Share

Bab 3. Terpaksa Menikah

Penulis: Itsmefarida
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 10:20:57

Bab 3

Mendengar itu, sepasang mata Shanika terbelalak. Bagaimana caranya ia mengembalikan uang sebanyak itu pada Sergio? Sedangkan ia saja belum memiliki penghasilan. 

Shanika masih kuliah, sumber uang yang ia dapatkan dari pemberian ayahnya. Jika dia mengingkari janji, dia takut Sergio benar-benar serius dengan ucapannya.

“Aku akan menitipkan Nevan pada suster dulu,” balas Shanika usai berperang dengan pikirannya. Tidak ada cara lain selain pasrah.

Sebelum pergi menemui Sergio, Shanika menitipkan Nevan pada suster. Setelah itu dia pergi ke bawah dan mencari keberadaan Sergio.

Di depan rumah sakit, dari jarak beberapa meter terlihat seorang pria memakai pakaian formal dan kacamata hitam yang bertengger sedang menunggu di depan mobil.

Itu Sergio. Lelaki itu bersandar di mobil sembari bersedekap dada, sesekali melirik ke arloji yang melingkar di pergelangannya.

“Aku sudah bilang padamu untuk menunggumu di belakang, Kak,” ucap Shanika bergegas menghampiri.

Ia sudah bilang jika keduanya bertemu di belakang rumah sakit, tapi sayangnya tidak didengarkan. Sergio melepas kacamata hitamnya, netra hitam legamnya menatap nyalang seakan-akan siap untuk menerkam.

“Cepat masuk, kau mengulur banyak waktuku!” ajak Sergio, menarik paksa Shanika untuk dimasukkan ke dalam mobilnya.

Ditarik paksa oleh Sergio membuat Shanika kesakitan, ia meringis, merasakan tangannya kram akibat cengkraman itu. 

Di dalam mobil, tubuh Shanika berguncang ketakutan. Setiap kali bertemu dengan Sergio, air matanya akan meluncur begitu saja tanpa ia minta. 

“Kau sudah lupa dengan perkataanku kemarin, Shanika?” Di pertengahan jalan, Sergio membelokkan mobilnya di tempat sepi.

Kegiatan mengemudinya terganggu karena masih kesal dan risih mendengar Shanika mengeluarkan isak tangisnya. Sungguh, Sergio benci dengan wanita lemah.

Sergio mencengkram dagu Shanika supaya dia mau menatap wajahnya.

“Ak-aku … ak-aku … maafkan aku ….” Perkataannya terbata-bata, bibir Shanika bergegas ketakutan. Tenggorokannya tercekat, tak bisa menjelaskan betapa sibuknya ia dari semalam.

Di dalam hati Sergio tidak ada perasaan iba sedikitpun. Jika hanya mereka berdua, bukan ikatan keluarga yang terjalin, tetapi ikatan kontrak yang sudah disepakati dua belah pihak.

Sergio menghempas wajah Shanika, kepala Shanika menunduk dalam seraya meremas tas selempang.

“Kelak jangan pernah kau berani mengabaikanku, setiap detik dari waktuku berharga. Aku harus mengulur waktu karena menunggu wanita ingkar sepertimu.” Sergio terus mengomeli, meskipun Shanika hanya bisa menangis, dia bertambah ketakutan.

Mobil hitam milik Sergio melaju dengan kecepatan kencang, Shanika tidak tahu Sergio akan membawanya ke mana. Dia tak berani bertanya, bahkan untuk satu kata pun tak bisa.

Selama empat puluh menit di perjalanan, Sergio memarkirkan mobilnya di salah satu gereja yang jaraknya jauh dari rumah. Sengaja, supaya tidak ada orang tahu ketika mereka menikah diam-diam.

Tangan Sergio terulur, menarik Shanika agar mengikutinya. “Un-untuk apa kita ke sini, Kak? Apakah kamu akan menikahiku sekarang?” tanyanya mulai panik.

Membalas pertanyaan Shanika, Sergio hanya menganggukkan kepala. “Tidak perlu banyak berpikir, itu hanya akan membuang banyak waktu. Aku sudah sangat ingin menyentuhmu.”

Sulit dipercaya. Jika Sergio yang ia kenal sosok baik dan kalem ternyata malah menunjukkan sifat aslinya, dia begitu mengerikan.

Shanika mengikuti langkah Sergio, mereka berdua masuk ke dalam gereja. Gereja tampak sepi, hanya ada pendeta di depan sana. Keduanya saling berhadapan, mengucapkan janji suci pernikahan.

Kalau Sergio bersikap tenang, berbeda dengan Shanika yang terus diiringi tangisan. Mulai hari ini, hidupnya akan terus terikat dengan Sergio.

Dalam artian, dia juga sudah menjadi simpanan kakak iparnya sendiri. Tidak bisa dibayangkan kalau ini terbongkar, Shanika bingung akan berbuat apa nantinya.

“Ini bukan yang kau inginkan? Sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri meski hanya sebatas kertas saja. Itu artinya, aku berhak atasmu dan kau tidak boleh menolak perintahku,” bisik Sergio, untuk yang kedua kalinya mereka berdua berciuman usai mengatakan janji suci pernikahan di hadapan Tuhan.

Pikiran Shanika begitu kosong, sepanjang jalan pulang dia hanya melamun. Memikirkan nasibnya yang pilu setelah ditinggalkan ayah dan ibu.

Untuk sementara waktu, Shanika terpaksa memenuhi perintah Sergio. Dia berharap menemukan jalar keluar supaya tak berhubungan dengan pria yang sudah resmi menjadi suaminya.

Namun di matanya, Sergio hanyalah pria asing. Sesakit itu Shanika sampai dia tak mau mengakui. Seperti yang Sergio bilang, pernikahan mereka hanyalah sebatas kertas dan hubungan ranjang saja. Tidak lebih dari itu.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Sergio memecah keheningan. Membuyarkan lamunan Shanika.

“Nevan, dia pasti mencariku. Aku akan pulang sebelum malam menjelang,” jawab Shanika.

“Tapi kau tidak lupa apa tugasmu, 'kan? Tugasmu mulai sekarang dan seterusnya menjadi partner ranjangku.”

Semuanya sudah terlanjur, Shanika sudah mengambil jalan ini supaya punya uang untuk biaya pengobatan Nala dan juga membiayai Nevan. Demi dua adiknya Shanika sampai rela menjual diri pada pria yang masih dalam lingkup keluarganya.

Sejak lama, ada rasa tertarik yang dirasakan oleh Sergio. Semua itu semula karena dulu mereka hampir dijodohkan, sebelum akhirnya Sergio menikah dengan Carissa.

Keluarga mereka dekat, sehingga itulah kedua orang tua mereka menjodohkan. Namun, Shanika menolak dan menyuruh ayahnya menjodohkan Carissa saja.

'Dulu kau menolakku, Shanika. Sekarang … kau tidak akan berani menolakku,’ batin Sergio. 

Dari lama, dia lebih tertarik pada Shanika daripada Carissa. Tapi penolakan Shanika membuat dirinya tidak terima.

Dari sekian banyaknya wanita yang mengincar, hanya Shanika paling berani menolak. Cukup mengejutkan dan membuat Sergio ingin menantang kembali.

Sepulang dari gereja, Sergio membawa Shanika ke sebuah penginapan untuk bersenang-senang. Sudah dari semalam ini menahan dan menantikan, tentu tanpa sepengetahuan istrinya.

Biarlah rahasia ini mereka berdua yang tahu.

Tubuh Shanika terdorong ke tembok, badannya terhimpit oleh badan besar Sergio. Lelaki itu tanpa aba-aba mengunci pergerakannya. Shanika sudah tak bisa tenang, apalagi saat wajah Sergio semakin dekat.

“To-tolong jangan lakukan ini sekarang, Kak, aku … aku butuh waktu,” pinta Shanika dengan suara bergetar.

Permintaan Shanika sama sekali tidak didengarkan, Sergio langsung membungkam bibir Shanika dengan tergesa. Tak ia biarkan ciuman itu terlepas walau hanya hitungan detik saja.

Kedua tangan Shanika diletakkan di atas kepala, Sergio lekas menguncinya. Mulut Shanika terbuka ketika lidah Sergio menerobos masuk ke dalam sana. Sembari memagut, memberikan lumayan dan gigitan kecil, Sergio juga terus memperdalam ciumannya.

“Eungh ….” Shanika menahan lenguhan, desahan itu ia tahan agar tak dikeluarkan saat bibir basah Sergio bersarang di lehernya. 

Gerakan Sergio semakin tak terkendali, ia terus memberikan kecupan di leher, bahu hingga bibir ranum Shanika yang sudah bengkak karena ulahnya.

“Hentikan!” teriak Shanika memberontak sembari memukul punggung Sergio. Sebagai balasan, Sergio kembali membungkam bibir kenyal yang tampak menggiurkan.

Dalam sekali angkat, Sergio sudah memangku Shanika. Mengangkatnya seperti anak kecil tanpa melepaskan pagutan bibir mereka. Dengan kasar Sergio mendorong Shanika dia telentang di pembaringan.

“Apa kau sudah siap merasakan sesuatu yang lebih nikmat dari ini?” Bibir Sergio menyeringai nakal, ia mulai melepaskan ikat pinggang.

“Apakah kamu masih perawan?” tanyanya, matanya tak lepas dari Shanika yang sudah tak menentu pikirannya. Ingin kabur dan takut menjadi satu. “Bagaimana kalau ternyata kau tidak perawan dan aku meminta kau mengembalikan separuh uangku?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Els Arrow
sergio tak bisa menghargai wanita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 70. Orang Istimewa

    Bab 70 “Apakah semua yang kulakukan padamu selama ini tak cukup membuktikan bagaimana perasaanku padamu?” tanya Sergio berbalik tanya pada Shanika yang tak bisa lagi berkata-kata. Dua insan tersebut masih bertatapan, dengan jarak begitu dekat. Shanika terharu, setelah semua penderitaan datang silih berganti, telah terganti oleh kebahagiaan yang harus ia syukuri. Kejadian masa lalu, kesalahan Sergio di masa itu memang masih melekat dalam benak Shanika. Jika dipikir lebih dalam, Sergio orang yang selalu ada membantunya. Tak seharusnya Shanika menumpahkan semua yang terjadi pada Sergio, karena dirinya juga bersalah. “Bisakah kita perbaiki kesalahan kita untuk lebih baik ke depannya, Mas? Aku tahu cara kita bersatu memang salah, tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana kita tidak terikat dengan kontrak itu. Mungkin aku dan kamu tidak akan bisa bersama seperti ini,” ujar Shanika, ingin

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 71. Ending

    Bab 71 “Nala di rumah sakit, Pa, Nala koma,” balas Shanika menahan rasa sedihnya karena Nala belum juga sadar sampai sekarang. Di saat ayahnya kembali dan ditemukan, rasanya teras kurang jika Nala tidak ada. Kurang lengkap. Pak Grahardi mengusap wajah gusar sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dengan perasaan terpukul. Saat kecelakaan itu terjadi, Pak Grahardi memang sedang bersama Nala. Saat itu, Pak Grahardi akan mengantar Nala sekolah, tetapi rem mobilnya mendadak blong. “Antar Papa menemui Nala, Nak, Papa ingin tahu keadaannya,” pinta Pak Grahardi, meski terlihat tegar di luar, di dalam dia begitu sedih karena apa yang terjadi pada keluarganya disebabkan oleh Bu Listia yang salah paham selama ini. “Aku akan mengobati Shanika dulu di kamar, Pa,” kata Sergio melihat ada beberapa luka di tubuh istrinya. Dahi Pak Grahardi mengkerut, tatapannya mengintim

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 69. Ditangkap Polisi

    Bab 69 Para polisi datang, langsung menghampiri Carissa dan Bu Listia yang hendak melarikan diri. Kedua kaki mereka ditembak, sehingga mereka tak bisa kabur ke mana-mana sambil menahan rasa sakit di kakinya. “Argh, lepaskan aku! Aku tidak akan mengampuni kalian! Ingat aku baik-baik, aku akan membalas dendam nanti!” teriak Bu Listia diangkat paksa oleh polisi. “Tunggu, Pak. Saya ingin bicara sesuatu,” kata Pak Grahardi sebelum Bu Listia dibawa pergi, dia harus mengatakan kebenaran agar Bu Listia tidak salah paham dan menaruh kebencian pada mendiang istrinya yang sudah dilenyapkan dengan kejamnya. “Aku dan Nancy sudah berhubungan sejak kami SMA, kami menjalin hubungan diam-diam tanpa sepengetahuan kau. Bahkan, aku dan Nancy sudah menikah saat lulus kuliah. Kami menikah dan tinggal di tempat asing, kami hidup bahagia, tapi semenjak ada kau. Nancy menderita karena aku duakan, bahkan dengan tak tahu dirinya k

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 68. Dalang Kejahatan

    Bab 68 Penutup wajah itu dilempar dengan asal, menampakan wajah si pelaku dengan jelas. Melihat itu, Shanika hampir terjerembab saat orang itu adalah Carissa. “Kak Carisssa?” pekik Shanika kaget sekaget-kagetnya. Carissa menyunggingkan senyum dengan tatapan tak bersahabatnya. “Kenapa, lo kaget?” Wanita di belakangnya pun ikut membuka, lagi-lagi Shanika dibuat tercengang karena orang yang mengincar dan menculik Nevan adalah ibu serta kakak tirinya. “Mama? Kakak? Kenapa kalian menculik Nevan dan mengincarku?” tanya Shanika pada keduanya yang berdiri sembari bersedekap dada. Pertanyaan itu dianggap angin lalu, Bu Listia langsung melayangkan tamparan serta mendorong Shanika sampai tergeletak di tanah. Plak! “Dasar anak haram, seharusnya dari awal aku menyingkirkanmu jika kehadiranmu hanya merusak kebahagiaanku dengan anakku,

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 67. Penculikan Nevan

    Bab 67 Cukup lama mereka mencari ke seluruh penjuru rumah sakit dengan bantuan penjaga. Nihil, hasilnya tidak ada, Nevan tidak ada di sini dan dibawa lari oleh orang tak dikenal. Shanika terduduk lemas di lantai sembari menutupi wajahnya karena sudah lalai menjaga Nevan. “Maafin Kakak, gak seharusnya Kaka lalai menjagamu, Nevan,” lirih Shanika terus menyalahkan diri sendiri karena ia lalai mengawasi adiknya. Jika terjadi sesuatu pada Nevan, Shanika tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Sergio berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Shanika yang terus menangis di pelukannya. “Tenang, kita akan cari Nevan sampai ketemu, Sayang.” “Kalau begitu ayo kita cari, Mas, kita ke kantor polisi supaya dibantu mencari Nevan,” ajak Shanika tak peduli seberapa lelah dirinya, yang Shanika pikirkan soal keselamatan adiknya. Meskipun Shanika baru pulih, dia harus bisa mencari Nevan

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 66. Fakta Masa Lalu

    Bab 66 Karena Pak Hans adalah orang terdekat ayahnya sekaligus juga mereka sudah bersahabat sejak kecil, Shanika berpikir kalau Pak Hans tahu sesuatu tentang kejadian di masa lalu. Mungkin dia bisa tahu soal Bu Listia yang sangat membencinya dan juga membenci sang ibu. Pak Hans menepuk pucuk kepala Shanika yang sudah ia anggap sebagai putrinya, dia merasa bersalah sudah patuh pada Bu Listia. Pak Hans enggan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. “Kamu yakin ingin tahu?” ujar Pak Hans, sebelum bercerita ia bertanya pada Shanika siap atau tidak mendengarkan ceritanya. Shanika mengangguk mantap, dia ingin tahu hal ini sejak dulu. Hanya saja Shanika tidak tahu harus menanyakan ini pada siapa, pada Mbok Cahyani, beliau tidak tahu. Selagi mereka bertemu, Shanika ingin bertanya. Ia yakin kalau Pak Hans tahu. “Aku yakin, Pak, aku siap mendengarnya. Apa pun itu,” ujar Shanika bersungguh-sung

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 65. Kejujuran Pak Hans

    Bab 65 Tidak tahu berapa lama mereka bercinta, sampai keduanya merasa puas hingga tertidur pulas. Sergio bangun dari tidurnya, dia menatap Shanika yang masih tidur dan memunggunginya. Sergio tersenyum tipis, mengingat momen indah semalam membuatnya enggan untuk pergi ke alam mimpi. Andai tak punya hati nurani, tak akan ia biarkan Shanika istirahat dan terus bercinta hingga pagi hari tiba. “Udah bangun, Kak?” tanya Shanika sudah bangun lebih awal, hanya saja ia masih kantuk dan juga badannya pegal. “Baru aja, morning, Baby,” bisik Sergio melingkarkan tangan kekarnya di perut rata Shanika yang tak memakai apa-apa. “Hari ini aku mau ke rumah sakit, mau jenguk Nala sama Nevan. Mumpung Nevan libur sekolah,” ujar Shanika sambil mengusap punggung tangan Sergio yang melingkar di perutnya. Ia menghela napas panjang saat Sergio melayangkan kecupan bertubi-tubi. “Aku antar.”

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 64. Kegiatan Panas

    Bab 64 “Ya ampun, Den Gio dan Non Shanika kenapa?” pekik Mbok Cahyani ketika membuka pintu, melihat dua majikannya sudah kotor oleh telur di sekujur tubuh. Shanika dan Sergio tidak menjawab, melewati Mbok Cahyani begitu saja lantaran Shanika diam membisu sejak jadi. Sergio menuntun Shanika, menggenggam tangannya naik ke tangga untuk membersihkan diri kamar mandi mereka. Sergio juga tak banyak bicara, membiarkan Shanika sibuk dengan pikirannya. Sergio mendorong pintu kamar mandi dengan kaki, melepaskan baju yang melekat di tubuhnya karena bau anyir begitu menyeruak masuk ke indra penciumannya. “Mandi dulu, aku akan mengobati pipimu. Pipimu memar,” kata Sergio lembut, menarik Shanika ke dalam kamar mandi tanpa menutup pintu. Toh, tidak ada yang berani masuk tanpa izin dahulu. “Mandi bareng?” tanya Shanika akhirnya buka suara setelah bungkam sekian lama, Sergio mengangguk.

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 63. Pengadilan

    Bab 63 Shanika langsung menarik selimut, menutupi Sergio yang tengah dikeloni olehnya. Nevan menatap dengan bingung, membuat Shanika jadi malu. Nevan berjalan mendekat ke arah kakaknya, bocah kecil itu naik ke atas ranjang dan memeluknya. “Kok Kakak tidurnya sama Kak Gio terus, sih? Apalagi disusui, kayak tuyul. Ih, udah gede dikeloni,” ejek Nevan menatap Sergio di balik selimut tebal. Shanika menyemburkan tawa ketika Nevan begitu polosnya mengatakan demikian. Nevan memeluknya dari samping, membuat Shanika seperti punya dua bayi. Yang satu kecil, yang satu besar. “Karena Kak Gio suami Kakak, jadi tidurnya berdua. Kamu kenapa nggak tidur? Udah malam loh,” ujar Shanika membalas pelukan adiknya. “Evan kangen Nala, Kak, kapan Nala sadar? Kok Nala tidurnya lama ….” Nada sedih Nevan barusan, hati Shanika tercenung. Hatinya teriris jika Nevan sudah me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status