Share

Bab. 2 Perasaan Asing

Andira menoleh ke kanan dan kiri, tapi tidak ada seorang pun selain dirinya. "Lalu untuk apa mobil itu berhenti di sini?" batinnya.

Kaca mobil hitam itu perlahan turun dan terlihatlah siapa pengemudinya. Orang yang berada dalam mobil itu tak lain adalah Edgar.

"Astaga, kenapa aku harus bertemu laki-laki ini lagi," gumam Andira yang nampak kesal karena harus berurusan dengan Edgar lagi.

"Ayo, masuklah. Aku antar kamu pulang," ucap Edgar.

Andira memutar bola mata jengah dengan apa yang Edgar lakukan, pasalnya, sudah seringkali dia menolak ajakan Edgar untuk mengantarnya pulang. Akan tetapi, lelaki itu seakan tuli dengan apa yang selalu Andira katakan.

"Tidak, terima kasih,Tuan. Anda tidak perlu repot-repot, karena saya bisa pulang sendiri," jawab Andira.

Namun, bukan Edgar namanya jika ia langsung menyerah. Dia berusaha meyakinkan Andira untuk bersedia ikut dengannya.

“Tapi ini sudah malam, Andira. Jadi, tidak mungkin ada kendaraan lain yang lewat”. Edgar berusaha meyakinkan gadis cantik tersebut.

Andira tampak berpikir. Sekarang memang sudah larut malam dan apa yang dikatakan Edgar benar, tidak mungkin ada lagi kendaraan umum yang lewat. Akhirnya Andira bersedia diantar oleh lelaki berjas hitam itu. Dia masuk ke mobil dan duduk di sebelah kursi kemudi.

Edgar mulai melajukan mobilnya, tidak banyak percakapan yang terjadi diantara mereka karena Andira lebih memilih diam dan menatap keluar jendela. Hingga, sampailah mereka di sebuah rumah sederhana dengan halaman luas dan banyak tanaman bunga di depannya.

"Dira, bolehkah aku memelukmu?" tanya Edgar.

Andira membulatkan matanya. "Maksud Tuan ap—." Belum sempat Andira melanjutkan ucapannya, Edgar sudah lebih dulu memeluknya.

Gadis itu seketika mematung karena perlakuan Edgar. "Tuan, maaf, saya rasa ini tidak pantas," ujar Andira sambil mendorong tubuh Edgar.

"Sudah kukatakan berulangkali, jangan memanggilku, Tuan. Panggil aku, Ede," ujar lelaki berparas tampan itu.

"Tapi, saya tidak bisa melakukannya, Tuan. Terima kasih karena telah mengantarkan saya sampai rumah, saya permisi." Tanpa menunggu jawaban dari Edgar, Andira keluar dari mobil dan bergegas berjalan memasuki rumahnya.

Edgar hanya bisa memandangi punggung Andira yang mulai menghilang masuk ke dalam rumahnya.

"Aku mencintaimu, Dira. Aku ingin memilikimu, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan cintamu, Dira," Edgar bergumam sembari mengusap wajahnya kasar.

Lelaki itu menginjak pedal gas dan mengemudikan mobilnya menjauhi rumah Andira. Dalam perjalanan Edgar tidak bisa berhenti berpikir, bagaimana cara untuk mendapatkan hati gadis cantik itu? Ini pertama kali dalam hidupnya, seorang Edgar Hutama, putra Tunggal dari Danish hutama, penerus dari Hutama group, jatuh cinta pada seorang gadis yang baru dikenalnya di sebuah kafe. Perasaan yang sangat asing itu semakin membuatnya ingin memiliki gadis bermata coklat tersebut.

Setelah perjalanan yang memakan waktu 40 menit, Edgar telah sampai di rumah. Dia memasukkan mobilnya ke garasi dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dia berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamar. Lelaki itu masuk ke kamar dan mulai melucuti pakaiannya untuk segera membersihkan diri. Lima belas menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dan berjalan ke walk in closet untuk mengambil baju tidur dan mengenakannya.

Setelah selesai, Edgar merebahkan dirinya diatas ranjang king size miliknya dan ia pun terlelap.

Keesokan paginya, Edgar tidak berangkat ke kantor, ia memutuskan akan mengerjakan pekerjaannya dari rumah. Ia meminta sang asisten untuk menggantikan pekerjaannya di kantor.

Di saat Edgar sedang memeriksa file di dalam laptop, tiba-tiba terdengar pintu ruang kerjanya diketuk.

"Masuk," ucap Edgar.

Pintu terbuka, tampaklah seorang laki-laki paruh baya berjalan masuk dan duduk di sofa.

"Tumben Papa ke sini, apa ada sesuatu yang penting, sampai Papa harus datang?" tanya Edgar.

"Ede, sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini pada Papa? Apa kamu tidak bisa memaafkan Papamu ini dan melupakan masa lalu?" tanya Danish.

"Apa yang Papa katakan barusan, memaafkan Papa? Apa Papa pikir dengan memaafkan Papa, bisa membuat Mama hidup lagi? Tidak, Pa. Mama tidak akan bisa kembali lagi dan semua itu karena keegoisan Papa," ucap Edgar dengan tawa hampa.

"Ede, Papa, menyesal karena telah menyakiti perasaan Mamamu. Jadi, Papa mohon maafkan Papa," ujar sang papa.

“Percuma saja Papa menyesali perbuatan Papa, karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkan Papa. Jadi, lebih baik Papa keluar dari rumah ini!” Bentaknya.

Lelaki paruh baya itu hanya bisa mengembuskan napas berat, dia pun beranjak keluar dari ruang kerja putranya.

Setelah memastikan papanya pergi, Edgar membuka laci dan mengeluarkan sebuah foto yang selama ini sering ia lihat. Foto dirinya dan sang mama. Dia sangat merindukan kehadiran mamanya. Karena perselingkuhan yang papanya lakukan sehingga, membuat sang mama terkena serangan jantung dan pergi untuk selamanya.

Hal yang membuat Edgar tetap membenci papanya adalah karena sampai sekarang pria yang telah membesarkannya tersebut masih berhubungan dengan wanita penyebab kematian sang mama. Dia sudah berulangkali mencoba memisahkan sang papa dengan wanita ular itu, tetapi selalu gagal. Sang papa lebih membela wanita itu dibandingkan dirinya, putranya sendiri. Bahkan, akhir-akhir ini dia baru mengetahui bahwa orang tuanya telah memiliki anak dari wanita itu.

Edgar menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya. Lelaki itu memejamkan mata, mencoba mengingat kembali momen indahnya bersama sang mama. Namun, sebuah pesan dari ponselnya membuat lelaki itu menegakkan tubuh. Dia melihat isi pesan dari aplikasi berlogo hijau tersebut yang ternyata dari asistennya.

Di kafe.

"Dir, nanti pulang kerja jalan, yuk?" ajak Amel pada Andira.

"Jalan, kemana? Bukannya kamu pulang kerja dijemput cowok kamu?" tanya Andira.

"Iya, tapi nanti dia lembur, jadi nggak bisa jemput. Oh, iya, gimana kabar Randi? Kok, sekarang aku jadi jarang melihat dia jemput kamu, malah itu si bos ganteng yang sering antar kamu pulang, kan?" tanya Amel penasaran.

Andira menghela napas berat. "Iya, dia sedang sibuk akhir-akhir ini. Jadi, Randi nggak bisa antar jemput aku seperti biasa." jawabnya seraya berjalan mengantarkan pesanan pelanggan.

"Apa mereka sedang tidak baik-baik saja," Amel bergumam dengan mengendikkan bahu.

Hari ini kafe tampak cukup ramai. Hal itu membuat para karyawan sibuk melayani para pelanggan. Begitupun juga dengan Andira, gadis berambut panjang tersebut sampai melupakan istirahat makan siangnya karena terlalu sibuk.

Setelah melayani pelanggan, Andira kembali ke tempat Amel berada. Terdengar suara ponselnya berbunyi, Andira merogoh saku celana dan mengambil ponselnya. Di sana tertera nomor seseorang yang sedang ia rindukan, gadis itu menerima panggilan tersebut.

"Halo—." Belum sempat Andira melanjutkan ucapannya, dia sudah dikejutkan oleh sebuah tangan yang menepuk pundaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status