Home / Romansa / Terjebak Cinta Tuan Arogan / Bab. 3 Tidak Bisa Menerima

Share

Bab. 3 Tidak Bisa Menerima

Author: Guzel Lili
last update Huling Na-update: 2024-02-22 22:17:19

Gadis itu mengelus dada karena terkejut, dia pun menoleh dan mendapati bahwa si pemilik tangan itu adalah sang kekasih.

“Astaga, kamu bikin kaget saja, Ran. Kenapa nggak bilang kalau mau kemari?” Andira mengerucutkan bibirnya. Dia kesal karena Randi tiba-tiba datang ke tempat kerjanya tanpa memberi kabar dahulu.

“Maaf, Sayang, tadi aku nggak sengaja bertemu klien di dekat sini. Jadi, sekalian saja aku mampir. Aku kangen banget sama kamu.” Randi mencubit gemas pipi Andira. Pasalnya, sudah beberapa hari mereka tidak bertemu, kesibukan Randi adalah faktor utamanya.

Andira menepis tangan Randi dari pipinya sebelum mengaduh. “Aduh, sakit tau. Kamu, tuh, kebiasaan banget suka nyubit pipi orang.” Andira menggerutu sambil mengelus pipinya yang memerah bekas cubitan Randi.

“Salah sendiri, punya pipi gemesin. Pengen nyubit aja kan, jadinya,” jawab Randi tak mau kalah.

Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala mendengar perkataan sang kekasih, dia sudah tidak heran dengan sifat Randi yang tak pernah mau kalah jika sudah berdebat. Gadis itu menggandeng tangan sang pujaan hati dan membawanya duduk di salah satu kursi. Andira duduk di seberang lelaki berkemeja biru itu.

“Kamu mau minum apa?” tanyanya pada sang kekasih.

“Eehm … tidak usah, Sayang. Aku cuma sebentar karena setelah ini mau ada meeting di kantor,” jawab Randi.

Gadis berkulit putih itu hanya mampu mengembuskan napas berat mendengar perkataan Randi. Entah kenapa, dia ingin sekali marah pada lelaki di depannya itu, terapi sudah menjadi resiko pekerjaan sang kekasih. Dia hanya bisa mencoba mengerti dengan kesibukan kekasihnya yang membuat mereka menjadi jarang bertemu.

“Hai, Dira,” sapa seseorang yang suaranya sangat familiar di telinga Andira. Gadis itu pun menoleh ke sumber suara itu dan tersenyum canggung. Dilihatnya seorang lelaki yang sangat dia kenal sedang berjalan ke arahnya.

“Siapa dia, Sayang?” tanya Randi.

“Eem … dia pelanggan kafe yang sering kemari saat makan siang, Ran,” jawab Andira.

Lelaki berjas hitam itu duduk di sebelah Andira tanpa mempedulikan tatapan tajam lelaki yang berada di depannya. Dia tersenyum ke arah Andira. Hati Randi mendadak panas melihat kekasihnya didekati lelaki lain. Keadaan pun menjadi canggung bagi Andira, dirinya tidak nyaman ditatap oleh sang kekasih, dari tatapannya terlihat seakan menuntut penjelasan atas apa yang tengah dilihatnya. Randi tidak bisa tinggal diam melihat hal itu.

“Maaf, apakah kami mengenal Anda, Tuan?” tanya Randi.

Lelaki itu pun menoleh, “Kamu mungkin tidak mengenal saya, tapi saya mengenal gadis di sebelah saya ini. Apakah saya perlu mengenalmu untuk bisa duduk di sini?” cetus Edgar dengan sombongnya sedangkan, Andira hanya melongo mendengar jawaban Edgar.

Randi menatap lelaki itu dengan mata merah menahan emosi setelah mendengar jawaban dari lelaki di depannya, dia pun berdiri dan menghampiri Edgar.

“Maaf, tapi kami sedang tidak ingin diganggu, perlu Anda tahu kalau saya adalah kekasih Andira!” jawab Randi yang mulai tersulut emosi.

Edgar menyeringai, “Hanya kekasih bukan, belum menjadi Suami,” ucap Edgar dengan tenang. Namun, semakin memancing emosi Randi. Sedangkan Andira sendiri kesulitan menelan air liurnya melihat ketegangan yang terjadi antara dua lelaki di depannya.

Randi yang sudah tersulut emosi, menarik kerah baju Edgar sehingga memaksa tubuh lelaki itu untuk berdiri.

“Dengar, Saya tidak ingin mencari masalah dengan Anda, jadi tolong tinggalkan saya dan kekasih saya, sekarang!” ujar Randi yang masih berusaha untuk menahan emosinya. Mereka pun menjadi pusat perhatian para pelanggan lain yang sedang melihat ke arah mereka.

Andira yang melihat itu menjadi gelagapan, dia berdiri di sebelah Randi dan berusaha melepaskan tangan Randi yang masih memegang kerah baju Edgar.

“Tenang, Ran. Jangan buat keributan disini.” ujar Andira dengan muka memelas sambil meletakkan tangannya di dada sang kekasih untuk menenangkannya.

Edgar yang melihat perlakuan Andira itu pun hanya menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, kemudian dia berjalan melewati keduanya. Dia berhenti sejenak di sebelah Randi untuk membisikkan sesuatu yang kembali menyulut emosi Randi.

“Andira akan menjadi milikku. Apa pun yang terjadi, aku akan merebutnya darimu, ingat itu!” Edgar berjalan keluar dari kafe tanpa menoleh ke belakang.

Sementara Andira berusaha menahan Randi agar tidak mencoba menghampiri Edgar yang berlalu pergi.

Tak berselang lama, Amel datang dari arah dapur dan melihat Andira yang masih memegang tubuh Randi.

“Apa yang terjadi?” tanya Amel.

Andira hanya menggelengkan kepala, mengisyaratkan Amel untuk tidak bertanya dulu.

“Apa lelaki itu selalu mengganggumu, Sayang?” tanya Randi saat emosinya sudah mulai reda.

“Ti-tidak Ran, dia hanya pelanggan kafe kami, jangan pedulikan ucapannya,” jawab Andira sedikit berbohong, ia takut jika dirinya mengatakan yang sebenarnya akan membuat Randi semakin marah.

“Baiklah, katakan saja kalau dia mengganggumu, biar nanti aku kasih pelajaran padanya,” ujar Randi.

Andira mengangguk, mengiyakan perkataan Randi. Sementara itu, seorang lelaki yang berada dalam mobilnya masih mengawasi dua orang yang baru saja ditemuinya sampai lelaki yang tak lain adalah kekasih Andira itu pergi meninggalkan kafe.

Setelah memastikan kekasih Andira pergi, Edgar keluar dari mobilnya dan berjalan masuk kembali ke dalam kafe untuk menemui Andira.

Andira yang sedang membersihkan meja pelanggan tampak terkejut ketika merasakan ada seseorang yang tiba-tiba menarik tangannya dan membawanya keluar dari kafe tempatnya bekerja.

“Lepaskan saya, Tuan.” Andira menepis tangan Edgar.

“Ada yang ingin aku katakan, padamu," jawab Edgar.

“Apalagi yang ingin Anda katakan, Tuan," ucap gadis berkulit putih tersebut yang masih berusaha melepaskan tangannya yang ditarik oleh Edgar.

Lelaki itu pun berhenti di sebelah mobilnya, dan melepaskan cengkraman tangannya dari Andira. “Aku mencintaimu, Dira, aku mau kamu menjadi kekasihku,“ ungkapnya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, dia tidak habis pikir dengan pernyataan lelaki di depannya yang dengan enteng mengatakan kalau dia mencintainya. Gadis itu mulai berpikir, apakah lelaki di depannya ini sudah kehilangan urat malunya, atau memang sudah gila? Sudah jelas bahwa dirinya telah memiliki kekasih, tapi kenapa lelaki itu masih mengungkapkan perasaan pada dirinya.

“Maaf, Tuan. Saya mencintai orang lain, jadi saya tidak bisa menerima cinta Anda.” Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu, Andira berjalan pergi dan kembali masuk ke dalam kafe.

Lelaki itu terus memandang punggung Andira yang mulai hilang masuk ke dalam kafe, dia menyeringai.

“Kau pikir, dengan menolakku bisa membuatmu lepas dariku, Andira. Heh … kau salah besar!" Edgar bergumam sambil berjalan masuk ke mobil dan berlalu pergi meninggalkan kafe tersebut. Di dalam mobil, Edgar mulai memikirkan cara untuk bisa mendapatkan Andira. Bagaimanapun caranya, dia akan mendapatkan apapun yang ia inginkan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 46 Dua Kejutan

    Edgar berlari menuju meja resepsionis. Lelaki itu terburu-buru menuju rumah sakit saat mendengar kabar Andira pingsan. “Sus, pasien atas nama Andira Hutama ada di mana?” tanya lelaki yang memiliki bibir tipis itu. Dia masih berusaha mengatur napas yang masih memburu setelah berlari. “Tunggu sebentar, Pak.” Suster melihat layar monitor di hadapannya. “Nyonya Andira Hutama masih di ruang IGD, Pak. Silakan lewat sebelah sana,” jelasnya menunjuk ke lorong yang terhubung dengan IGD. Edgar berlari melewati lorong tersebut menuju ke ruang IGD. Dia membuka satu persatu tirai mencari keberadaan sang istri. Saat melihat istrinya terbaring lemah, hatinya terasa sakit. Lelaki itu belum pernah melihat sang istri dalam keadaan selemah itu. Dia berjalan menghampiri wanita yang dicintainya. “Sayang ….” Tanpa terasa air mata menetes di pipi lelaki berambut hitam itu. Edgar menoleh pada asisten rumah tangganya yang saat ini berada di samping brankar sang istri. “Apa yang terjadi, Bi?”

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 45 Balasan Untuk Cindy

    Keesokan paginya, Edgar terbangun saat merasakan sentuhan di pipinya. Dia perlahan membuka mata, melihat sang istri menatapnya dengan raut khawatir tampak jelas di wajahnya. “Sudah bangun, Sayang. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa perlu memanggil dokter?” tanya Andira beruntun. Dia takut kalau sang suami masih merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Edgar tersenyum melihat kekhawatiran sang istri. Dia tidak menyangka kalau wanita yang sempat membencinya ini bisa sekhawatir itu padanya. “Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan terlalu khawatir, suamimu ini sangat kuat. Lihatlah otot yang melekat di perutku ini.” Edgar menarik tangan Andira dan menempelkan di bagian bawah perutnya. Andira membulatkan mata dengan kejahilan sang suami. Bagaimana bisa lelaki di depannya sesantai itu setelah apa yang dialaminya semalam. Andira mencubit otot liat di perut suaminya itu, dia kesal melihat tingkah kekanakan suaminya. Namun, tetap saja wanita cantik itu tidak bisa mengabaikan lelaki di

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 44 Bertemu Andro

    “Tuan, para tamu undangan sudah datang. Mereka sedang mencari Anda di luar,” ucap pria bertubuh ceking itu. Pria itu tak lain adalah asisten Roni, sebenarnya dari tadi dia sudah memperhatikan apa yang dilakukan atasannya itu. Akan tetapi, ragu untuk menghentikan tindakan mesum atasannya itu. Namun, saat dia melihat pria bertubuh tambun itu mulai melancarkan aksinya, hati kecilnya menjerit dan menuntunnya untuk menghentikan kelakuan mesum atasannya itu. “Sialan! Mereka mengganggu kesenanganku saja.” Roni menoleh ke arah Cindy. “Tunggu aku cantik, kita akan bersenang-senang nanti,” ucap pria itu sebelum dia pergi meninggalkan wanita cantik di depannya. Roni masih sempat mencuri ciuman di bibir wanita cantik di depannya. Cindy mengepalkan tangan, dia jijik karena sudah disentuh pria tua seperti Roni. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pria tua bertubuh gemuk seperti pria mesum itu. Wanita bergidik ngeri membayangkan jika dirinya harus berhubungan intim dengan pria itu. Wani

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 43 Jebakan Cindy

    Satu jam sebelum pesta dimulai. Terlihat seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna merah, berjalan masuk ke sebuah rumah mewah di Taman Indah Kapuk daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Tempat itu memang terkenal dengan hiburan malamnya yang populer karena terletak di pesisir pantai. Banyak wisatawan yang mengunjungi tempat itu hanya untuk bisa menikmati suasana keindahan langit malam. Akan tetapi, niatnya kali ini bukanlah untuk menikmati keindahan malam di tempat itu, melainkan untuk menjalankan rencana yang sudah disusun dengan matang. Sayangnya, wanita itu tidak menyadari bahwa selama ini gerak-geriknya sudah diawasi. Wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu tanpa menimbulkan kecurigaan bagi orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Dia menghampiri seorang pelayanan yang sedang sendirian dan sibuk meletakkan gelas di meja. “Maaf, apa kami bisa membantuku?” tanya wanita berambut pendek sebahu itu. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat tebal dari dalam tas

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 42 Libido yang Menyiksa

    “Aldi, bereskan semua kekacauan ini. Jangan biarkan seorang pun tahu masalah ini,” perintah Edgar pada asistennya. Aldi meminta para pengawal membawa pria yang sudah babak belur di lantai ke markas mereka. Dia yakin ini adalah ulah seseorang yang sengaja ingin merusak reputasi istri atasannya. Hanya satu orang yang saat ini Aldi curigai. “Saya permisi dulu, Tuan. Kami akan menunggu Anda di luar.” Aldi menundukkan badan, kemudian keluar dari tempat itu. “Sayang, ini aku. Buka matamu.” Edgar perlahan menurunkan tangan sang istri dari wajahnya. Dia melihat sang istri masih ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Dia tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah mengganggu sang istri. Bukan Edgar namanya jika dia tidak bisa menemukan pelaku utama yang mendalangi semua ini. Perlahan Andira membuka mata, melihat sang suami berada di hadapannya. Sontak wanita cantik itu langsung memeluk lelaki di hadapannya. Dia menangis tersedu di pelukan sang suami. “Ede, maaf. Pria jahat itu—,

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 41 Jebakan

    Edgar baru saja memasuki sebuah rumah mewah milik Roni Ankara, pemilik Ankara group. Pesta itu diadakan di rumah utama pemilik Ankara group itu. Pesta itu bernuansa outdoor, terletak di taman samping rumah mewah bergaya Eropa. Tampak sudah banyak para tamu undangan yang datang. Roni berjalan menghampiri Edgar yang terlihat baru datang bersama seorang wanita cantik dan asistennya. Lelaki bertubuh tambun itu terpana melihat kecantikan Andira. “Selamat datang Tuan Edgar. Rupanya Anda yang dikenal tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, tiba-tiba bisa tertarik dengan wanita cantik ini.” Roni menjabat tangan Edgar, kemudian beralih pada Andira. Namun, saat tangannya berusaha menyentuh tangan Andira, Edgar buru-buru menepisnya. “Maaf, Tuan Roni. Wanita cantik ini adalah istri saya,” ucap Edgar singkat. Dia melingkarkan lengannya di pinggang Andira, ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya sudah memiliki istri. Semua itu dia lakukan agar para rekan bisnisn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status