“Nona, anda—”
Namun, sentuhan bibir ranum dan manis Susan di bibirnya membuatnya terhenti. Ivan tahu jika tindakan Susan ini tak lain demi membuat Marco percaya. Maka, Ivan berinisiatif untuk membantu Susan meyakinkan pria tersebut. Demi membuat sandiwara itu sempurna, Ivan balas memeluk dan menekan pinggul dan bokong Susan di hadapan Marco. Mendapati Ivan memeluk dan menyentuh bagian tubuhnya, wajah Susan seketika merona merah. Di saat yang sama, ia merasa malu dan marah. Berani-beraninya Ivan menyentuh pinggul dan bokongnya? Padahal, ia tak menyuruh pria itu untuk melakukan hal tersebut. Tapi pria itu bertindak seenaknya sendiri! Kalau saja apa yang kini tengah ia lakukan kepada Ivan hanya semata-mata karena untuk meyakinkan Marco, pasti sebuah tamparan sudah melayang keras di pipi Ivan atau sepatu hak tingginya akan langsung mendarat di wajah pria itu. Tapi, ia terpaksa membiarkan hal itu seraya menekan emosinya supaya Marco dan semua orang percaya kalau Ivan adalah kekasihnya. Tentu saja, Marco kalut dan marah saat melihat pemandangan yang baginya menjijikan dan menjengkelkan itu Pria sampah itu bahkan menyentuh bagian tubuh yang sangat ia inginkan dari wanita itu! Ia pun buru-buru memisahkan mereka berdua. Kemudian, ia meraih kerah baju Ivan dan mencengkramnya kuat dengan mata melotot. "Berani sekali kau memeluk Susanku!" bentak Marco dengan amarah menggebu. "Pria kampungan sepertimu itu ... sama sekali bukan sainganku untuk mendapatkan Susan!" Mendapati Marco bersikap demikian, Ivan tidak gentar sedikit pun. "Apanya yang tidak pantas?" ujar Ivan sambil tersenyum miring. "Anda dengar sendiri apa yang dikatakan Susan tadi, bukan? Jika saya adalah kekasihnya?" Ucapan Ivan seketika membuat salah satu pewaris keluarga terkaya di kota itu gelagapan! "Jadi, berhentilah mengganggunya." ancamnya tegas. Mendengar jawaban Ivan tak elak membuat ekspresi wajah Marco kian buruk. Tanpa mempedulikan ancaman Ivan, Marco menghempaskan tubuh pria itu dengan kasar. Detik berikutnya, ia mengepalkan tangan, siap melayangkan tinju ke arah Ivan. Namun, dengan cepat, Ivan menangkap tinju Marco dan memelintir tangannya seketika. Marco terbeliak. Tak menyangka Ivan akan memelintir tangannya dengan cepat diikuti tatapan terkejut dari semua orang. Selagi Marco tengah mencerna apa yang terjadi seiring pria itu langsung berontak, berusaha melepaskan tangannya, Ivan lalu menendang tubuh Marco sampai pria itu terlempar sejauh satu meter. Sontak saja, Susan membelalak. Begitu pula dengan semua orang. Mencerna dalam sepersekian detik, lalu Susan melemparkan tatapan mematikan ke arah Ivan. Namun, tiba-tiba, semua orang yang ada di lobi itu tertawa. Sebagian dari mereka menganggap bahwa apa yang Ivan lakukan kepada Marco sangat keren. Namun sebagian yang lain mencemooh Ivan sebab pria itu pasti akan mendapat masalah karena menendang salah satu orang kaya dan berpengaruh di ibu kota seperti Marco. Susan buru-buru mencengkram tangan Ivan dengan kuat. "Kamu sudah gila, Ivan!" Susan berseru marah. "Tidak kah kau tahu siapa Marco!?" Ivan beralih menatap Susan. Tapi belum sempat Ivan membalas, Susan sudah lanjut berkata. "Marco itu adalah salah satu orang kaya dan berkuasa di ibu kota yang berpotensi menjadi rekan bisnis Malice Inc. Tapi, apa yang malah kamu lakukan padanya!?" "Nona tidak perlu bekerja sama dengan orang seperti dia!" balas Ivan tegas setelah terdiam sebentar sembari menunjuk ke arah Marco yang masih mengerang kesakitan di lantai. Sementara itu, dua bodyguardnya Marco bergegas menghampiri sang boss dan membantu berdiri. "Bajingan! Kau tidak tahu siapa aku pria kampungan? Kau ... akan habis setelah ini!" teriak Marco murka. Setelah mengatakan hal itu, Marco pindah menatap dua bodyguardnya yang kini tengah menatap ke arah Ivan dengan marah. "Hajar dia!" titah Marco dengan suara menggelegar. Dua bodyguard itu mengangguk bersamaan. Sementara Susan panik seketika. Di saat yang sama, ia menggigit bibirnya kuat-kuat. Tak menyangka jika kejadiannya akan menjadi rumit seperti ini. Di sisi lain, ia mengkhawatirkan Ivan sebab pasti calon suami kontraknya itu akan berakhir di tangan bodyguardnya Marco. Sudah pasti jika Marco akan memberi pelajaran dan tak akan memberi ampun kepada orang yang mencari masalah dengannya. Kini dua bodyguardnya Marco tengah bersiap hendak membalas apa yang dialami oleh bosnya, mereka menyerang Ivan secara bersamaan. Sama halnya dengan Ivan, pria itu segera memasang kuda-kuda, bersiap menghadapi serangan dari dua bodyguardnya Marco. Tiba-tiba ... "Tu—tuan muda!"Tidak disangka, ternyata Susan tidak marah saat Ivan memberitahu perihal ia yang dulu menolak perempuan yang dijodohkan oleh orang tuanya yang tidak lain adalah perempuan yang saat ini menjadi istrinya. Yang mana, hal itu membuat Ivan ribut dengan kedua orang tuanya dan akhirnya Ivan memutuskan pergi dari rumah demi kebebasan. Susan berpikir, tidak ada gunannya ia marah. Toh, dulu, Ivan juga tidak tahu jika yang akan dijodohkan dengannya itu adalah dirinya. Pun kalau seandainya perjodohan itu terjadi, cinta keduanya mungkin tidak akan sedalam seperti sekarang ini. Malahan, kala teringat awal pertemuannya dengan Ivan, rasanya Susan ingin tertawa saja. Memang, benci dan cinta itu beda tipis. Sedangkan Ivan yang mendengar jawaban Susan terang saja lega bukan main. Demikian, kini sudah tidak ada yang dicemaskan lagi. Sudah tidak ada rahasia yang ia sembunyikan dari Susan lagi. Bisa dikatakan, ia telah terbuka sepenuhnya kepada Susan. Begitu sebaliknya. *** Di saat ini, seorang d
Pesta besar-besaran yang sebelumnya telah direncanakan oleh keluarga Graha akhirnya digelar! Pesta itu tidak lain adalah bentuk rasa syukur Graha dan Rosalinda atas kembalinya Ivan, pulang-pulang sudah berstatus menikah, ditambah istrinya yang kini sedang mengandung. Jelas saja, kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh pasangan konglomerat itu bertambah berkali-kali lipat. Selain itu, Graha dan Rosalinda juga ingin mengenalkan Susan–istrinya Ivan sekaligus menantu mereka berdua–yang kini telah resmi menjadi bagian dari keluarga keduanya kepada semua orang. Malam ini, kediaman keluarga Graha disulap menjadi tempat pesta yang begitu megah. Ada ratusan undangan yang datang dalam acara tersebut. Graha mengundang kerabat, kolega, rekan bisnis dan kenalannya. Kesibukan terlihat sejak tadi di dalam mau pun luar rumah. Tamu-tamu undangan mulai berdatangan. Pelayan hilir mudik membawakan gelas minuman. Tukang pukul berjaga, di tempatkan di setiap sudut ruangan dan beberapa titik. Sementa
"Mendekam diri di penjara!!!" Sontak saja, perkataan Rahardian membuat keduanya terkejut bukan main. Di saat yang sama, mereka berdua balik menatap Rahardian sambil menggeleng tidak percaya. Tega sekali Ayahnya memutuskan hal demikian? Alasan Herlambang menggelapkan dana perusahaan sebab ia yang sangat marah dengan Ayahnya yang selalu berpihak kepada Ivan dan Susan. Alih-alih kepada keluarganya. Sebenarnya, Herlambang hanya ingin melampiaskan kemarahannya saja dan untuk mendapat perhatian kembali dari Ayahnya. Namun, tentu saja, apa yang dilakukan oleh Herlambang sangat keterlaluan dan fatal. Bagaimana tidak, kedua orang tuanya Susan sudah bersusah payah membesarkan Malice hingga seperti sekarang ini dan juga Rahardian sudah setengah mati mempertahankannya. Tapi kini Malice malah akan dihancurkan oleh orang dalam? Anggota keluarganya sendiri? Rahardian terang saja tidak akan memaafkannya, sekali pun orang itu adalah anggota keluarganya sendiri! "Aku adalah anak Ayah. Sedang
Susan menghela nafas lega mendengar jawaban suaminya, "Aku memang pernah menjalin hubungan dengan pria yang umurnya lebih muda sepertimu, sayang. Tapi, tidak untuk memenuhi hasratku saja. Memangnya aku wanita apaan? Dan aku, sungguhan berpacaran dengannya!" "Kalau kamu ingin bertemu dengannya, aku bisa mempertemukanmu dengannya, sayang. Kamu bisa tanya-tanya supaya lebih percaya–" Belum usai kalimat Susan, Ivan sudah memotongnya lebih dulu. "Tidak usah, sayang. Aku percaya padamu. Setelah apa yang dilakukan tante Irene, bodoh sekali jika aku masih mempercayai ucapannya!" Mendengar itu, Susan tersenyum sembari manggut-mangut, "Terima kasih, sayang." Susan kembali memeluk Ivan dengan begitu erat yang langsung dibalas oleh Ivan. Dan yang terjadi selanjutnya membuat Susan sedikit tersentak! Tiba-tiba, Ivan main melumat bibir Susan seraya kedua tangannya menelusuri setiap lekuk tubuh istrinya. Susan juga tidak mau kalah, ia pun membalas lumatan bibir suaminya. Juga melakukan hal y
Semua orang telah beranjak dari pengadilan dan pulang ke rumah masing-masing. Tentu saja, Herlambang, Hesti, Irene dan Rasya pulang dalam keadaan ketakutan luar biasa. Saking ketakutannya, mereka merasa seperti seseorang yang mau menemui ajalnya saja! Bagaimana tidak, mereka akan mendapatkan hukuman dari keluarga yang paling ditakuti di negara Ferania. Baik dari kalangan pebisnis mau pun mafia. Demikian, tamat sudah riwayat mereka! Seketika rencana membalas perbuatan Ivan dan Susan, menghancurkan rumah tangga keduanya, menggugurkan kandungan Susan, lenyap sudah. Jelas, sekarang mereka sudah tidak berani melakukan hal tersebut. Selagi masih ada waktu, mereka tidak henti-hentinya meminta maaf dan memohon ampunan kepada Ivan dan Graha. Namun, keduanya tidak mengubrisnya sama sekali. Mengatakan bahwa sudah terlambat untuk mereka melakukan hal itu, tidak ada kata maaf dan ampunan lagi! Hal tersebut membuat ketakutan yang tengah melanda mereka semakin menggila. Tidak sulit untuk m
Mendengar itu, ke empatnya seketika terlonjak! Belum sempat mereka berempat membalas perkataannya, mulut Graha lanjut bicara, "Tidak perlu dijelaskan. Aku sudah tahu semuanya. Aku sudah tahu apa yang dialami oleh Ivan di keluarga kalian. Perlakukan kalian kepadanya dan tentu, setelah ini, kalian akan mendapatkan balasan dariku langsung!" "Tidak hanya anggota keluarganya Susan saja, tapi semua orang yang dulu pernah menghina dan jahat kepada Ivan!" Sontak saja, mendapatkan ancaman menggelegar dari orang paling kaya di negara ini membuat mereka berempat ketakutan hebat! Kini, mereka mulai menerima fakta bahwa Ivan adalah anaknya tuan besar Graha setelah memikirkannya agak lama. Kala teringat dengan apa yang dulu pernah Ivan lakukan yang bagi mereka itu sangat mustahil dan tidak masuk akal, tapi sekarang seakan semuanya terjawab sudah! "Sebenarnya, mengungkapkan identitas asliku kepada kalian semua bukan lah gayaku. Jujur, aku senang bermain-main dengan kalian. Itu sedikit menghib