Home / Lainnya / Terikat Perjanjian / Sekaligus Dua Kabar Gembira

Share

Sekaligus Dua Kabar Gembira

Author: Ayu Duwiani
last update Last Updated: 2021-08-25 23:28:53

Namun, Karin tidak percaya dengan kata-kata Rachel. Apa lagi dia melihat ada dua kertas yang di pegang Rachel. Tanpa berpikir panjang lagi, salah satu surat itu di ambil oleh Karin. Karena penasaran, dia nekat langsung membuka surat tersebut. Namun bukan surat kelulusan yang dia ambil, tapi surat beasiswa yang barusan di berikan Kepala Sekolah.

“Ya Tuhan, dasar pembohong kamu ya. Kabar sebagus ini kamu bilang tidak lulus. Ini apa? Beasiswa kan, Chel?”

“Hehe, iya. Maaf, aku Cuma bercanda kok.”

“Ya, ampun teman aku ini. Suka banget buat orang cemas. Selamat ya, sudah mendapatkan beasiswa.”

“Iya, sama-sama. Oh iya, lupakan soal beasiswa ini. Mending kita rayakan kelulusan kita.”

“Em, benar juga. Kalau begitu ayo kita coret-coret baju kita.”

“Kayaknya nggak deh. Daripada kita coretin baju kita, mending bajunya kita kasih sama adik kelas. Kan berguna juga. Mending kita rayakan dengan makan-makan, gimana?”

“Tapi kamu ya, Chel yang traktir?”

“Aman kalau soal itu. Yuk ah!”

“Oke siap!”

***

“Ayah!!!” Teriak Rachel ketika sampai di rumah dan memeluk ayahnya dari belakang yang sedang duduk di kursi.

“Tumben Ayah pulang cepat?” sambungnya.

“Memangnya tidak boleh Ayah pulang cepat, malah bagus dong kalau pulang cepat. Iya kan? Oh iya, mana hasilnya Ayah mau lihat! Pasti anak Ayah lulus kan? Kan anak Ayah ini anak yang pintar.”

“Ini, Yah!” Rachel menyodorkan sebuah surat.

“Semoga hasilnya tidak mengecewakan, Ayah!” sambungnya sembari memasang wajah khawatir.

Ayah mengerutkan keningnya, dan seolah ragu ingin membuka surat tersebut. Tapi karena penasaran, lalu Ayah buka isi amplop dan mengeluarkan selembar kertas. Ayah tampak serius membaca isi surat tersebut dengan seksama. Dengan berkali-kali membenarkan kacamata yang di pakainya.

“Loh, ini surat apa? Bukan surat kelulusan! Maksudnya apa?” Sepertinya ayah belum mengerti maksud dari isi surat beasiswa yang Rachel berikan.

“Memangnya di situ tertulis apa, Yah?”

“Surat beasiswa. Tunggu! Tunggu!” Ayah membaca ulang surat beasiswa yang dia baca. Di sana tertulis bahwa ada nama Rachel Maharani.

“Jadi kamu dapat beasiswa, Chel?”

Rachel mengangguk kan kepala dan mengembangkan senyum di bibirnya.

“Alhamdulillah ya Allah. Ternyata anak Ayah yang pintar ini berhasil mendapatkan beasiswa.”

“Iya, Yah. Ayah senang kan? Alhamdulillah, Yah. Tapi Ayah rela kalau aku kuliah di tempat ini, Yah? Kan jauh dari sini. Jadi aku harus tinggal di sekitar sana.”

“Tidak apa-apa, memangnya kenapa juga. Yang penting kamu bisa belajar lebih baik.”

“Tapi nanti Ayah tinggal sendiri di rumah kalau aku jauh, Yah. Andai saat itu aku setujui Ayah menikah lagi, pasti ada yang urus Ayah di rumah saat aku tidak ada.”

“Tidak apa-apa, lagian saat itu Ayah juga masih ragu dengan pilihan Ayah. Jadi Ayah pilih urus kamu saja. Ayah tidak apa-apa sendiri kok.”

“Baiklah, Yah.”

“Ayah sangat bangga dengan kamu, Nak. Kamu sangat mewariskan wajah ibu kamu, dan juga pintarnya.”

“Masa iya, Yah? Terus aku di wariskan apa dari Ayah?” Rachel terkekeh meledek Ayahnya.

“Kamu mewarisi keberanian Ayah, kalau soal yang lain, kamu mewarisi kebiasaan bangun siang. Soalnya waktu muda dulu, Ayah juga seperti kamu.”

“Wah, pantes saja aku suka bangun kesiangan. Jadi gara-gara Ayah ya. Haha!”

Suasana hangat sore itu membuat kedua anak dan ayah itu semakin akrab. Rachel yang sudah berhasil membuat bangga ayahnya.

Waktu demi waktu berjalan begitu cepat, beberapa tahun kemudian Rachel sudah menyandang gelar sarjana dan lulusan terbaik dengan nilai paling tinggi di kampus. Tidak di ragukan lagi kepintaran Rachel yang sudah menjadi berita dan meluas kemana-mana. Hari itu, dia wisuda tanpa di hadiri ayahnya. Padahal dia sangat berharap kalau ayahnya dapat hadir di hari bahagianya.

***

“Rachel, Selamat ya sayang sudah menjadi sarjana sekarang.”

“Terima kasih, Sayang.”

“Tapi kok wajah kamu cemberut begitu? Kenapa?” tanya Radit kekasih Rachel. Mereka kenal dan berpacaran sejak pertama kali Rachel duduk di bangku perkuliahan. Mereka beda jurusan dan semester, hingga saat itu Radit sudah lulus duluan sebelum wisuda Rachel. Tapi hubungan mereka terlihat baik sampai sekarang setelah sekian lamanya.

Radit pria tampan, juga kaya raya. Dengan potongan rambut kekinian, penampilan baju yang selalu modis bak seorang model majalah pria tampan. Banyak wanita yang iri dengan Rachel karena sudah dengan mudahnya mendapatkan Radit bintangnya di kampus tersebut.

“Ayah!”

“Ayah kenapa, Chel?”

“Ayah tidak dapat datang hari ini, aku sedih. Cuma kamu yang aku miliki di sini. Tapi aku juga iri melihat orang lain semua berfoto dengan kedua orangtuanya.”

“Memangnya alasan Ayah apa sampai dia tidak bisa datang kemari?

“Ayah sibuk kerja di kantor, katanya tadi ada urusan yang tidak bisa di tinggal.”

“Ya sudah, jangan sedih lagi ya. Kan masih ada aku yang temani kamu. Kalau Ayah nanti biar kita rayakan di rumah bersama Ayah.”

“Terima kasih ya, Sayang. Sudah selalu ada untuk aku.” Rachel kembali tersenyum karena Radit yang selalu ada untuknya.

“Ya sudah, kalau begitu aku antar pulang ya.”

Radit mengantar Rachel pulang ke rumah. Sepanjang jalan, Rachel merasa sedih. Karena setiap tempat yang dia lihat, selalu ada anak kecil bersama Ayah dan ibunya. Melihat semua itu, timbul lagi bayangan ketika dia masih kecil sekitar umur sembilan tahun. Begitu hidup bahagia bersama ayah dan ibunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Perjanjian   Gagal

    “Sebenarnya ini kesempatan aku untuk melukai mas Joe. Tapi tidak mungkin aku ke sana bawa anak ini. Lalu jika aku tertangkap, dan aku masuk penjara, siapa yang akan urus anak ini?” Bella terus bicara dengan diri sendiri di dalam kamar sembari menenangkan anaknya yang sedikit rewel.“Ada apa, Bel? Kenapa dengan anak kamu. Kok sejak tadi rewel saja?” Ucap mama dari luar kamar.“Tidak apa-apa kok, Ma. Mungkin dia sedikit kangen dengan Ayahnya saja. Ini lagi tenang kan, sebentar lagi juga tidur.” Sahut Bella beralasan.“Ssttttttt...!!!” Bella berusaha mendiam kan anaknya dengan telunjuk jarinya. Mama pun sudah tidak bertanya-tanya lagi.

  • Terikat Perjanjian   Ternyata Mandul

    “Tidak mungkin aku katakan itu sekarang pada Joe. Apa lagi sekarang dia lagi sekarat di rumah sakit. Tapi kasihan, dia juga menjadi korban perselingkuhan. Memang benar-benar kurang ajar Bella. Tidak tahu diri!” Rachel menggerutu sendiri dalam kamarnya. Sembari menunggu kabar selanjutnya tentang keadaan Joe sekarang.“Nanti ada saatnya, pasti akan aku katakan kebenarannya. Aku tidak peduli lagi dengan mas Radit. Tapi di sisi lain, Joe juga harus tahu semua suatu saat nanti,” gumamnya lagi.*** Keadaan di rumah sakit mama, papa dan juga Bella sedang berlari cepat untuk segera menuju ruangan di mana Joe di rawat. Sesampainya di ruang rawat kondisi sangat mengejutkan. Joe yang sudah t

  • Terikat Perjanjian   Bau Perselingkuhan

    “Non Rachel, non tidak apa-apa kan?” Bibi menempelkan kupingnya dan memastikan keadaan Rachel yang menangis terisak-isak di dalam kamarnya. Tidak sengaja bibi melewati kamar Rachel dengan suara tangisan. Ketika di tanya bibi, tak sepatah kata pun di ucapkan Rachel. Bibi terus bertanya untuk memastikan keadaan Rachel.“Kenapa, Bi?” Tiba-tiba Radit di belakang mengejutkan bibi yang sedari tadi kuping dan pipinya menempel pintu kamar.“Ini Den, dari tadi Non Rachel menangis gak berhenti. Bibi takut dia kenapa-kenapa, dan pintu terkunci.”“Coba biar aku yang tanya, Bi.” Radit mengganti kan posisi bibi berdiri di depan pintu lalu bertanya dengan Rachel. Memang benar, suara tangisan tak henti-hentinya di dalam. Terdengar seperti sangat pilu yang sedang di alami.“Jangan-jangan Non Rachel ingin melahirkan, Den?” tanya Bibi lagi.“Kalau memang dia ingin melahirkan, tidak mungkin dia ha

  • Terikat Perjanjian   Apa Peduliku?

    “Apa peduliku, kenapa juga aku masih memikirkan tentang parfum itu. Kalau memang Mas Radit selingkuh, ya biarkan saja. Toh dia juga tidak peduli dengan aku.” Rachel berusaha menguatkan kembali dirinya sendiri ketika mengingat hal tersebut. Namun dia seperti orang linglung dan kebingungan. Terkadang dia merasa curiga, bahkan bisa saja tidak peduli sama sekali.“Tapi kenapa aku hati aku merasa cemburu ya? Padahal semua itu juga percuma aku pikirkan. Ah, entah lah.” Rachel menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.“Nak, kamu yang sabar ya sayang. Kamu harus tetap bertahan. Sebenarnya ibu sudah tidak tahan tinggal di sini. Tapi ibu tidak punya uang untuk biaya melahirkan kamu nanti. Semua ini demi kamu sayang. Seperti apa pun nanti kamu, ibu akan selalu menyayangi kamu. Biarkan saja Ayah dan kakek nenekmu tidak mengakui kamu, tapi ada ibu yang akan selalu ada untuk kamu sayang.” Tidak terasa air mata Rachel menetes bergulir membasahi pipi

  • Terikat Perjanjian   Bau Aroma Parfum Menyengat

    Usia kandungan Rachel kini sudah memasuki delapan bulan. Artinya, hanya menunggu waktu satu bulan lagi dia akan segera melahirkan. Karena semua orang akan mengusirnya ketika nanti sudah melahirkan, tidak membuat Rachel sedih. Bahkan waktu itu lah yang dia tunggu-tunggu untuk segera keluar dari rumah yang seperti neraka.“Bau parfum siapa ini?”Tidak seperti biasa, kali ini Rachel ingin mencuci baju kerja Radit yang kotor di bak baju kotor. Namun dia menemukan keganjalan dengan mencium bau-bauan parfum yang berbeda atau memang dia tidak pernah beli sama sekali. Wangi ciri khasnya seperti parfum wanita.“Ini seperti parfum wanita,” lagi-lagi Rachel terus mencium bau wangi itu. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu.“Bukannya wangi aroma ini pernah aku cium di dalam rumah ini, tapi apa mungkin Mas Radit punya wangi parfum ini ya? Coba aku cek dulu deh.”Karena penasaran, Rachel mencoba untuk mencari kebenaran bau itu.

  • Terikat Perjanjian   Mendekam di Balik Kamar

    Hari terus berlalu, dan bulan berganti bulan. Meski sudah ada pembantu baru di rumah, tidak membuat Rachel untuk bermalas-malasan. Dia ingat akan pesan ibunya semasa masih hidup dulu. Bahwa ketika nanti di rumah mertua, kaya atau pun miskin, dia tidak boleh berleha-leha. Karena bagaimana pun, wanita adalah kunci keharmonisan rumah tangga. Jika menjadi istri atau pun menantu harus tetap rajin agar tidak di nilai pemalas. Lagi pula karena kehamilan Rachel sudah masuk tujuh bulan, dia harus banyak bergerak agar membantu mudahnya persalinan nanti. Tapi, semenjak kehamilan Rachel. Tak seorang pun yang peduli pada kandungannya. Sehingga dia tidak pernah periksa keadaan kandungannya. Meski pernah mencuri waktu untuk keluar, namun dia tidak di perbolehkan. Alasan mertuanya adalah, tidak mau sampai kalau para tetangga Rachel sedang hamil.Jadi, kegiatan Rachel hanya berdiam diri di rumah dan sesekali membantu pekerjaan pembantunya.“Non Rachel, ini Bibi buatkan jus untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status