Home / Romansa / Terikat dalam Pernikahan Mendadak / 19. Bayangan di balik langkah

Share

19. Bayangan di balik langkah

Author: nana
last update Huling Na-update: 2025-09-24 12:17:13

Di dalam mobil hitam yang terparkir tak jauh dari halte, Sean sudah mengamati sejak Lyra keluar dari perpustakaan. Matanya tajam mengikuti setiap pergerakan. Ketika ia melihat sosok berhoodie menyeberang dan berhenti di seberang halte, tangannya otomatis meraih alat komunikasi di telinga.

“Target terlihat. Posisi seberang halte, jarak 50 meter dari Ny. Lyra,” lapornya singkat.

Suara berat Bintang terdengar dari alat itu, dingin tapi penuh kendali.

“Jangan bertindak gegabah. Selama dia tidak mendekat, biarkan. Aku ingin tahu seberapa jauh dia berani melangkah.”

Sean mengepalkan tangan di setir. Baginya, perintah itu terdengar seperti siksaan. Melihat Lyra duduk gelisah, jelas terancam, membuat darahnya mendidih. Namun ia bukan siapa-siapa selain tangan kanan. Jika Bintang berkata diam, maka ia akan diam.

Sementara itu, Lyra terus mengintip dari bawah bulu matanya. Pria berhoodie itu masih di sana, tidak bergerak. Rasanya seperti dipaku oleh tatapan yang menusuk.

Detik terasa sangat pan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terikat dalam Pernikahan Mendadak   23. Dini hari

    Malam itu terasa begitu panjang bagi Lyra. Ia terbangun mendadak, tubuhnya berkeringat dingin, napasnya terengah seolah baru saja berlari jauh. Pandangannya langsung mengarah ke sisi ranjang yang seharusnya diisi oleh Bintang. Kosong. Bantal di sampingnya dingin, seolah sudah lama ditinggalkan.Dadanya bergemuruh. Rasa takut yang ia kira sudah mulai reda tiba-tiba kembali menyeruak, membuat tenggorokannya tercekat. Ia memeluk dirinya sendiri, berusaha menenangkan hati, namun semakin ia mencoba, semakin ia merasa hampa.“Bintang…” bisiknya lirih, suara nyaris patah.Tidak ada jawaban. Tidak ada suara langkah. Tidak ada kehangatan di sisinya. Yang tersisa hanya keheningan yang terasa menyesakkan.Lyra turun dari ranjang, kaki telanjangnya menyentuh lantai dingin. Ia melangkah pelan menuju ruang tamu, menyalakan lampu kecil di sudut ruangan dan televisi dengan volume rendah, sekadar untuk memecah kesunyian.Namun, meski suara samar dari TV terdengar, rasa takut tidak juga berkurang. Baya

  • Terikat dalam Pernikahan Mendadak   22. Rahasia yang terkuak

    Suasana jalanan sore terasa berbeda bagi Lyra.Mobil melaju stabil di bawah kendali Bintang. Namun, alih-alih tenang, dadanya masih berdebar kencang. Bayangan pria berhoodie yang mendekatinya di bus tadi seolah terus mengikuti dalam pikirannya. Setiap kata yang dibisikkan pria itu menggema lagi, menusuk telinganya: “Tak peduli seberapa jauh kau sembunyi… aku tetap bisa menemukamu.”Lyra memeluk kedua tangannya sendiri, berusaha menahan gemetar. Ia menoleh ke samping. Bintang duduk di belakang kemudi, wajahnya tanpa ekspresi, hanya tatapan mata dingin yang menatap lurus ke jalanan. Namun, genggaman tangannya di atas roda kemudi begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih.Keheningan terasa berat. Tidak ada musik, tidak ada percakapan. Hanya deru mesin mobil yang mengisi udara.“B-Bintang…” suara Lyra akhirnya pecah, lirih. “Siapa dia? Kenapa dia mengikuti aku?”Bintang menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke jalan. Jawabannya singkat, nyaris berbisik, namun penuh tekanan. “Orang yang se

  • Terikat dalam Pernikahan Mendadak   21. Benturan dalam Bayangan

    Bus yang biasanya ramai oleh obrolan kini mendadak sunyi. Hanya suara mesin yang menderu, roda berdecit di jalan aspal, dan detak jantung Lyra yang terasa terlalu keras di telinganya.Bintang berdiri tegap, tubuhnya menjadi tembok yang menghalangi Lyra dari pria berhoodie. Aura dingin yang memancar darinya membuat beberapa penumpang bergeser, memberi ruang.“Geser,” ulang Bintang dengan suara rendah, tajam.Pria berhoodie itu menoleh pelan, menatap balik dengan mata berkilat. Senyumnya tipis, sinis, seolah menikmati permainan ini.“Aku hanya berdiri, tidak melakukan apa-apa,” ucapnya datar, tapi tatapannya menusuk ke arah Lyra. “Kalau dia ketakutan, itu urusannya sendiri.”Lyra menegang, tubuhnya bergetar kecil. Ia ingin berkata sesuatu, membela diri, atau sekadar meminta pria itu menjauh. Tapi kata-kata tercekat di tenggorokannya.Bintang meraih tiang besi bus dengan satu tangan, tubuhnya condong sedikit ke depan, nyaris menempel dengan pria itu. “Kau sudah cukup membuatnya takut. Tu

  • Terikat dalam Pernikahan Mendadak   20. Dalam Jerat Langkah

    Bus melaju dengan lamban, remnya berdecit setiap kali berhenti di halte. Udara di dalam terasa pengap, meskipun jendela-jendela terbuka setengah. Suara mesin bercampur dengan gumaman penumpang, dering ponsel, dan sesekali teriakan pedagang asongan yang naik-turun.Namun bagi Lyra, semua suara itu terdengar jauh. Jantungnya berdetak terlalu kencang, hampir menenggelamkan seluruh hiruk pikuk. Ia hanya fokus pada satu hal: keberadaan pria berhoodie hitam yang berdiri tak jauh dari kursinya.Keringat dingin menetes di pelipisnya. Tangannya semakin erat menggenggam tali tas, seolah benda itu satu-satunya perisai. Nafasnya pendek, tidak teratur. Ia tidak berani menoleh, tapi bayangan hitam itu tetap terasa menekan dari sudut matanya."Kenapa dia naik bus yang sama? Kenapa harus berdiri di sini?" pikir Lyra panik.Orang-orang di sekitar tampak biasa saja, sibuk dengan dunia masing-masing. Seorang ibu muda menenangkan anaknya yang rewel, dua mahasiswa berceloteh soal tugas, seorang bapak sete

  • Terikat dalam Pernikahan Mendadak   19. Bayangan di balik langkah

    Di dalam mobil hitam yang terparkir tak jauh dari halte, Sean sudah mengamati sejak Lyra keluar dari perpustakaan. Matanya tajam mengikuti setiap pergerakan. Ketika ia melihat sosok berhoodie menyeberang dan berhenti di seberang halte, tangannya otomatis meraih alat komunikasi di telinga.“Target terlihat. Posisi seberang halte, jarak 50 meter dari Ny. Lyra,” lapornya singkat.Suara berat Bintang terdengar dari alat itu, dingin tapi penuh kendali.“Jangan bertindak gegabah. Selama dia tidak mendekat, biarkan. Aku ingin tahu seberapa jauh dia berani melangkah.”Sean mengepalkan tangan di setir. Baginya, perintah itu terdengar seperti siksaan. Melihat Lyra duduk gelisah, jelas terancam, membuat darahnya mendidih. Namun ia bukan siapa-siapa selain tangan kanan. Jika Bintang berkata diam, maka ia akan diam.Sementara itu, Lyra terus mengintip dari bawah bulu matanya. Pria berhoodie itu masih di sana, tidak bergerak. Rasanya seperti dipaku oleh tatapan yang menusuk.Detik terasa sangat pan

  • Terikat dalam Pernikahan Mendadak   18. Bayangan yang mendekat

    Matahari pagi menyinari kampus dengan lembut. Pepohonan yang berjajar di tepi jalan bergetar pelan karena angin. Suasana riuh mahasiswa yang baru tiba menambah semangat Lyra untuk melangkah lebih cepat menuju kelas.Namun, meski wajahnya terlihat ceria, hatinya masih membawa sisa kehangatan dari kejadian pagi tadi. Ia tidak menyangka, Bintang—pria dingin yang selalu terlihat kaku—ternyata bisa menyiapkan sarapan untuknya.“Dia… tidak seburuk yang kupikir,” gumam Lyra sambil menggenggam erat tali tasnya.Di lehernya, kalung dengan cincin pernikahan itu bergoyang lembut. Setiap kali Lyra menyentuhnya, ada rasa aman yang perlahan muncul. Seolah cincin itu bukan hanya tanda ikatan, tapi juga perlindungan.Namun, di balik keramaian kampus, ada sepasang mata yang tak pernah lepas darinya. Dari kejauhan, seorang pria berhoodie hitam berdiri di bawah pohon besar. Tudungnya menutupi sebagian wajah, menyisakan hanya dagu dan bibir yang tampak samar. Tangannya dimasukkan ke saku, tubuhnya nyaris

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status