Share

182

Author: Melyana_Arum
last update Last Updated: 2025-09-06 20:18:33

Guru membuat lomba masak sebagai kegiatan tim.

Aruna kebagian tim yang sama dengan Ezra, Nadira, dan Raska.

Tema: masakan tradisional Jepang.

Ezra ternyata jago masak. Pisau di tangannya lincah, gerakannya rapi. Aruna hanya bisa melongo.

  “Kamu… sejak kapan bisa masak?”

“Kalau bukan aku, siapa yang urus kamu nanti?”

  “Heh! Nggak usah sok!”

Tapi begitu Aruna coba memotong bawang, matanya berair parah. Ezra tertawa kecil, lalu mendekat, mengambil pisau.

  “Sudah, biar aku.”

Aruna pun protes, “Aku bisa sendiri!”

“Kalau nanti jarimu keiris, aku yang repot.”

Di meja sebelah, Nadira sibuk menaburkan garam terlalu banyak. Raska hampir bikin dapur berasap karena lupa mematikan kompor. Semua jadi komedi chaos.

Akhir lomba, masakan tim mereka cukup bagus. Juri dari guru olahraga bilang, “Rasanya stabil… kecuali bagian garam ini.”

Nadira langsung menunduk malu. Semua ngakak.

Malam hari, anak-
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   182

    Guru membuat lomba masak sebagai kegiatan tim.Aruna kebagian tim yang sama dengan Ezra, Nadira, dan Raska.Tema: masakan tradisional Jepang.Ezra ternyata jago masak. Pisau di tangannya lincah, gerakannya rapi. Aruna hanya bisa melongo.  “Kamu… sejak kapan bisa masak?”“Kalau bukan aku, siapa yang urus kamu nanti?”  “Heh! Nggak usah sok!”Tapi begitu Aruna coba memotong bawang, matanya berair parah. Ezra tertawa kecil, lalu mendekat, mengambil pisau.  “Sudah, biar aku.”Aruna pun protes, “Aku bisa sendiri!”“Kalau nanti jarimu keiris, aku yang repot.”Di meja sebelah, Nadira sibuk menaburkan garam terlalu banyak. Raska hampir bikin dapur berasap karena lupa mematikan kompor. Semua jadi komedi chaos.Akhir lomba, masakan tim mereka cukup bagus. Juri dari guru olahraga bilang, “Rasanya stabil… kecuali bagian garam ini.”Nadira langsung menunduk malu. Semua ngakak.Malam hari, anak-

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   181

    Ezra berdiri di belakang Aruna, memandu tangannya untuk melakukan tembakan. Bola masuk mulus.“WOOOOOO!!!”Aruna langsung menunduk, wajahnya merah.Teman sekelas: “Wihhh, couple goals banget!”  “Bukan! Kami bukan…” tapi suaranya tenggelam oleh sorakan. Ezra cuma senyum tipis, jelas sengaja bikin Aruna makin salah tingkah.Nadira menyeret Aruna ke warung ramen baru. Ternyata Ezra ikut nongol. “Kok kamu ada di sini?”“Aruna belum makan. Aku ikut.”Aruna pun protes, “Aku bisa makan sendiri!”“Bisa, tapi kamu sering lupa sarapan. Jadi aku nggak percaya.”Saat ramen datang, Aruna langsung meniup kuahnya dengan hati-hati.Ezra menyodorkan sendok, “Pakai ini, biar nggak belepotan.”“Ezra, aku bisa—” tapi ujung sumpitnya nyiprat kuah, kena pipinya.Ezra menghela napas, lalu dengan santai mengusap pipi Aruna pakai tisu.Aruna membeku. Nadira yang duduk di seberang menatap dengan mata berbinar.

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   180

    “Yang nilainya paling tinggi kali ini… Ezra.”Semua siswa menoleh ke arahnya. Ezra yang biasanya dingin cuma mengangkat kertas jawabannya.Aruna berbisik sambil melirik ke Ezra, “Pamer banget sih.”Ezra tanpa menoleh, “Aku nggak pamer. Cuma fakta.”Aruna mengerucutkan bibir, “Nyebelin.”Beberapa teman langsung menggoda. “Eh Aruna, cocok banget ya kamu sama Ezra. Yang satu ranking satu, yang satu ranking dua.”Aruna refleks menepuk meja. “Bukan! Aku nggak… ya ampun, jangan asal ngomong.”Ezra tersenyum tipis, jelas menikmati reaksi Aruna yang panik.Aruna duduk dengan Nadira, mencoba menikmati makan siang. Ezra tiba-tiba datang membawa kotak bekal.“Aruna, makan ini.”“Eh? Aku sudah beli makanan, Ezra…”Ezra dengan santai berujar, “Yang itu penuh MSG. Makan punyaku lebih sehat.”Aruna bingung, sementara Nadira menahan tawa.  “Astaga, Ezra kayak bapak-bapak cerewet.”Aruna pun malu, “Janga

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   179

    Tepat saat itu, Raska datang sambil membawa beberapa buku. “Aruna, ini catatan tambahan kalau kamu mau. Bisa ngebantu buat ujian.”Aruna menerima dengan senyum tulus. “Makasih, Raska.”Ezra menatap Raska dengan wajah datar tapi tegang. “Nggak usah, Aruna udah cukup. Aku juga bisa bantu dia.”Raska hanya mengangkat alis sambil menahan tawa. “Santai, Ezra. Aku cuma kasih catatan.”Aruna bisa merasakan atmosfer dingin di antara keduanya. “Kalian ini… kayak anak kecil yang berebut mainan.”Ezra bersandar di kursi, tapi matanya tetap ke arah Raska. “Mainan? Bukan. Aku cuma nggak suka kalau ada orang yang sok peduli berlebihan.”Aruna menghela napas panjang. Dalam hatinya, meski kesal, ada rasa hangat yang tak bisa ia tolak Ezra benar-benar serius menjaga keberadaannya.Hari olahraga, kelas Aruna bermain basket. Raska kebetulan jadi kapten tim, dan ia sering memberi arahan pada Aruna.“Aruna, kamu di sayap kanan.

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   178

    “Pagi, Runa,” ucap Ezra sambil mengangkat tangan, wajahnya santai seolah tidak ada masalah dunia.Aruna menghela napas, menahan senyum. “Kenapa kamu ada di sini? Biasanya kamu telat lima menit.”Ezra mengedikkan bahu. “Ya… aku pikir, kalau aku telat, kamu bakal kepikiran. Jadi aku datang lebih cepat.”Aruna menunduk, menahan rona merah di pipinya. “Kamu ini… bikin orang salah paham terus.”Ezra terkekeh. “Yaudah, biar aku yang salah. Yang penting kamu nggak sendirian.”Mereka berjalan masuk bersama. Beberapa murid berbisik, sebagian menatap dengan rasa penasaran, bahkan iri. Tapi Aruna hanya menegakkan punggungnya, sementara Ezra dengan santainya menaruh tangan di saku dan tetap di sisi Aruna.Waktu istirahat, Aruna duduk bersama Nadira dan teman sekelas lainnya. Ezra tanpa ragu menaruh nampannya di sebelah Aruna.“Eh, Ezra… biasanya kamu duduk sama cowok-cowok,” celetuk salah satu teman mereka.Ezra dengan sant

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   177

    Pagi itu, langit biru cerah, udara terasa lebih ringan meski gosip di sekolah belum benar-benar reda.Aruna datang ke gerbang sekolah lebih awal, tapi ternyata Ezra sudah menunggunya.“Pagi, Runa,” ucap Ezra sambil mengangkat tangan, wajahnya santai seolah tidak ada masalah dunia.Aruna menghela napas, menahan senyum. “Kenapa kamu ada di sini? Biasanya kamu telat lima menit.”Ezra mengedikkan bahu. “Ya… aku pikir, kalau aku telat, kamu bakal kepikiran. Jadi aku datang lebih cepat.”Aruna menunduk, menahan rona merah di pipinya. “Kamu ini… bikin orang salah paham terus.”Ezra terkekeh. “Yaudah, biar aku yang salah. Yang penting kamu nggak sendirian.”Mereka berjalan masuk bersama. Beberapa murid berbisik, sebagian menatap dengan rasa penasaran, bahkan iri. Tapi Aruna hanya menegakkan punggungnya, sementara Ezra dengan santainya menaruh tangan di saku dan tetap di sisi Aruna.Waktu istirahat, Aruna duduk bersama N

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status