Share

4. Desainku Yang Berharga

“Sudah merasa lebih baik?”

Peony tersenyum kecil pada Olivia Walters, salah satu desainer senior BS yang saat ini bertanya padanya. Sebelah tangan wanita itu berada di atas bahu Peony, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap lembut punggungnya.

“Sudah lebih baik. Terima kasih minumannya, Olivia.”

“Sama-sama, Dear.”

“Apakah ada yang luka, Peony?”

Kali ini Grace Carson, rekannya yang lain bertanya penuh perhatian pada Peony. Saat ini Peony dikelilingi tiga orang rekannya. Salah satunya adalah pimpinan tim mereka, Daniella Ang. Ketiganya menatap Peony prihatin.

Peony mengalami kesialan pagi ini. Tas kerjanya yang berisi buku sketsa dicopet saat ia berada dalam perjalanan menuju ke kantor. Peony sempat mengejar sang pencopet yang Peony yakini adalah seorang pria jika dilihat dari tubuh kekarnya. Namun tak berhasil. Tenaganya kalah jauh. Apalagi Peony memakai sepatu hak tinggi. Ia kehilangan sang pencopet saat pria itu masuk ke dalam gang kecil yang berada di sisi jalan di dekat terminal bus. Setelah itu, Peony langsung membuat laporan di pos polisi terdekat. Dia berharap sang pencopet segera ditemukan.

“Tidak. Untungnya aku hanya terdorong sedikit saat ia mengambil paksa tasku.”

"Apakah di dalam buku sketsa itu ada rancangan desain yang akan kau ajukan untuk produk baru kita?" tanya Daniella Ang.

Peony mengangguk lemah. "Semua rancangan yang akan aku ajukan ada di sana, Miss Ang."

“Ugh! Pencopet sialan! Aku harap dia segera tertangkap!” desis Olivia kesal, yang diangguki Daniella dan Grace.

Grace mendesah. Menepuk punggung tangan Peony lembut. “Deadline tinggal dua hari lagi sebelum kita meeting dengan para pemegang saham.”

Peony kembali mengangguk tanpa semangat. Ya, hanya tersisa dua hari lagi, dan ia tidak punya cadangan sketsa untuk diperlihatkan saat meeting. Matanya berkaca-kaca mengingat buku sketsa kebanggaannya. Ada belasan sketsa yang sudah ia buat dengan sepenuh hati di sana.

“Semoga ada kabar baik dari pihak kepolisian sebelum deadline berakhir. Namun untuk berjaga-jaga, ehm… kau… buatlah sketsa lain, Miss Hart. Maafkan aku tidak bisa membantumu untuk memundurkan jadwal meeting bersama para pimpinan.” Daniella Ang terlihat menyesal saat mengatakan itu pada Peony. “Musim panas akan tiba. Banyak persiapan untuk produksi setelah desain ditentukan. Kau tahu, bukan, waktu satu menit saja sangat berharga?”

“Ya… aku mengerti, Miss Ang. Aku juga sudah memikirkan hal itu sebelumnya. Tidak perlu merasa bersalah. Hal ini juga terjadi karena diriku yang tidak berhati-hati.”

Olivia meremas lembut bahu Peony. Namun matanya seolah mampu mengeluarkan api karena terlalu geram. “Tidak, Dear, si pencopet bajingan itu yang bersalah! Dia tidak seharusnya merampas milik orang lain!”

“Aku setuju. Aku harap bokongnya jatuh ke jurang!” timpal Grace.

“Kalau bokongnya jatuh ke jurang, otomatis seluruh tubuhnya ikut terjun, Grace. Bukankah tas Peony akan ikut terjun bersama pria itu? Akan sangat sulit bagi Peony mendapatkan kembali sketsanya jika tas itu terlempar entah ke mana. Jangan berdoa yang aneh-aneh kau!”

“Ya sudah, pisahkan dulu saja bokong pria itu dari tubuhnya.”

“Kau mau memisahkannya?”

“Enak saja! Aku tidak sudi memegang bokong pria lain selain kekasihku!”

Peony dan Daniella Ang tertawa saat Grace dan Olivia justru berdebat lucu.

“Bukankah mereka konyol? Untung saja rancangan-rancangan yang mereka buat tidak sekonyol si pemilik.”

Peony kembali tertawa. Kali ini karena ucapan Daniella.

“Ah… senangnya bisa mendengar tawamu lagi, Peony.”

Peony tersenyum kecil. Kali ini dengan hati yang lebih tenang dari sebelumnya. “Terima kasih telah menghiburku,” seru Peony sambil menatap ketiganya bergantian.

“Semangat ya! Aku yakin kau pasti bisa membuat sketsa yang lebih baik. Desain-desainmu di IMS Clothes sangat menarik.” Daniella menepuk bahu Peony yang bebas. Setelah melakukan itu, Daniella berjalan ke arah lemari katalog tak jauh dari meja kerja Peony berada. Wanita itu membukanya, lalu mengambil beberapa katalog produk SEASON ME tahun-tahun sebelumnya.

“Cobalah lihat katalog-katalog ini. Mungkin kau bisa mendapat referensi dari sini.” Daniella meletakkan lima buah katalog SEASON ME yang menurutnya terbaik di atas meja kerja Peony.

“Terima kasih, Miss Ang.”

“Sama-sama.”

“Ngomong-ngomong, ke mana Ella? Aku tidak melihatnya?”

Daniella melirik meja kerja Ella saat Grace bertanya.

“Dia tidak masuk hari ini.”

“Kenapa?”

“Kurang enak badan.”

“Apakah wanita ambisius sepertinya bisa merasakan hal itu?”

Daniella Ang terkekeh geli. “Jangan memancing, Miss Walters. Miss Hardi juga manusia. Tentu saja dia bisa sakit.”

“Aku tidak memancing. Hanya merasa aneh saja dia tidak masuk saat deadline tersisa dua hari lagi. Bukankah setiap tahun dia adalah orang yang paling bersemangat agar rancangannya dapat lolos?”

“Sepertinya dia sudah punya rancangan rahasia.”

Olivia memutar bola mata malas. “Seperti biasa. Wanita itu penuh rahasia.”

Daniella hanya menggeleng. Ia tahu jika Olivia tak menyukai Ella. Bukan karena iri, tapi karena Ella Hardi terlalu angkuh karena nama besar sang ayah. Terlebih karena semua rancangannya selalu lolos seleksi menjadi yang terbaik. Daniella tidak bisa pungkiri jika ia pun merasa Ella adalah bawahan yang menyebalkan. Namun, Daniella juga tidak bisa menutup mata jika Ella adalah desainer berbakat.

***

"K-kau tidak istirahat, Peony?"

Peony menoleh sekilas pada Zora yang akan sedang mengambil sampah-sampah di ruangan tim BS untuk dibuang ke pusat sampah gedung ini. Setelah makan siang bersama dua hari berturut-turut, Zora terlihat sedikit terbuka padanya.

Peony menggeleng dengan senyum kecil. "Aku sedang mengerjakan sketsa. Waktunya hanya tersisa dua hari lagi, Zora." Peony menghela napas lelah. Menyandarkan tubuh pada sandaran kursi. Ia mengusap wajah. Tidak bisa dipungkiri jika Peony merasa tertekan setiap kali mengingat deadline.

Zora terdiam. Menatap Peony sendu.

“Kau tidak makan siang, Zora?”

Zora tersentak saat kembali mendengar suara Peony. Ia bergerak gelisah. Membuat Peony mengernyit heran.

“Kau kenapa?” tanya Peony cemas.

Zora segera menggeleng. “T-tidak. Aku… aku permisi, Peony. Tugasku… sudah selesai,” gugup Zora. Setelah mengatakan itu, Zora berlalu begitu saja dari hadapan Peony.

“Kau baik-baik saja kan, Zora?”

Zora menghentikan langkah tepat di depan pintu ruangan. Tak lama, ia mengangguk, dan benar-benar berlalu dari hadapan Peony.

“Ada apa dengannya? Apakah dia sakit? Mengapa dia terlihat gelisah?” Monolog Peony. Matanya menatap lurus tempat di mana tadi Zora berada.

Tak lama, Peony menggeleng. Bukankah Zora memang seperti itu?

Peony kembali mengalihkan pandangan ke arah kertas sketsa di depannya. Ia mengusap wajah frustrasi. Tak ada yang salah dengan desain yang hampir selesai dibuatnya, tapi Peony merasa tidak memiliki keterikatan dengan sketsa tersebut. Mungkinkah karena dibuat dengan terburu-buru?

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
curiga sm si medusa betina ella aku jngn2 ulah dia tuh pencopet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status