“Halo cacing-cacing nakal, apakah kalian akan terus konser di dalam perutku sebelum aku melempar hujan makanan pada kalian?” seru Peony pada perutnya sendiri yang sejak tadi berbunyi karena lapar. Jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Kakinya melangkah dengan riang menuju tangga darutan gedung SEASON ME, salah satu perusahaan fashion yang berdiri sejak delapan tahun yang lalu. Peony akan memakan bekal yang ia bawa di rooftop, tempat biasa Peony menghabiskan waktu istirahat selama lima bulan ini.
Peony mengedarkan pandangan pada lorong yang disusurinya. Sudah lima bulan ia masuk ke dalam team desainer brand BEAUTIFUL SUMMER yang merupakan salah satu brand yang dimiliki SEASON ME. Sebelumnya, dua tahun lamanya Peony bekerja menjadi desainer di IMS ( It’s My Style ) Clothes yang khusus memproduksi pakaian muda-mudi. Brand itu juga adalah salah satu brand milik SEASON ME yang pemasarannya hanya berada di sebuah kota kecil tempat Peony dan ibunya tinggal selama sepuluh tahun ini.
Setelah mendapat dukungan dari teman-temannya di IMS Clothes, perjuangan panjang serta seleksi ketat, Peony berhasil masuk menjadi bagian salah satu brand utama SEASON ME. Hal itu mengharuskannya pindah ke kota besar ini, dan meninggalkan sang ibu di sana. Awalnya Peony merasa berat, karena mereka tidak pernah berpisah sebelumnya. Peony juga khawatir tidak ada yang menjaga sang ibu. Namun Casandra Hart terus meyakinkan anaknya jika wanita itu akan baik-baik saja ditinggalkan Peony. Lagi pula, di kota kecil itu sang ibu memiliki banyak teman. Kegiatannya banyak dihabiskan di gereja setempat. Penduduk di sana pun sangat peduli satu sama lain.
Sang ibu juga mengatakan, jangan sampai Peony melewatkan impiannya menjadi desainer brand ternama.
Walaupun SEASON ME merupakan perusahaan yang terbilang masih baru, tapi perusahaan tersebut sangat berkembang pesat dari musim ke musim. Bahkan dapat bersaing dengan brand-brand fashion besar yang namanya sudah lebih dulu terkenal di penjuru dunia.
Tiba-tiba Peony terkekeh geli. Perasaan geli dan kagum bercampur jadi satu mengingat nama-nama brand yang dimiliki SEASON ME. Sepertinya pemilik saham terbesar sekaligus penggagas ide perusahaan ini sangat menyukai musim di negara mereka.
SEASON ME memiliki empat brand pakaian wanita dan satu brand pakaian pria. Brand-brand tersebut dibuat sesuai nama dan jumlah musim yang ada di negara ini. AMAZE SPRING ( AS ), BEAUTIFUL SUMMER ( BS ), CRISTAL SNOW ( CS ), DREAMY AUTUM ( DA ), dan SEASON MEN ( SM ). Setiap pergantian musim, SEASON ME akan mengeluarkan produk baru. Produk-produk baru tersebut dikeluarkan sesuai brand dan musim yang sedang berlangsung. Khusus untuk SEASON MEN, brand tersebut akan selalu mengeluarkan produk baru setiap musim.
Hal itu lucu, unik dan briliant menurut Peony. Peony jadi penasaran siapa si pemilik saham terbesar tersebut. Nama dan keberadaannya menjadi rahasia perusahaan. Namun, ada gosip yang beredar jika bos mereka adalah pengusaha terkenal. Ada juga yang mengatakan dia berasal dari kalangan selebritis. Namun tak sedikit juga yang mengatakan jika pemilik utama SEASON ME adalah seorang desainer dunia.
Hum… siapa pun orang itu, Peony harus mengacungkan semua jempolnya pada sang bos karena konsep yang sang bos miliki.
“Kau tidak bisa melakukan pekerjaanmu dengan benar?! Kalau kau tidak bisa bekerja, lebih baik kau ajukan saja pengunduran dirimu! Dasar tidak berguna!”
Peony menghentikan langkah saat baru saja membuka sedikit pintu tangga darurat. Ia mengurungkan niat untuk masuk, dan memilih mengintip dari celah pintu. Tak jauh di depannya, berdiri seorang wanita berpakaian ketat dan modis sedang membelakanginya. Kedua tangan wanita itu berada di pinggang. Seolah sedang mengintimidasi seseorang di depannya. Peony tidak dapat melihat siapa wanita yang sedang diintimidasi tersebut, karena tertutup oleh tubuh si wanita berpakaian modis yang kalau Peony tidak salah tebak dari perawakan dan suaranya, dia adalah Ella Hardi, salah satu desainer yang berada di tim yang sama dengannya.
Sejauh yang Peony tahu selama lima bulan ini, Ella Hardi adalah rekan kerja yang menyebalkan. Wanita itu terkadang bersikap melebihi ketua tim mereka, Daniella Ang. Wanita bermata biru laut dan memiliki rambut pirang itu terlihat sangat angkuh. Beberapa rekan kerjanya bergosip jika keangkuhan yang diperlihatkan Ella Hardi karena ia adalah anak dari salah satu desainer brand ternama di dunia, Michael Hardi.
Ella Hardi juga selalu memandang sinis Peony. Apakah ia merasa jika Peony adalah saingannya? Pasalnya, semua desainer BEAUTIFUL SUMMER diberi kesempatan memberikan karya terbaik mereka untuk dipilih menjadi produk utama musim panas tahun ini. Setiap tahun, SEASON ME selalu memberikan kesempatan kepada semua desainer mereka untuk bersaing secara sehat agar desain pakaian yang mereka buat menjadi produk utama perusahaan. Banyak keuntungan yang mereka dapat jika desain mereka terpilih. Siapa desainer yang tidak suka saat rancangan mereka diberikan tempat menjadi sampul katalog perusahaan berikut majalah-majalah mode dunia yang bekerja sama dengan SEASON ME? Bukankah hal itu adalah peluang besar bagi para desainer termasuk Peony? Mereka pasti akan bangga saat desain pakaian mereka terpajang di mana-mana. Apalagi bonus yang didapat dari perusahaan. Tidak bisa dipungkiri jika materi yang didapat dengan bekerja keras, bisa memberikan kebahagiaan tersendiri.
“Jangan hanya menunduk! Kau malu karena wajahmu cacat?!”
Peony tersadar dari lamunan setelah kembali mendengar suara Ella. Tanpa sadar, Peony meremas kantong bekal yang ia bawa. Kepalanya nyaris berasap karena ucapan Ella. Peony tidak pernah suka pada orang yang suka menghina fisik orang lain.
“Kau tahu, bukan, kalau kau berhenti dari sini, tidak akan ada yang mau menerima karyawan cacat sepertimu!”
“Apakah kau tidak merasa sudah keterlaluan?”
Kedua orang yang berada di bordes tangga darurat tersebut terkesiap saat mendengar suara Peony yang sudah tidak tahan lagi dengan ucapan Ella Hardi. Setelah Ella bergeser, Peony akhirnya dapat melihat jika wanita sombong itu sedang mengintimidasi Zora, salah satu tenaga kebersihan di lantai mereka. Wanita itu memiliki tanda lahir besar berwarna merah keunguan di sekitar mata kanan sampai pipi. Mungkin hal itu yang membuat Zora sering menunduk agar wajahnya tak terlihat.
“K-kau?” bisik Ella Hardi terkejut. Mata Ella yang melotot saat ini terlihat menyeramkan karena maskara dan eye liner yang dipakainya terlalu tebal. Ah… Peony mendesah. Bukankah penampilan Ella selalu seperti itu? Wanita itu selalu berlebihan dalam menggunakan make-up.
“Sebenarnya apa yang ia perbuat, sampai kau berhak menghina fisiknya?” tanya Peony tak suka.“Kau jangan ikut campur urusanku!” bentak Ella sambil menunjuk wajah Peony.
“Aku tidak bisa diam saja melihat ketidak adilan di depan mata.”
Ella Hardi tertawa meremehkan. “Kau pikir kau polisi?!”
“Memang harus menjadi polisi untuk menghentikan tindakan kasarmu itu?”
“Aku—”
“Apa yang dia perbuat? Apakah kesalahannya fatal? Tidak bisakah dibicarakan baik-baik?” tanya Peony bertubi. Terserah kalau Ella menganggapnya bak pahlawan kesiangan. Peony hanya tidak suka sikap Ella yang dinilainya tak memiliki empati tersebut.Menurut Peony, tanda lahir bukanlah sebuah kecacatan. Lagi pula, kalau pun seandainya Zora cacat, penghinaan Ella bukanlah sesuatu yang layak.
Ella diam. Namun matanya menatap Peony nyalang. Sementara Zora masih tetap menunduk. Rambut cokelat terang sebahunya menutupi wajah. Tubuhnya terlihat bergetar.
“Dia… menabrakku, sampai membuat pakaianku kusut! Aku tidak suka terlihat seperti gelandangan saat bekerja!”
Peony memicing saat kembali mendengar suara Ella. Ia memperhatikan pakaian Ella ‘yang katanya kusut’. Ella memakai dress tanpa lengan berwarna merah terang. Panjang dress tersebut hanya sebatas atas lutut yang dipadukan dengan ikat pinggang modis berwarna hitam.
Kernyitan muncul di dahi Peony. Apakah manusia bernama Ella ini memiliki kelainan? Atau dia salah satu orang yang perfeksionis? Peony tidak melihat apa yang dikatakan Ella. Pakaian wanita itu masih terlihat sangat rapi dan kain yang dipakai wanita itu bukanlah kain yang mudah kusut.
“Kau mau aku merapikan pakaianmu? Aku bisa bantu—"
“Tidak perlu! Aku benci orang sok pahlawan sepertimu!” desis Ella tajam yang tentu saja ditujukan pada Peony. “Dan kau,” Ella menunjuk wajah Zora, “Awas kau!” Setelah mengatakan itu, Ella melangkah menuju pintu. Ia sengaja menabrak bahu Peony saat melewatinya. Wanita angkuh itu berjalan tanpa melihat ke belakang lagi.
Peony mendengus sebal. “Bad attitude!” bisik Peony tajam. Peony kembali menatap Zora yang masih setia berdiri di ujung bordes.
“Kau tidak makan siang?” tanya Peony membuka pembicaraan.
Zora perlahan menaikkan pandangan. Namun masih tetap mempertahankan rambutnya untuk menutupi tanda lahir itu.
“Mau temani aku makan?” tanya Peony lagi. Terlihat tubuh Zora menegang. Mungkin tidak menyangka jika Peony mengajaknya.
Karena sepertinya Zora tak kunjung menjawab pertanyaannya, Peony melangkah ke arah wanita itu dan segera meraih tangan Zora. Senyum riang muncul dari bibir Peony. “Aku membuat banyak sandwich. Bantu aku menghabiskannya ya.” Setelah mengatakan itu, Peony menarik tangan Zora yang masih terlihat kebingungan.
***
“Makanlah.” Peony meletakkan tempat makannya di atas pangkuan Zora setelah ia mengambil sepotong sandwich yang dibuatnya tadi pagi di apartemen sederhana yang disewa Peony selama berada di kota ini. Peony juga menyodorkan sekotak jus tomat. “Apakah kau suka jus tomat? Maaf aku hanya punya ini.” “Tidak perlu repot-repot, Miss Hart—" “Panggil aku ‘Peony’ saja, Zora, dan tolong jangan menolak makananku. Walaupun ini makanan sederhana, tapi aku jamin sandwich ku adalah salah satu sandwich terenak di dunia,” seru Peony penuh percaya diri. Peony mencondongkan tubuh ke arah Zora yang duduk di sampingnya. Membuat wanita itu refleks memundurkan tubuh sedikit. Rambutnya tetap ia usahakan menutupi wajah. “Aku memakai resep rahasia keluargaku,” bisik Peony. “Kau mau tahu rahasianya?” bisik Peony kembali. Tangannya sudah sibuk memotong kecil sandwich dengan tangan, lalu memasukkannya ke dalam mulut. “A-apa?” tanya Zora penasaran. “Saat membuatnya, kau wajib tersenyum dengan tulus.” Peony tertaw
“Sudah merasa lebih baik?” Peony tersenyum kecil pada Olivia Walters, salah satu desainer senior BS yang saat ini bertanya padanya. Sebelah tangan wanita itu berada di atas bahu Peony, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap lembut punggungnya. “Sudah lebih baik. Terima kasih minumannya, Olivia.” “Sama-sama, Dear.” “Apakah ada yang luka, Peony?” Kali ini Grace Carson, rekannya yang lain bertanya penuh perhatian pada Peony. Saat ini Peony dikelilingi tiga orang rekannya. Salah satunya adalah pimpinan tim mereka, Daniella Ang. Ketiganya menatap Peony prihatin. Peony mengalami kesialan pagi ini. Tas kerjanya yang berisi buku sketsa dicopet saat ia berada dalam perjalanan menuju ke kantor. Peony sempat mengejar sang pencopet yang Peony yakini adalah seorang pria jika dilihat dari tubuh kekarnya. Namun tak berhasil. Tenaganya kalah jauh. Apalagi Peony memakai sepatu hak tinggi. Ia kehilangan sang pencopet saat pria itu masuk ke dalam gang kecil yang berada di sisi jalan di de
Peony berusaha menjernihkan pikiran. Menarik dan membuang napas panjang berkali-kali. Mencoba menggali ide di kepalanya untuk mengerjakan desain baru. Peony merasa desain yang sebelumnya kurang memiliki nyawa. Walaupun dongkol setengah mati jika mengingat buku sketsanya, tapi Peony tidak ingin menyiakan kesempatan bahwa bisa saja desain pakaian yang ia buat menjadi salah satu desain pakaian brand Beautiful Summer tahun ini. Deadline masih ada dua hari lagi, bukan? Eugh! Kepalanya kembali nyeri. Sebenarnya bisa saja Peony membuat desain pakaian mirip seperti desainnya yang hilang menggunakan sisa-sisa ingatan, tapi sudah pasti rasanya tak sama. Desain pertama sudah pasti yang terbaik. Lagi pula, Peony tidak ingin sakit hati berlarut jika melihat desain yang sama. Peony mulai menggerakkan tangan di atas kertas sketsa saat bayangan ide mulai muncul perlahan. Tap Tap Tap Jemari Peony terhenti saat mendengar langkah kaki seseorang sedang berlari di lorong lantai ini. Telinganya menc
*FLASHBACK ON 11 TAHUN LALU* "Uh! Tubuhku..." Peony Madeline Hart, gadis berusia enam belas tahun tersebut meregangkan otot-otot yang kaku setelah bekerja paruh waktu di sebuah kedai es krim. Terik matahari musim panas menyinari wajahnya saat ia sengaja menghadap langit. Peony menghirup udara sambil merentangkan kedua tangan. Berdiri di sisi jembatan seperti ini membuat hatinya tenang. Jembatan yang ia datangi saat ini adalah salah satu jembatan indah yang ada di negaranya. Di samping kiri dan kanan jembatan terdapat taman yang biasa dikunjungi warga lokal dan turis mancanegara saat libur musim panas seperti ini. Ia menurunkan pandangan pada sungai yang berada tepat di bawah jembatan. Arus air sungai itu terlihat cukup deras saat ini. Biasanya, jika air sungai sedang tenang, banyak pengunjung yang berenang di sana. Peony tersenyum lebar menatap anak-anak kecil bermain di kolam air mancur yang berada di sisi-sisi taman. Anak-anak kecil itu terlihat semakin kecil dari kejauhan seperti
"Besok jangan datang kalau kau mau es krim gratis.” Pemuda yang sampai saat ini belum Peony ketahui namanya tersebut menghentikan gerakan tangannya yang akan menyendok es krim. Sudah satu minggu pemuda itu tidak bosan ‘memeras’ Peony karena kesalahannya. Pemuda itu selalu menjadi pengunjung pertama saat kedai baru buka. Tanpa tahu malu langsung meminta es krim pada Peony. Bukankah di awal pertemuan mereka sang pemuda mengatakan tidak menyukai es krim? Kenapa sekarang seperti kecanduan? Apa mungkin es krim di kedai ini memiliki sihir yang bisa memerangkap lidah orang agar selalu ingin menikmati? “Kenapa?” tanya sang pemuda dengan nada datar. Dan oh… jangan lupakan jika ekspresi wajahnya pun tak kalah datar. Membuat Peony ingin mencoret-coret wajah itu dengan spidol permanen. Sepertinya melukis senyuman di wajah sang pemuda boleh juga. “Aku libur.” Dahi sang pemuda mengernyit. “Ke mana?” “Apanya yang ke mana?” tanya Peony tak paham maksud sang pemuda. “Ke mana kau saat libur?” S
Srreeet! Tak! Peony tersentak saat ada yang menarik kursi di sebelahnya. Tas ransel berwarna hitam pun sudah berada di atas meja di samping meja gadis ini. Pandangan Peony berjalan dari tas, menuju pada seseorang yang baru saja duduk di sampingnya. Siapa orang yang ingin duduk di dekatnya? Selama ini tidak ada teman yang mau duduk di samping gadis miskin sepertinya. Tentu saja Peony terkejut sekaligus penasaran. Peony membelalak. “K-kau???” pekik Peony. Peony menyensor tubuh seseorang itu dari atas sampai bawah, lalu kembali menyensornya dari bawah sampai atas, sampai berhenti tepat pada wajah seseorang tersebut. Peony mengerjap beberapa kali, lalu mengusap-usap matanya. Apakah dia tidak salah lihat??? Seseorang itu… bukankah dia adalah si ‘pemeras’??? Mengapa bisa pemuda es krim itu ada di sekolahnya? Seingat Peony, ia tidak pernah melihat pemuda itu sebelumnya di sekolah ini. Apakah sang pemuda adalah anak baru? Kenapa bisa?? Bolehkah Peony berteriak kesal? Pasalnya, baru s
Peony memantul-mantulkan bola basket ke lantai dengan mata sesekali mengawasi Kheil yang berdiri tak jauh darinya. Pemuda itu pun melakukan hal yang sama dengannya. Murid-murid lainnya juga membawa bola basket masing-masing di tangan untuk melakukan pemanasan sebelum pelajaran dimulai. Saat ini mereka sedang berada di dalam lapangan indoor sekolah untuk mengikuti pelajaran jasmani. Peony kembali mengawasi Kheil. Bukan tanpa alasan Peony melakukan hal itu. Pasalnya, Peony merasa Kheil selalu ada di mana pun Peony berada. Setiap mata pelajaran yang Peony ikuti, Kheil juga selalu ada di sana. Bahkan sudah dua minggu ini Peony harus rela berbagi bekal dengan Kheil. Peony pikir, setelah selesai ‘diperas’ di kedai es krim, ‘hutang’nya sudah lunas. Awalnya Peony tidak masalah berbagi dengan Kheil jika pemuda itu berasal dari keluarga sederhana sepertinya. Apalagi Peony sadar pernah menghilangkan benda kesayangan yang kemungkinan kecil akan kembali didapat Kheil. Namun setelah mengetahui
“APA ADA ORANG YANG MENDENGARKU?!” Peony memukul-mukul pintu kamar mandi yang terkunci. Mungkin sudah setengah jam ia terkunci di sini, di dalam kamar mandi yang berada di ujung lantai dua sekolahnya. Kamar mandi ini termasuk kamar mandi yang jarang digunakan. Mengalami kejadian seperti ini bukan kali pertama bagi Peony. Teman-teman seangkatannya tak pernah bosan membullynya. Apakah bagi mereka menjadi miskin adalah kesalahan? “Huft…” Peony menyandarkan punggung pada pintu saat merasa tangannya lelah. Ia menatap langit ruangan yang memiliki bilik-bilik kecil tersebut, lalu menatap wajahnya dari pantulan cermin di atas wastafel. Rambutnya terlihat basah dan lengket karena minuman soda yang tadi sengaja disiramkan Angel dan para dayang-dayangnya. “Summer!” Deg! Peony menegakkan tubuh. Suara itu… dan panggilan itu… Suara itu milik Kheil! Ya, Kheil Abraham Leight. Si anak murid yang baru masuk dua bulan di sekolahnya itu bisa dikatakan adalah teman satu-satunya yang Peony punya di