesempatan buat deketin Abang, tapi aku menolak mereka dengan murka, masa aku punya kakak ipar yang umurnya seumuran denganku?" katanya, suaranya terlihat kesal.Kami tertawa, tapi aku baru sadar ternyata sebentar lagi statusku akan berubah dan resmi jadi seorang duda. Mama Siska ikut tertawa, tapi matanya penuh kekhawatiran. “Nayla, kamu ini ada-ada saja. Ko bisa kepikiran sampai situ? Mama juga tadi khawatir dengan keadaanmu, takut kamu kenapa-kenapa." lalu Mama Siska memikirkan sesuatu, "Mama juga khawatir sama Tiara, apa dia baik-baik saja? Mama tidak tahu, sekarang dia ada dimana.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 111. Media semakin heboh

    Pembawa berita mengatakan, “Skandal ini mengguncang dunia bisnis. Alex Baskara, seorang pengusaha ternama, kehilangan kredibilitasnya dan besar kemungkinan karirnya akan meredup. Sampai saat ini, Pak Alex masih susah untuk dimintai keterangan, masih mengurung diri di rumahnya. Sementara Raka, yang menjatuhkan talak pada Tiara jadi sorotan."Aku menatap Mama Siska yang masih ketakutan, aku memegang tangannya. "Cepat atau lambat, semuanya akan kembali seperti semula, Ma. Mama tenang saja, aku akan segera menyelesaikan masalah ini." "Yang Mama takutkan, mereka akan nekad karena pasti tidak akan menyerah.""Mama percaya sama aku, itu semua tidak akan terjadi."Ketika kami sedang fokus nonton TV, ponselku berdering dan ternyata dari Nayla.“Bang, cepat jemput aku! Banyak wartawan di kampus, tanya-tanya soal Abang sama Kak Tiara!”Jantungku berdegup kencang. Media memang tidak pernah mengenal lelah, dan Alex, sebagai pengusaha besar, membuat skandal ini jadi sensasi. “Tenang, Nayla. Aku s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status