"Kembalian nya ambil aja ya, pak," ucap Ayu saat turun dari motor itu dan memberikan uang berwarna merah dari dalam tasnya.
"Duh kebanyakan banget uang kembaliannya, dek," ucap laki-laki yang mungkin umurnya seperti ayahnya.
"Iya sekalian saya bersedekah pak, makasih ya." Ayu berjalan memasuki Bangunan Butik besar yang ada di hadapannya.
"Eh ada Ibu Ayu," ucap salah satu pegawai yang ber-tag Meli disaat melihat Ayu masuk ke dalam Butiknya. Ayu mengedarkan pandangan nya ke sekeliling Bangunan ini.
"lya Mel, dimana yang lain kok terlihat sepi?" tanya Ayu yang menatap ke arah ke sekelilingnya.
"Ada di belakang Bu, biasa masih bersih-bersih." jawab Meli sopan.
"Oh, ya udah Mel, aku ke atas dulu ya." balas Ayu.
"Iya mbak." jawab Meli dan ia menatap punggung Ayu yang ditutupi oleh hijab.
Ayu berjalan menuju ke arah ruangannya yang terletak di lantai 2 gedung ini. sembari berjalan ia menatap hasil dari jerih payahnya selama ini, jika ayahnya tahu apa ayahnya akan senang karna anak kandungnya berhasil tanpa bantuannya? Atau malah masih sama seperti sekarang, tidak peduli? Entahlah Ayu tak ingin memikirkan yang tak mungkin di hidupnya.
Ceklek!
Ayu masuk ke dalam ruangan yang sudah lama ia tak masuki. Namun, terlihat jelas jika ruangan ini masih terawat dengan baik. Ayu duduk di kursi meja kerjanya dan melihat karya gambar yang belum diselesaikan waktu itu karna jaminan konyol ayahnya itu. "Huh."
Ting!
Ayu mendengar suara notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Ia pun segera mengecek isi ponselnya itu siapa yang mengirimkan pesan.
Dari : Monster Kejam. Iya, Ayu sengaja memberikan nama pada nomor Kenzo dengan sebutan Monster Kejam karena ia hampir serupa begitu.
Tunggu hukuman mu saat aku pulang My angel.
Deg!
Ayu menatap horor pesan itu, apa tuan nya ini tahu? Tapi bagaimana Kenzo tahu? Ayu berjalan menuju jendela dan membukanya, ia menghirup udara segar dari luar ruangannya. Aaaaa! Apa yang bakal dilakuin tuan muda ya? apa aku gak usah pulang saja? Duh... Seharusnya aku izin tadi. Ayu menatap jalanan yang berada di depannya, tanpa sengaja ia melihat laki-laki berbadan tegap yang berdiri di samping pohon yang tak jauh dari toko ini. "Hm... Kayaknya orang itu mencurigakan." gumam Ayu sembari menatap Laki-laki itu, tiba-tiba pria itu menatap ke arahnya Ayu langsung menjauh dari jendelanya. Ia kaget saat ternyata laki-laki itu mengawasi tokonya dan ruangannya.
"Apa aku telpon polisi saja ya?" gumam Ayu pelan.
Sebelum Ayu menekan nomor polisi, ia terlebih dahulu dikagetkan dengan Lina yang membuka pintu ruangannya dengan nafas terengah-engah, karna saking panik bercampur kaget ponsel itu pun terlepas dari genggaman Ayu.
"Lin, kamu ngagetin saja" Ayu menatap lesu ke arah ponselnya yang berhasil terjatuh di atas lantai. Lalu, segera mengambil nya untuk saja ponselnya tidak pecah karna benturan lantainya.
"Eh maaf Ayu, gak papakan ponsel kamu?" ucap sahabatnya dengan rasa bersalah.
Ayu mencoba menghidup ponselnya dan akhirnya ponsel itu masih bisa nyala. "Gak papa kok Syah masih bisa dinyalain kok." sahut Ayu.
"Bagus deh berarti aku gak perlu ganti, hehe..." Ayy yang mendengar itu terkekeh dari sahabatnya hanya memasang wajah sebal bisa-bisa nya sahabatnya ini perhitungan.
"Kamu ngapain sih buru-buru kayak gitu." lanjut Ayu dengan pandangan yang masih tertuju pada ponsel malangnya.
"Eh anu itu dibawah ada Ibu-ibu berantem," ucap Leni saat sadar tujuannya ke ruangan Ayu. Ayu yang mendengar itu pun hanya menatap Lina dengan pandangan tanya.
"Berantem? ngapain berantem disini?" tanya Ayu heran.
"Itu Ayu, gara-gara gaun pesanan nyonya Keli yang kita pajang karna gak jadi."
Bruk!dug!bruk!
Ayu dan Leni membulatkan matanya ketika mendengar suara berisik dari bawah. "Ayu, ayo keburu toko ini rata sama tanah." Ayu yang mendengar ucapan Leni itu buru-buru melangkahkan kakinya menuju arah bawah.
Ketika sampai di bawah ia melihat karyawan-karyawannya sudah memisahkan kedua ibu-ibu itu. Namun, sepertinya kedua ibu-ibu itu masih beradu mulut walau sekarang mereka sudah dijauhkan satu sama lain. Untung saja tokonya masih berdiri dengan kokoh, akhirnya Ayu berjalan mendekat ke arah ibu-ibu itu yang sudah duduk di atas sofa tunggu yang di sediakan.
"Maaf nyonya ini ada apa ya?" tanya Ayu, yang ditanya pun mengalihkan pandanganya ke arah suara yang tak lain adalah suara Ayu.
"Saya mau ketemu dengan pemilik Butik ini, mana pemiliknya?" jawab salah satu ibu-ibu yang memakai pakaian hijau muda. Ayu menatap kedua orang ini, sepertinya mereka ibu-ibu sosialita karna dilihat dari pakaian dan emas-emas yang ada di tubuh ibu-ibu ini.
"Kebetulan sa..a pemilik nya nyonya ada perlu apa ya sama saya?" Ayu mengucapkan itu karna sudah berpikir matang-matang, kayaknya ia memang tak perlu menutupi semua ini pasti jika rahasia ditutupi serapat mungkin juga semuanya akan terbongkar pada waktunya. Seketika kedua wanita ini menatap kaget ke arah Ayu, Biasanya, mereka berdua jika ingin bertemu dengan pemilik Butik ini pasti ada aja alasannya yang membuat mereka tidak bisa bertemu. Namun, kali ini, akhirnya mereka bisa bertemu dengan pemilik dari karya-karya yang banyak dikagumi semua orang.
"Jadi kamu pemiliknya?" ucap wanita satunya yang memakai dress merah yang ia tahu jika ini adalah salah satu hasil karyanya.
Ayu tersentak saat kedua wanita ini berdiri dari duduknya dan mengampiri Ayu dengan pandangan yang sulit di jelaskan. Ini keputusan baik kan? "ly..a." Karyawan nya pun menatapnya penuh tanya, biasanya Bu Bos muda nya ini tidak mau berbicara jati dirinya namun sepertinya Ayu memiliki alasan tersendiri membongkar semua yang ia tutup-tutupi selama ini.
"Wahhh... Ternyata gosip yang bilang pemilik Butik ini buruk rupa hoax yaa,Key,"
"lya Ni, buktinya pemilik nya cantik begini masih muda lagi." Semua yang ada di ruangan ini hanya menatap heran bukannya mereka tadi berantem? mengapa sekarang malah akur? terutama Ayy yang menatap ini, ia kaget ternyata kedua orang ini saling kenal dan tadi bilang buruk rupa? jahat sekali yang membuat hoax tersebut.
"Mari duduk dulu nyonya," ucap Ayu saat merasa pegal karna berdiri terus. Mereka bertiga pun duduk dan karyawan lainnya mulai melanjutkan aktivitasnya tadi yang sempat terganggu karna keributan kedua wanita ini. Lina pun sama ia melanjutkan kegiatannya di belakang.
"Maaf nyonya tadi ada keributan apa ya?" tanya Ayu karna ia mendengar Lina menyebutkan gaun milik nyonya Keli tadi.
"Kenalin nama saya Maudi Viana," ucap wanita berbaju merah.
"Kenalin juga nama saya Versyah nada, nama kamu siapa?" ucap wanita berbaju hijau muda. Ayu bingung ia harus menjawab apa? Jika ia bilang apa ibu-ibu ini akan menceritakan nya pada semua orang? Jujur saja ia belum siap jika harus melihat wajah munafik dari orang-orang yang dulu selalu menatap ia rendah, Ayu nyaman dengan ini karna ia tahu mana orang yang benar-benar tulus padanya dan mana orang yang memang benar-benar tak suka padanya.
"Duh aku harus jujur atau apa?" kata Ayu dalam hati.
Kevin merasa tidak suka jika berjalan di tempat keramaian orang. Tubuhnya yang kecil membuat takut jika berjalan di sekumpulan orang dewasa seperti ini. " Keyla mau endong sama Mama ! " potong Keyra sebelum Ayu ingin mengendong Kevin. Anak perempuan itu tampak ingin di gendong juga oleh sang Mama. " Kepin duluan yang di endong ! " " Keyla ! " " Kepinn ! " Dengan melihat di antara kedua anak di hadapannya ingin memperebutkannya membuat Ayu mengalihkan pandangannya pada pria di sampingnya. Kenzo mengerti dengan tatapan mata wanitanya ini, dengan segera ia mendekati kedua anaknya itu. " Sudah - sudah, Mama kalian hari ini menjadi milikku jadi tidak boleh ada yang digendong oleh kalian. Lebih baik kalian meminta gendong sana pada anak buahku di belakang, " ucap Kenzo membuat wajah Keyra dan Kevin menoleh ke arah belakang tubuh Papanya itu. Disana terlihat beberapa bodyguard berbadan besar yang berdiri di belakang Kenzo. Keyra dan Kevin diam menatap Papanya. "Ndak mau! Mau
Di pagi harinya, Ayu sudah bersiap dengan membawa kopernya. Ya! sekarang dia akan kembali ke jogyakarta untuk mengurus beberapa pekerjaan, kemarin juga saat itu sudah mengizinkan dirinya jadi Ayu memutuskan untuk pergi hari ini bersama kedua anaknya. " Yee pulang ! " ucap Keyra merasa senang. Mereka sekarang berada di kamar milik Kenzo. Kedua anaknya itu memang tidur disini karna Keyra menginginkan tidur dengan sang papa dan alhasil mereka berempat tidur di kamar ini. " Papa ikut Ma ? " tanya Kevin yang sedang duduk di pinggir kasur tidur. Ayu mengangguk pelan, sebenarnya ia tidak ingin Kenzo ikut ke sana tapi tetap kekeh ingin ikut beralasan sebagai bulan madu mereka. " Sudah siap semuanya ? " tanya seseorang di belakang Ayu.Mendengar perkataan itu Ayu langsung membalikkan tubuhnya dan melihat asal suara di belakangnya. " Hm. " gumam Ayu mengiyakan ucapan Kenzo. Kenzo sudah siap dengan pakaian formalnya, terlihat senyuman hangat tercetak di wajah dingin itu. Ayu ikut terseny
" Ck ! Kau fokus sekali menonton berita tak bermutu itu, " ucap Kenzo sambil menatap wanita duduk di sampingnya yang nampak fokus menatap Televisi. Ayu hanya diam, ia menekan remot televisi di tangannya dengan asal. Kenzo yang merasa diabaikan itu menatap kesal pada wanitanya. " Kau masih marah padaku?" tanya Kenzo membuat Ayu hanya menatap sekilas ke arahnya lalu kembali fokus pada televisi di hadapannya. " Ck ! Aku tidak suka diabaikan ! " ucap Kenzo tajam saat menatap Ayu tapi ya ampun wanita itu tetap diam tak bergeming. " Huh ! Membosankan sekali siarannya, tidak ada yang bagus, " ucap Ayu dengan mematikan televisi di hadapannya dan bangkit dari duduknya. Sebelum Ayu melangkah pergi dari Kenzo, Kenzo terlebih dahulu mencekal tangan wanitanya. " Kau mau kemana ? " Ayu menghentikan langkah kakinya dan menghempaskan tangan yang di pegang oleh Kenzo agar tangan Kenzo terlepas darinya. " Ke kamar. " setelah tangan Kenzo terlepas darinya, Ayu kembali melangkah pergi menu
Ayu yang masih teringat perkataan Rena barusan. Di dalam hati, ia menyayangkan sikap Rena, apa Rena tega memisahkan ibu dari anaknya ? Mengapa Rena selalu seperti ini ? " Maaf, sa - saya tidak mau uang itu Nyonya, saya tidak mau berpisah dengan anak saya apalagi bercerai sama Kenzo, " ucap Ayu dengan pelan saat mengatakan kata terakhir itu. Rena berdecak sebal dengan menatap menantu di hadapannya dengan tatapan meremehkan. " Mengapa ? Uangnya kurang ? sebutin saja mau berapa nanti saya tinggal tranfer uangnya. " " Saya yang melahirkan mereka, seberapa besar uang yang nyonya berikan tidak akan membuat keputusan saya berubah. " sahut Ayu mencoba untuk tetap tenang di Rena hati ia sudah emosi dengan sikap Lia yang terus meremehkannya. " Saya tahu kalau saya bukan dari kalangan atas, saya juga tahu status saya jauh dengan Nyonya maupun Kenzo. " " Uang bukan segalanya Nyonya, memang hidup perlu uang tapi tak semuanya harus dibayar dengan uang termasuk kebahagiaan. " Ayu menghe
" Sudah. " jawab Ayu dengan singkat dan mengiyakan pertanyaan suaminya tadi. kenzo memperhatikan pandangannya kepada para pengikutnya yang sekarang malahan dengan dunia mereka. Melihat wajah tenang dari kevin dan Keyra, Kenzo pun kembali menatap wanitanya. " Kita pulang sekarang, " ucap Kenzo dengan dingin. Ya , hari sudah mulai petang jadi sudah waktunya mereka pulang dari kantor. Dengan cepat Ayu mengangguk dan bangkit dari sofanya. " Kita pulang yuk ? " Ayu menatap Kevin dan Keyra yang hanya diam dengan ekspresi wajah polosnya tapi tak lama kedua anak itu pun turun dari sofanya masing - masing dan berjalan menuju pintu keluar ruangan ini. Ayu yang melihat itu langsung mengikuti kedua anaknya agar tidak kabur seperti tadi. Ia hanya takut terjadi apa - apa lagi pada Kevin dan Keyra. Sebelum keluar dari pintu, Ayu terlebih dahulu menghentikan langkah kaki kedua anaknya dan menatap mereka sekarang berdiri di hadapannya. "Keyra sama Kevin mau digendong?" tanya Ayu dengan te
" Itu memang wanitaku, bodoh ! " Kenzo mendekat ke arah Ayu dan duduk di samping wanita itu kembali. Orang yang masuk tadi masih menatap kedua orang di hadapannya dengan pandangan tak percaya. " Kakak ipar ? " Miko berjalan mendekat ke Ayu dengan kedua tangan yang ingin memeluknya sebelum memeluk Ayu.Kenzo berjalan terlebih dahulu mencegahnya. " Hei ! Berani - beraninya kau ingin memeluk wanitaku ! " tajam Kenzo menatap temannya dengan penuh dendam membuat Miko mengurungkan niatnya untuk memeluk wanita yang disebut kakak ipar olehnya . " Ck ! Aku hanya ingin melepas rindu dengannya, memeluk saja tidak boleh. " Miko menatap Kenzo tak kalah tajamnya. " Dasar posesif. " gumamnya kecil agar tidak mendengar pria di hadapannya." Cari saja wanita lain untuk kau peluk ! " ujar Kenzo membuat Miko menekkukan wajahnya dan ikut duduk di sofa yang berada di samping teman Kenzo. " Aku ini hanya menyukai adikmu tapi Lia menolakku hiks, menolak rasa sakit hati ku ini, " ucap Miko dengan