Share

3. Kenapa Selalu Ada Celah Untuk Mengingatmu?!

“Makanlah.” Peony meletakkan tempat makannya di atas pangkuan Zora setelah ia mengambil sepotong sandwich yang dibuatnya tadi pagi di apartemen sederhana yang disewa Peony selama berada di kota ini. Peony juga menyodorkan sekotak jus tomat. “Apakah kau suka jus tomat? Maaf aku hanya punya ini.”

“Tidak perlu repot-repot, Miss Hart—"

“Panggil aku ‘Peony’ saja, Zora, dan tolong jangan menolak makananku. Walaupun ini makanan sederhana, tapi aku jamin sandwich ku adalah salah satu sandwich terenak di dunia,” seru Peony penuh percaya diri. Peony mencondongkan tubuh ke arah Zora yang duduk di sampingnya. Membuat wanita itu refleks memundurkan tubuh sedikit. Rambutnya tetap ia usahakan menutupi wajah. “Aku memakai resep rahasia keluargaku,” bisik Peony. “Kau mau tahu rahasianya?” bisik Peony kembali. Tangannya sudah sibuk memotong kecil sandwich dengan tangan, lalu memasukkannya ke dalam mulut.

“A-apa?” tanya Zora penasaran.

“Saat membuatnya, kau wajib tersenyum dengan tulus.” Peony tertawa karena ucapannya sendiri sambil mengunyah sandwich yang sudah berada di dalam mulut. Tak lama, Peony menghentikan tawa karena melihat Zora diam saja. “Ehm… tidak lucu ya? Maaf, kau pasti menganggapku aneh. Aku memang suka bertingkah absurd seperti ini.” Peony terkekeh konyol. “Tapi aku berkata jujur kalau resep rahasia keluargaku memang seperti itu. Kata ibuku, semua makanan akan terasa enak jika dibuat dengan ketulusan.”

Zora menyunggingkan senyum tipis. Wanita yang duduk di sampingnya ini memang aneh. Sok kenal dan cerewet. Namun entah mengapa Zora yakin jika Peony akan menjadi teman yang menyenangkan karena semangat yang dimilikinya.

Mata Zora dan Peony tak sengaja bertemu. Terlihat Peony tertegun saat melihat wajahnya. Membuat Zora langsung kembali menunduk karena menyangka Peony jijik melihat tanda lahir itu. Seperti kebanyakan orang yang suka merendahkannya.

Peony menatap Zora prihatin saat wanita itu kembali menyembunyikan wajah dengan rambut. Sepertinya Zora sangat tidak percaya diri. Padahal menurut Peony, Zora memiliki bola mata biru yang indah. Kulit wajahnya bersih. Bibirnya merah merekah yang Peony yakini bukan karena memakai lipstik. Suara Zora pun terdengar lembut. Mengenai tanda lahir Zora, itu tidak terlihat buruk. Justru terlihat unik dan istimewa.

“Apakah si Menor itu sering berbuat kasar padamu?”

“S-Si Menor?” Zora mengernyit. Kembali menatap Peony dari balik rambutnya yang menutupi mata.

“Maksudku Ella Hardi. Bukankah dandanannya terlalu menor? Aku rasa dia menghabiskan satu kemasan bedak sekali berdandan.” Peony memicing. Lalu tak lama, desahan panjang keluar dari mulutnya. Ia menengadah menghadap langit. “Ampuni aku, Tuhan… Aku tidak bermaksud mengatai wanita itu. Tapi, Tuhan, aku berkata benar, bukan? Dandanan Ella Hardi terlalu berlebihan. Bukankah sesuatu yang berlebihan itu tidak baik?” tanya Peony bermonolog dengan masih menatap langit.

Tawa kecil terdengar dari samping Peony. Segera saja wanita berwajah bulat dengan pipi chubby ini menoleh, dan mendapati Zora sedang tertawa. Peony mengerjap. Menatap wajah Zora yang sepertinya tak sadar jika wajahnya kembali terlihat dengan sempurna. Peony tidak berbohong saat mengatakan Zora memiliki wajah yang cantik.

“Senyummu indah sekali, Zora!” pekik Peony heboh.

Zora langsung menghentikan tawa, dan kembali menyembunyikan wajahnya dengan rambut. Tubuhnya bergetar seperti ketakutan.

“Zora…”

Zora terkesiap saat Peony menepuk lembut punggung tangannya.

“Ada apa?” tanya Peony cemas.

“T-tidak perlu menghiburku, Miss H—”

“Pe-Ony!” tegas Peony saat Zora kembali akan memanggilnya dengan formal, “dan kenapa kau menganggap aku menghiburmu?”

“K-kau pasti kasihan padaku…” bisik Zora tertekan. Zora tidak percaya ada orang yang memujinya. Selama ini, sejak Zora kecil, Zora sudah didoktrin jika dia memiliki wajah yang buruk rupa karena tanda lahir yang ia punya.

“Untuk apa aku kasihan padamu?”

“Karena… a-aku buruk rupa—”

“Apa yang kau bicarakan?!” Peony meremas sedikit kencang punggung tangan Zora. Dari balik rambut yang menutupi mata, Zora dapat melihat wajah Peony yang kesal.

“Apakah karena tanda lahir yang kau miliki?”

“Tidak ada yang salah dengan tanda lahirmu, Zora,” lanjut Peony saat Zora hanya dia saja seolah mengiyakan pertanyaan Peony sebelumnya. “Aku tidak sedang menghiburmu.”

Zora langsung menatap Peony dengan mata membelalak. Senyum tulus terukir dari bibir Peony. “Aku serius berkata jika senyummu sangat indah. Kau hanya perlu memperlihatkannya pada orang lain tanpa ragu. Dah oh… suaramu lembut. Aku yakin kau pasti pandai bernyanyi,” puji Peony tanpa kebohongan.

“Kau… berhak percaya diri, Zora...” ungkap Peony hati-hati sambil menggigit bibir. “Abaikan… ehm… abaikan ucapan kasar Ella Hardi atau orang lain.”

“K-kau mengatakannya… karena kau sempurna… A-aku yakin kau tidak pernah… mengalami kesulitan… dalam hidup…”

Peony terkekeh mendengar nada miris yang keluar dari mulut Zora. “Aku pernah jadi korban bully,” ucap Peony enteng.

Mata Zora membelalak tak percaya. Ia memperhatikan wajah bulat Peony yang terlihat imut dengan pipi chubby yang memerah. Bentuk matanya pun bulat dengan bola mata hazel yang bersinar. Hidungnya mungil. Kulit Peony seputih susu. Rambut panjangnya berwarna merah tembaga. Menandakan jika Peony adalah wanita penuh semangat. Bukankah Peony terlihat sempurna? Apa benar wanita itu pernah jadi korban bully?

“Sejak masuk di tahun pertama junior high school, aku tidak punya teman.”

“K-kenapa bisa?”

Peony tersenyum kecil. Menatap ke depan, tempat di mana ia dapat melihat gedung-gedung tinggi melebihi gedung SEASON ME. “Aku masuk dengan beasiswa di sekolah elite. Rata-rata murid di sana memandangku rendah karena hal itu. Apalagi setelah mereka tahu jika ayahku hanyalah seorang supir. Mereka semakin membenciku karena nilai-nilaiku di atas rata-rata. Mereka beranggapan jika anak tidak mampu sepertiku tidak berhak mendapat nilai bagus. Mungkin karena hal itu, kerap kali mereka menyembunyikan sepatu dan seragamku.”

“K-kau… tidak lapor orang… tuamu?”

Peony kembali menatap Zora yang langsung menyembunyikan wajahnya. “Aku tidak ingin membuat mendiang ayah dan ibuku bersedih.”

“Ayahmu telah tiada?”

Peony mengangguk. “Ayahku kecelakaan saat usiaku lima belas tahun.”

“Aku… turut prihatin…” ucap Zora tulus.

“Terima kasih, Zora.”

“Lalu… k-kau tetap bertahan di sekolah itu?” tanya Zora kembali. Zora yang semula terlihat kaku, sepertinya sudah mulai mencair karena obrolan ini.

Mata Peony berbinar. “Tentu saja! Aku bertahan sampai masuk senior high school di sekolah yang sama. Dengan nilai-nilai yang aku dapat, beasiswaku tetap berlanjut.”

“Apakah kau masih kena bully saat senior high school?”

Peony mengangguk.

“Kau tetap bertahan… walaupun dibully?”

“Aku selalu mengingat ucapan mendiang ayahku. Tidak ada yang punya hak menghancurkan harga dirimu dan Tuhan memberikan keistimewaan bagi setiap orang. Maka aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan melalui otakku yang lumayan encer ini,” canda Peony di akhir kalimat.

Helaan napas panjang keluar dari mulut Peony. “Semua orang memiliki masalahnya masing-masing, Zora. Orang yang kau lihat sempurna, belum tentu tidak memiliki masalah hidup.”

Zora diam. Merenungi apa yang Peony ucapkan. Sepertinya karena rasa tak percaya dirinya, ditambah bully-an yang didapatnya sejak kecil, membuat Zora merasa jika dia adalah orang yang paling menderita di dunia.

“Ehm… mengenai tanda lahirmu… tidak ada yang salah dengan itu semua. Aku melihatnya sangat indah. Aku berkata yang sebenar-benarnya. Kau sempurna, Zora. Kau harus yakin itu. Kau harus menghargai dirimu sendiri, maka kau akan melihat dirimu sempurna.”

Zora masih tak dapat mengatakan apa pun. Ia sangat tersentuh dengan apa yang Peony ucapkan.

“Zora… Aku tahu kita baru pertama kali berbicara, tapi… bisakah kau menganggapku teman? Dan… jika wanita itu mencoba menyakitimu lagi, kau bisa memberitahuku. Hm?”

Zora tertegun. Matanya berkaca-kaca. Baru kali ini ada orang yang memintanya jadi teman. Ini Peony, wanita itu menurut Zora adalah orang asing. Mereka sebelumnya tidak pernah terlibat percakapan apa pun sejak Peony menjadi anggota baru tim BEAUTIFUL SUMMER. Namun lihatlah, Peony lebih peduli dari orang-orang yang sudah dikenalnya sejak lama. Bahkan Peony tak segan-segan menegur Ella Hardi yang notabene bisa dikatakan primadona dan kebanggaan SEASON ME karena desain-desain pakaiannya selalu menjadi produk utama BEAUTIFUL SUMMER selama tiga tahun wanita itu bergabung dengan perusahaan.

“T-teman?” bisik Zora bergetar.

“Ya. Kau mau kan jadi temanku? Ah… atau kita bersahabat saja?”

Zora membelalak tak percaya. Diajak berteman saja dia tidak percaya. Apalagi bersahabat??

“S-sahabat??”

Peony mengangguk. “Sudah lama aku tidak punya sahabat.”

Zora mengernyit dengan pernyataan Peony yang menurutnya aneh.

“Sahabatmu… bekerja di sini?”

Peony menggeleng, lalu terkekeh. “Dia tidak bekerja di sini. Kami bersahabat di tahun ke dua senior high school. Dia adalah sahabat pertamaku. Mulutnya pedas, berwajah datar dan mengesalkan! Apa kau tahu? Dia selalu memanggilku ‘Bodoh’!” terang Peony menggebu dengan wajah kesal. Namun tak lama, bibir Peony menyunggingkan senyum lebar. Matanya berbinar. “Tapi dia adalah manusia paling perhatian yang pernah aku kenal. Dia memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan perhatiannya.”

Zora dapat melihat jika Peony sangat memuja sahabatnya tersebut.

“Jadi, di mana dia sekarang?” tanya Zora ingin tahu. Pasalnya, Peony tadi mengatakan jika dia ‘sudah lama tidak punya sahabat’. Bukankah itu berarti Peony kehilangan sahabatnya itu?  

Tubuh Peony membeku. Matanya mengerjap beberapa kali. Jantungnya berdetak kencang.

Peony menyadari sesuatu.

Ya Tuhan… apa dia baru saja memuji Kheil?

Peony menutup mata. Memaki diri di dalam hati. Peony bahkan tanda sadar memukul kepalanya sendiri gemas.

Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan!

Peony sepertinya harus menggosok lidahnya setelah ini karena pujiannya untuk pria itu.

Bukankah Peony membenci Kheil?

“P-Peony… Kau… baik-baik saja?” tanya Zora cemas. Apakah dia salah bicara?

Jangan-jangan sahabat Peony sudah tidak ada di dunia ini?

Peony kembali membuka mata saat mendengar suara Zora. Ia dan Zora saling tatap.

“Maafkan aku kalau pertanyaanku salah—”

Peony menggeleng dengan senyum yang dipaksakan. Membuat Zora semakin yakin jika apa yang ia pikirkan benar.

“Aku… aku…” Peony tak sengaja melirik arloji yang ia pakai. Jam sudah menunjukkan jam makan siang hampir selesai. Sepertinya dia bisa menghindari pertanyaan Zora tentang sahabatnya yang sudah tidak lagi bersahabat dengannya itu. Bukankah hubungan persahabatan mereka telah berakhir sejak pria itu menghilang dari hidupnya?

Lagi pula, jika pun Peony mengatakan kalau Kheil pernah menjadi sahabatnya, apakah Zora akan percaya?

Sepertinya tidak mungkin. Peony dan Kheil bagaikan langit dan bumi.

Lucu sekali, bukan, seorang desainer yang baru merintis karir sepertinya pernah bersahabat dengan pewaris LEIGHTOWN Property?

“Ya Tuhan… aku tidak bisa berlama-lama di sini, Zora. Aku harus menyelesaikan sketsa desainku. Deadline tinggal empat hari lagi. Doakan salah satu desainku lolos seleksi menjadi desain utama tahun ini untuk BEAUTIFUL SUMMER ya!” semangat Peony sambil kembali menepuk punggung tangan Zora. Peony turun dengan lincah dari dinding rooftop yang didudukinya dan Zora.

“M-makan siangmu?” Zora menyodorkan tempat makan Peony yang masih terdapat tiga potong sandwich.

“Habiskan,” ucap Peony singkat. Lalu wanita itu berlalu menuju pintu rooftop.

Zora menggigit bibir gugup. Ia menatap punggung Peony yang menjauh dari pandangan. Sepertinya pertanyaannya terlalu lancang. Pasti Peony akan mengurungkan niat untuk berteman dengannya.

“Zora…”

Zora mengerjap saat Peony membalikkan tubuh setelah sampai di pintu rooftop. “Besok kau harus menemaniku makan siang lagi. Aku akan membuatkan menu rahasia keluargaku yang lain,” seru Peony. Sebelah matanya mengerling genit sambil tertawa riang sebelum wanita muda itu menghilang dari balik pintu. Meninggalkan Zora yang perlahan menyunggingkan senyum. Namun tak lama, senyum itu luntur. Tergantikan dengan tatapan sendu.

“Wanita itu terlalu baik… Aku harus bagaimana?” bisik Zora tertekan.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Andina
Ck jd merasa berkaca pas liat tingkah si peony, gw bngt
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
eil si mulut mercon wkwkwk ony semangat ...... semoga karya mu jd yg terpilih hempas kan si ondel2 menor wkwkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status