Andi menyematkan helaian rambut wanita yang sedang menatapnya dan bertumpu di atas dadanya itu. Cantik, cantik sekali seperti tak tercela, matanya indah hanya riasan tipis saja Ratih masih terlihat seksi.
Dada wanita itu terasa kenyal di dada Andi, ingin sekali lagi rasanya dia coba, entahlah rasanya seperti tak pernah cukup. Apa karena ini yang pertama kali untuk Andi, atau Ratih memang wanita yang sangat nikmat.
"Kamu kerja?" tanya Andi, Ratih mengangguk.
"Dimana?"
"Bank swasta ... teller," jawab Ratih sambil membuat lingkaran di dada Andi.
"Sudah lama?"
"Apa?"
"Kerja sampingan?"
"Maksud kamu?"
"*One night stand?"
"No* ...." Ratih mengangkat wajahnya. "Aku gak pernah ... baru ini sama kamu, gak kenal terus ngelakuin."
"Seperti sudah biasa," ujar Andi.
Sejak keributan yang terjadi karena pengakuan Ella pada Andi, wanita itu tak berhenti gelisah. Sejujurnya, ia mengkhawatirkan pria itu. Bagaimana juga, penyebab semua kejadian ini adalah dirinya sendiri. Andi berubah menjadi laki-laki pengecut dalam menghadapi permasalahan mereka. Ella marah. Namun, Ella mengasihani pria itu. Pada dasarnya, Andi selalu baik padanya. Mereka sudah banyak melalui kejadian susah senang bersama. Meski tak bisa menyelamatkan hubungan mereka, ia mau Andi baik-baik saja. Sebentar lagi, Andi akan menyelesaikan pendidikan spesialisnya. Laki-laki itu sudah memiliki beban cukup banyak selama ini, Ella merasa tak layak merusak kehidupan Andi, dengan petaka yang dibawanya. Pagi itu, Ella bersiap-siap akan menjenguk Andi. Ia sudah membayangkan kehancuran apartemen yang akan dibereskannya di kediaman pria itu. Satu sisi perasaannya sudah lega karena, meski ia mendapat perlakuan kasar dan menjijikkan dari pria itu, sekar
"Muka aku aneh?" tanya Fahri saat menyadari Ella menatapnya teru menerus. "Hah ...." Ella mengalihkan pandangannya, cambang Fahri benar-benar mengingatkan Ella pada Daru. Kenapa Ella rindu Daru, lelaki berengsek yang telah mengambil segalanya miliknya dan meninggalkannya begitu saja. Miris. "Muka aku aneh?" tanya Fahri sambil mengusap pipinya beberapa kali. "Nggak ... muka kamu nggak aneh, masih sesuai kok. Nggak rubah jadi makhluk astral," canda Ella. "Kok seram yah," kekeh Fahri. "Hahaha ... sudahlah nggak usah di bahas, ah aku duluan yah," ucap Ella sambil berjalan meninggalkan Fahri. "Eh ... tunggu," cegah Fahri sambil berlari mengejar Ella.
Ella akhirnya memilih untuk turun dari taksi, memasuki pelataran gedung itu pandangannya mengedar pada banyaknya karangan bunga berbentuk ucapan selamat untu Daru dan Renya. Ella berjalan gontai, memasuki gedung itu. Gedung yang di dekorasi dengan banyaknya taburan bunga di sepanjang jalan sampai ke pelaminan. Untaian bunga-bunga di sepanjang jalan masuk, pelaminan yang indah.Tamu-tamu berdatangan memenuhi ruangan itu, bisik-bisik terdengar dari mereka ketika kedua mempelai masuk menyusuri jalan hingga sampai ke pelaminan.Daru dengan gagahnya memakai tuksedo berwarna putih, dan wanita cantik yang selalu melemparkan senyum itu begitu anggun dengan dress berwarna senada.Ella memandangi keduanya, seharusnya dia yang berada di pelaminan itu bersama Daru, laki-laki yang dia cintai itu. Namun, semua hanyalah mimpi untuk Ella, untuk menggapainya saja sudah tak lagi Ella sanggup. Daru sudah memporak porandakan hatinya, luka y
Saat berpacaran dengan Ella, Andi sudah memperkenalkan image-nya sebagai lelaki baik-baik. Sering terlintas di pikirannya untuk meneruskan cumbuan terhadap Ella, hingga berujung pada hubungan intim. Namun, hubungannya yang semakin dekat dengan wanita yang melahirkan kekasihnya, membuat Andi malu pada dirinya sendiri. Tak jarang Ella hampir membuatnya kelepasan. Namun, semuanya berujung pada wajah kecewa wanita itu menatapnya. Padahal, ia sering membayangkan hal-hal erotis bersama wanita itu. Dan sekarang, kehidupan percintaan mereka hancur lebur. Sejak Ella mengakui kehilangan keperawanannya dengan seorang laki-laki lain. Ia sangat terpukul. Sangat sakit hati. Hingga berujung pada pertemuannya dengan Ratih. Ratih memang bukan wanita suci seperti Ella. Namun, menghabiskan malam bersama Ratih, membuatnya kembali menjadi pria seutuhnya. Ratih begitu memujanya. Lembut, keibuan, dan liar di ranjang.
Daru menggeram saat merasakan bagian kejantanannya dilumat dan dihisap oleh Renya. Detik itu juga langsung merasakan, kenikmatan yang menjalar dari bagian kejantanannya hingga ke seluruh tubuhnya. Sialan Renya benar-benar membuat dirinya merasakan kenikmatan yang membangkitkan setiap inci tubuhnya. Renya bukan Ella yang pasrah dan menurut semua keinginannya. Renya adalah tipe perempuan yang haus akan sex dan tukang perintah. Baiklah, kalau ini keinginan Renya, dia ingin sex Daru akan berikan sex yang Renya inginkan.
Andi kembali mengingat kepergian Ella beberapa hari lalu, tatapan gadis itu masih teringat jelas di ingatan Andi, jujur Andi menjadi merasa bersalah pada gadis itu. Tidak seharusnya dia malah membuat wanita itu bertambah sakit hatinya karena perbuatannya saat ini. Ratih baru saja membersihkan dirinya, memakai bathrobe Ratih melangkah mendekati Andi yang sedang berdiri di jendela apartemen itu. "Apa gak sebaiknya kamu temui dia ... Ella," ujar Ratih. Andi menghela nafas panjang, dia menyugar rambutnya, di satu sisi memang sebaiknya dia menemui Ella, namun di sisi lain Andi juga harus memikirkan perasaan Ratih. "Jangan pikirin aku, aku gak papa ... selesaikan masalah kamu lebih cepat lebih baik," ujar Ratih yang sudah melingkarkan tangannya di leher Andi. "Kenapa kamu begitu baik?" "Karena aku pernah berada di posisi Ella dan pernah bera
Daru tak perlu meminta izin dua kali pada Bramantya untuk membawa Renya pindah dari kediaman orangtuanya. Saat Bramantya dan Yuni tak ada di rumah, Daru meminta Renya lekas-lekas berkemas untuk segera berangkat. Wanita itu hanya membawa dua koper pakaian keluar dari rumah.“Kamu bisa pamit ke orang tua kamu,” ucap Daru seraya menyalakan mesin mobilnya.“Enggak apa-apa. Enggak usah. Papa udah tau, kalo aku bakal tinggal di rumah mertua,” sahut Renya. Ia telah duduk di sebelah Daru dan menatap rumahnya. Mobil perlahan mundur dan memutar. Meninggalkan halaman dan rumah besar menyerupai mansion tempatnya menghabiskan sebagian besar usianya.“Aku harap kamu betah di rumahku. Kamu nggak usah ragu dan khawatir akan Mama-ku. Mama paling mendukung pernikahan ini. Sama dengan kedua orang tua kamu. Mama bahkan nggak pernah nanya gimana perasaan aku,” ucap Daru.“Ru &hel
Ella melangkahkan kakinya menyelusuri lorong supermarket. Hampir satu jam dia berputar-putar di sana, entah apa yang dia cari sebenarnya. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya yang makin hari makin ruwet dan carut marut. Berdiam diri di rumah bukanlah jawabannya, dia lelah menerima tatapan kekecewaan dari ibunya. Ibunya hanya sesekali menanyakan tentang hubungannya dengan Andi yang kandas namun, Ella tau kalau ibunya menyalahkan dirinya akan semua itu. Apakah ini salahnya? Apakah hubungan ini kandas karena kesalahan dirinya sendiri? Ah ... sudahlah, Ella lelah dengan itu semua. Kepalanya hampir meledak bila memikirkan kehidupan percintaannya. Ella terus mendorong trolly yang tidak ada isinya itu dengan pandangan kosong dan tidak menyadari apa pun di sekitarnya. Hingga .... Brak!