Karena ulah kekasihnya dan sahabatnya berkhianat. Narumi harus terjebak dalam sebuah hubungan satu malam dengan pria tak dikenal mengantarkan Narumi hamil diluar nikah. Ingin berjuang sendiri saat hamil dan selalu menghindari pria yang membuatnya hamil. Tapi takdir berkata lain. Karena ejekan orang tua mantan kekasihnya yang lebih membanggakan sahabatnya dibanding Narumi. Narumi pun tak punya pilihan untuk membungkam mulut julid ibu mantan dan juga membuktikan jika mantannya tak lebih baik dari calon suaminya sekarang. Dan Narumi akan memastikan masa lalu ini menyesal. ** Kaisar hidup di dalam sebuah kutukan keluarga, anak dari Ibu dan Ayahnya tak akan memiliki keturunan. Karena sumpah seseorang yang tidak sengaja tersakiti oleh Hermina dan Wiyoko disaat muda. Sehingga semua anaknya menanggung kutukan itu. Kutukan dimana Hermina dan Wiyoko tidak akan mendapatkan keturunan lagi setelah anaknya dewasa hingga menikah atau berhubungan lebih dengan lawan jenisnya. Hanya jika satunya anak laki-laki Hermina dan Wiyoko harus menikah atau pun melewati malam syadu dengan anak keturunan Dewangga yang hilang. Keluarga Dewangga hanya memiliki 2 anak lelaki dan perempuan. Tapi sejak kecil anak perempuan itu hilang diculik dan tak dapat ditemukan lagi. Sedangkan Kaisar yang tidak tahu tentang hal ini. Dia hanya rasa menjadi pria impoten yang tak bisa bergairah dengan lawan jenisnya. Mungkin karena itu Kaisar sering kali berganti teman kencan. Hanya ingin mencoba terjadinya senjatanya bisa berdiri. Karena usianya sudah dewasa dan orang tuanya semakin tua. Para sepupunya pun sudah menikah dan memiliki anak. Ada juga yang MBA dan menghasilkan benih secara cepat. Tapi Kaisar tak bisa mendapatkan hal tersebut. Hingga dimana Kaisar mendapatkan Malam pertama dengan wanita yang tak dia kenalin. Karena kondisi Kaisar tak sepenuhnya sadar saat berjumpa dengan wanita tersebut. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Lalu apakah Kaisar akan bertanggungjawab? bagaimana yang terjadi selanjutnya? Apakah Kaisar dapat menemukan keturunan Dewanga yang hilang tersebut? haiho..
View MoreBab 1
Tono ayah dari kekasihnya Narumi pun mengambil alih mikrofon dari host di pesta ulang tahun Tryan anaknya yang ke dua puluh tahun. "Mari kita sambut tunangan Tryan, yaitu ...." Tono menjeda ucapannya dan tersenyum menatap Narumi yang berada di depan panggung, sementara dirinya berada di atas panggung bersama istri dan juga anaknya. Narumi meremas gaunnya dengan perasaan senang luar biasa, kali ini dia akan dikenalkan pada khalayak ramai di pesta ulang tahun Tryan, kekasihnya. Akhirnya penantian selama 3 tahun, mereka akan melangkah ke tahap yang lebih serius. Senyum Narumi dan juga ayah Tryan masih mengembang, lalu laki-laki paruh baya itu mengambil napas sejenak, "Marilah kita sambut tunangan anak saya, Naila Mawardi." Deg! Jantung Narumi berdetak sangat kencang saat nama yang disebut oleh Tono adalah nama sahabatnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Tono salah mengucapkan namanya? Namun, itu sangat tidak mungkin. Tono tersenyum misterius setelah memanggil nama tunangan anaknya. Senyuman Tono melambangkan senyuman mengejek. Sorot lampu pun mengarah ke bawah panggung. Salah satu anak buah Tono meminta Narumi untuk menyingkir. Karena menghalangi jalan Naila. Terpaksa Narumi pun sedikit bergeser demi membuka jalan untuk Naila. “Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa Naila?” sorot mata Narumi mengarah ke Tryan bertanya-tanya. Saat Narumi menatap Tryan, kekasihnya itu berjalan mengarah ke arahnya. Dengan senyuman lebarnya. Narumi yang masih berharap pun membalas senyuman itu. "Kamu tidak mungkin mengkhianatiku kan?" gumam Narumi dengan mengulurkan tangannya berharap Tryan menghampirinya. Tapi, tak ada yang menggenggam tangannya. Ternyata Tryan berjalan melewati Narumi begitu saja. Seperti angin tak ber KTP yang tak terlihat, itulah Narumi saat ini. Bahkan tubuhnya terdorong-dorong oleh bodyguard. Mendorong mundur sedikit keras pada Narumi. Hampir terjatuh tapi Narumi masih bisa berdiri kembali. Narumi meremas gaunnya saat melihat Tryan mengecup kening Naila. Lalu Tryan menggendong Naila ala pengantin baru untuk dibawa ke atas panggung. Karena gaun yang Naila gunakan membuatnya sulit berjalan. “Lihatlah begitu romantisnya mereka. Aku ingin kembali muda, sayang,” ucap Tono, mengkode istrinya. Saat melihat keromantisan Tryan dan Naila. Yang di kode hanya tersipu malu saja. Sampai di atas panggung, sepasang kekasih itu memberi pertunjukan yang membuat semua tamu undangan seketika heboh. Tapi tidak untuk perasaan Narumi yang sakitnya tembus ke ulu hatinya. Rasa remuk redam begitu membuat kehancuran dunianya. Airmata yang tadi tertahan dipelupuk mata. Akhirnya meluncur begitu saja tanpa permisi. Membasahi kedua pipi Narumi yang tertutupi bedak tipis. "Aku tidak percaya ini," ucap Narumi, sambil menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang dia lihat di atas panggung. “Penghianat semuanya!” serunya terendam gemuruh suara para tamu undangan yang hadir. Narumi perlahan berjalan mundur lalu berbalik membelakangi panggung. Narumi berlari pergi meninggalkan acara itu. Entah mau kemana dia? Dia hanya terus berlari, bahkan mengabaikan panggilan dari beberapa orang yang mengenalinya. Selepas Narumi berlari, di atas panggung keromantisan Tryan dan Naila semakin terlihat nyata dan jelas. Tentu saja suara gemuruh tamu undangan yang bersorak-sorai senang akan keromantisan pasangan itu. Tapi ada juga beberapa tamu undangan yang tak suka dengan adegan diatas panggung. Mereka menganggap adegan itu hanya penceritaan yang terlihat sangat lebay. Di depan lobby, ada sebuah taksi yang baru saja berhenti untuk menjemput tamu. Tapi Narumi langsung masuk taksi itu. Narumi duduk dan tertunduk, melihat ponselnya yang berisi beberapa kenangan kebersamaannya dengan Tryan. Karena terlalu fokus pada kenangan di ponselnya. Mobil taksi itu pun berjalan sesuai alamat yang ada di dalam aplikasi. Sehingga sopir itu hanya fokus pada tujuannya. Tanpa bertanya lagi pada Narumi selaku penumpang. Hingga beberapa menit selanjutnya.. “Non, sudah sampai Non,” ucap sopir itu. Ini sudah beberapa kali si sopir memberi tahu Narumi sih. Tapi baru yang ini Narumi merespon ucapan sopir itu. “Loh Pak sampai mana ini?” tanya Narumi, kebingungan dan keheranan. “Kan sudah sesuai aplikasi?” “Sebentar, sesuai aplikasi? Apa maksudnya ya, Pak? Saya kan belum menyebutkan alamat kita tuju, kok? Aplikasi?” Narumi masih belum loading atau memang kapasitas kepalanya masih terjeda. Karena kejutan tadi yang menyesakkan itu. “Non bukan Mawar kuncup?” sopir itu menyebutkan nama pemesanan taksi. “Siapa sih dia, Pak?” Dan sekarang sopir itu pun paham juga jika penumpangnya bukan yang memesan taksinya. Ting! Ting! Sopir itu pun mendapatkan orderan lagi. Setelah menekan tanda selesai karena pesan baru masuk si pemesanan yang asli mengomeli sang supir yang lama datangnya. Ceklek! Belum selesai urusan dengan sopir taksi. Tangan Narumi ditarik keluar taksi. Hingga tubuhnya terjatuh keluar dari taksi. Narumi berusaha berdiri tapi kakinya terkilir. Bahkan kakinya terinjak-injak oleh orang yang menjadi penumpang taksi selanjutnya. Narumi mencoba berdiri untuk mengambil kembali ponsel yang terjatuh setelah ditarik dari taksi. Tapi tiba-tiba ada rombongan para wanita yang turun dari sebuah mobil vans yang baru datang. Berdesakan hingga tak menjadi jika Narumi masih membungkuk untuk mengambil ponselnya. Tapi sebuah dorongan kuat. Mengakibatkan tubuh Narumi pun ikut terdorong dan tertarik hingga masuk kedalam gedung club malam itu. Narumi akan memutartabadan agar dapat balik arah untuk keluar Club. Akan tetapi dia terjebak di rombongan para wanita ini. Narumi berusaha untuk melawan arus untuk keluar tapi sayangnya tenaganya kalah dengan mereka yang akan masuk kedalam club tersebut. Hingga sampai akhirnya Narumi dan para wanita tadi bisa berada di sebuah ruangan khusus dengan ruang tunggu yang dipisahkan dengan sebuah kamar didalamnya. Ceo tampan bernama lengkap, Kaisar Gumilar. Dia berdiri di depan pintu kamar itu yang dibatasi oleh beberapa bodyguard. Lalu Kaisar melihat ke seluruh wanita yang ada di ruangan. Kaisar pun mulai membuka suaranya memberikan instruksi untuk mempermudah jalannya acara tersebut. “Baiklah dengarkan baik-baik. Silahkan nomor pertama masuk setelah saya menutup pintu ini. Masuk sesuai nomor urutan yang diberikan bodyguard saya, jangan menyela. Terakhir, kalau masih ada peserta yang berada di dalam hingga lebih dari 10 menit. Maka Nomor urutan selanjutnya langsung gugur dan otomatis audisi saya nyatakan selesai! Jadi nomor setelah itu silahkan tinggalkan ruangan ini!” Saat ini nomor pertama pun melangkah masuk kedalam kamar tersebut. Namun, tak lama dari wanita yang baru saja masuk itu kembali keluar. Dengan tangisannya juga wajah yang acak-acakan. Dan waktu terus bergulir, dari wanita nomor pertama hingga wanita sebelum Narumi semua sama saja. Semua masuk dan keluar dalam hitungan jari. Ada yang menangis dan marah-marah tak jelas. Hal itu membuat Narumi berdebar-debar, tangannya pun dingin sekali dan tremor melanda dirinya. Kini giliran Narumi yang masuk kedalam kamar tersebut. Dia menghela napasnya sebelum melangkah menuju pintu. Tangan Narumi yang dingin membuka pintu lalu melangkah masuk kedalam kamar. Satu langkah berdiri di depan pintu masuk kamar itu. Clik! Suara pintu itu terkunci otomatis. Saat melihat kedepan sana mata Narumi tercemari. Didepan sana pemandangan diluar nalar yang diciptakan oleh Kaisar. “Mendekatlah!” Saat Narum tidak ada pergerakan dari Narumi, Kaisar tersenyum sini. Kaisar langsung maju merengkuh tubuh Narumi… Cup! Ciuman pun terjadi.Guru membuat lomba masak sebagai kegiatan tim.Aruna kebagian tim yang sama dengan Ezra, Nadira, dan Raska.Tema: masakan tradisional Jepang.Ezra ternyata jago masak. Pisau di tangannya lincah, gerakannya rapi. Aruna hanya bisa melongo. “Kamu… sejak kapan bisa masak?”“Kalau bukan aku, siapa yang urus kamu nanti?” “Heh! Nggak usah sok!”Tapi begitu Aruna coba memotong bawang, matanya berair parah. Ezra tertawa kecil, lalu mendekat, mengambil pisau. “Sudah, biar aku.”Aruna pun protes, “Aku bisa sendiri!”“Kalau nanti jarimu keiris, aku yang repot.”Di meja sebelah, Nadira sibuk menaburkan garam terlalu banyak. Raska hampir bikin dapur berasap karena lupa mematikan kompor. Semua jadi komedi chaos.Akhir lomba, masakan tim mereka cukup bagus. Juri dari guru olahraga bilang, “Rasanya stabil… kecuali bagian garam ini.”Nadira langsung menunduk malu. Semua ngakak.Malam hari, anak-
Ezra berdiri di belakang Aruna, memandu tangannya untuk melakukan tembakan. Bola masuk mulus.“WOOOOOO!!!”Aruna langsung menunduk, wajahnya merah.Teman sekelas: “Wihhh, couple goals banget!” “Bukan! Kami bukan…” tapi suaranya tenggelam oleh sorakan. Ezra cuma senyum tipis, jelas sengaja bikin Aruna makin salah tingkah.Nadira menyeret Aruna ke warung ramen baru. Ternyata Ezra ikut nongol. “Kok kamu ada di sini?”“Aruna belum makan. Aku ikut.”Aruna pun protes, “Aku bisa makan sendiri!”“Bisa, tapi kamu sering lupa sarapan. Jadi aku nggak percaya.”Saat ramen datang, Aruna langsung meniup kuahnya dengan hati-hati.Ezra menyodorkan sendok, “Pakai ini, biar nggak belepotan.”“Ezra, aku bisa—” tapi ujung sumpitnya nyiprat kuah, kena pipinya.Ezra menghela napas, lalu dengan santai mengusap pipi Aruna pakai tisu.Aruna membeku. Nadira yang duduk di seberang menatap dengan mata berbinar.
“Yang nilainya paling tinggi kali ini… Ezra.”Semua siswa menoleh ke arahnya. Ezra yang biasanya dingin cuma mengangkat kertas jawabannya.Aruna berbisik sambil melirik ke Ezra, “Pamer banget sih.”Ezra tanpa menoleh, “Aku nggak pamer. Cuma fakta.”Aruna mengerucutkan bibir, “Nyebelin.”Beberapa teman langsung menggoda. “Eh Aruna, cocok banget ya kamu sama Ezra. Yang satu ranking satu, yang satu ranking dua.”Aruna refleks menepuk meja. “Bukan! Aku nggak… ya ampun, jangan asal ngomong.”Ezra tersenyum tipis, jelas menikmati reaksi Aruna yang panik.Aruna duduk dengan Nadira, mencoba menikmati makan siang. Ezra tiba-tiba datang membawa kotak bekal.“Aruna, makan ini.”“Eh? Aku sudah beli makanan, Ezra…”Ezra dengan santai berujar, “Yang itu penuh MSG. Makan punyaku lebih sehat.”Aruna bingung, sementara Nadira menahan tawa. “Astaga, Ezra kayak bapak-bapak cerewet.”Aruna pun malu, “Janga
Tepat saat itu, Raska datang sambil membawa beberapa buku. “Aruna, ini catatan tambahan kalau kamu mau. Bisa ngebantu buat ujian.”Aruna menerima dengan senyum tulus. “Makasih, Raska.”Ezra menatap Raska dengan wajah datar tapi tegang. “Nggak usah, Aruna udah cukup. Aku juga bisa bantu dia.”Raska hanya mengangkat alis sambil menahan tawa. “Santai, Ezra. Aku cuma kasih catatan.”Aruna bisa merasakan atmosfer dingin di antara keduanya. “Kalian ini… kayak anak kecil yang berebut mainan.”Ezra bersandar di kursi, tapi matanya tetap ke arah Raska. “Mainan? Bukan. Aku cuma nggak suka kalau ada orang yang sok peduli berlebihan.”Aruna menghela napas panjang. Dalam hatinya, meski kesal, ada rasa hangat yang tak bisa ia tolak Ezra benar-benar serius menjaga keberadaannya.Hari olahraga, kelas Aruna bermain basket. Raska kebetulan jadi kapten tim, dan ia sering memberi arahan pada Aruna.“Aruna, kamu di sayap kanan.
“Pagi, Runa,” ucap Ezra sambil mengangkat tangan, wajahnya santai seolah tidak ada masalah dunia.Aruna menghela napas, menahan senyum. “Kenapa kamu ada di sini? Biasanya kamu telat lima menit.”Ezra mengedikkan bahu. “Ya… aku pikir, kalau aku telat, kamu bakal kepikiran. Jadi aku datang lebih cepat.”Aruna menunduk, menahan rona merah di pipinya. “Kamu ini… bikin orang salah paham terus.”Ezra terkekeh. “Yaudah, biar aku yang salah. Yang penting kamu nggak sendirian.”Mereka berjalan masuk bersama. Beberapa murid berbisik, sebagian menatap dengan rasa penasaran, bahkan iri. Tapi Aruna hanya menegakkan punggungnya, sementara Ezra dengan santainya menaruh tangan di saku dan tetap di sisi Aruna.Waktu istirahat, Aruna duduk bersama Nadira dan teman sekelas lainnya. Ezra tanpa ragu menaruh nampannya di sebelah Aruna.“Eh, Ezra… biasanya kamu duduk sama cowok-cowok,” celetuk salah satu teman mereka.Ezra dengan sant
Pagi itu, langit biru cerah, udara terasa lebih ringan meski gosip di sekolah belum benar-benar reda.Aruna datang ke gerbang sekolah lebih awal, tapi ternyata Ezra sudah menunggunya.“Pagi, Runa,” ucap Ezra sambil mengangkat tangan, wajahnya santai seolah tidak ada masalah dunia.Aruna menghela napas, menahan senyum. “Kenapa kamu ada di sini? Biasanya kamu telat lima menit.”Ezra mengedikkan bahu. “Ya… aku pikir, kalau aku telat, kamu bakal kepikiran. Jadi aku datang lebih cepat.”Aruna menunduk, menahan rona merah di pipinya. “Kamu ini… bikin orang salah paham terus.”Ezra terkekeh. “Yaudah, biar aku yang salah. Yang penting kamu nggak sendirian.”Mereka berjalan masuk bersama. Beberapa murid berbisik, sebagian menatap dengan rasa penasaran, bahkan iri. Tapi Aruna hanya menegakkan punggungnya, sementara Ezra dengan santainya menaruh tangan di saku dan tetap di sisi Aruna.Waktu istirahat, Aruna duduk bersama N
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments