Share

Kejadian Naas

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-09 12:36:48

Elang meletakkan ponselnya di atas kursi. Ia lantas berjalan menghampiri wanita yang belum lama ia nikahi.

"Kamu belum tidur?" tanya Elang pada Sabrina yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Yang telepon itu istri Mas?" Sabrina bertanya sambil memaku pandangan pada Elang.

Suami Sabrina itu mengangguk, lalu mengajak Sabrina masuk ke kamarnya.

"Tidurlah, kamu lelah," titah Elang saat Sabrina hanya mematung.

"Aku ngga bisa tidur," lirih Sabrina. Duka masih menyelimuti hati dan jiwanya.

"Biar Mas temani," ucap Elang. Ia menggandeng tangan istrinya menuju ranjang.

"Tidurlah dengan tenang, ada aku yang akan menemanimu."

Sabrina menurut. Ia berbaring di sisi ranjang sedang Elang duduk di sampingnya. Perempuan yang baru saja kehilangan orang tua itu memiringkan badannya, merangkul guling dan berharap matanya segera terpejam.

Perlahan mata Sabrina memejam, akan tetapi pikirannya malah kembali pada kejadian saat di gedung kemarin.

"Jangan berteriak, Sayang. Diam dan rasakan sentuhan kami. Kamu akan terbuai nanti," ujar seorang pemuda yang memakai celana jeans. Tatapan penuh nafsu terlontar untuk Sabrina yang sedang ketakutan.

"Aku tidak butuh sentuhanmu! Pergi dari sini dan bebaskan aku dari kalian!" hardik Sabrina lantang.

Ekor mata pemuda itu menatap pemuda yang lainnya. Ia mengisyaratkan agar melangkah ke samping untuk menghalau langkah Sabrina yang sedang mereka incar agar tidak kabur.

"Toloooong!" teriak Sabrina itu kencang. Tak terbayang bagaimana lagi ia akan meronta sebab satu meter lagi ia sudah mencapai sudut bangunan. Gadis yang bekerja di pabrik garmen itu tak lagi bisa lari dari tempatnya sebab dua pemuda telah menghalangi jalan.

"Jangan berteriak atau kamu akan aku perlakukan dengan kasar!" ancam pemuda yang ada di samping. Ia memberikan tatapan tajam untuk gadis di depannya.

"Aku tidak peduli! Pergi kalian dari sini! Apa yang kamu inginkan dariku?!! Hah?" Sabrina berteriak frustasi.

"Tentu saja tubuhmu. Apalagi memang?" Seringai senyum dengan tatapan bak singa lapar terbit dari sorot mata lelaki yang ada di samping wanita yang ketakutan itu.

Niat Sabrina hanya mencari lemburan agar ia bisa menutup sebagian hutang keluarganya, akan tetapi siapa sangka jika nasib sial malah menghampirinya ketika pulang kerja.

Langkah dua pemuda itu kian dekat. Akan tetapi Sabrina masih mencoba mempertahankan dirinya dengan meletakkan tas di depan tubuhnya. Dadanya bertalu, bayangan bahwa dirinya akan menjadi korban pemerkosaan sudah berkelindan dalam kepalanya.

Sabrina berada di titik terendah dalam hidupnya. Antara marah dan nelangsa. Hutang yang membelit keluarganya membuatnya berada dalam kondisi yang menyakitkan ini.

"Ambil saja tasku! Jangan sentuh aku!" teriak Sabrina frustasi sambil melempar tas itu ke arah laki-laki yang ada di depan. Harapannya setelah melempar tasnya, dua pemuda itu akan pergi. Air matanya sudah menganak sungai. Ia tak tahu lagi harus bagaimana untuk mempertahankan kesuciannya.

Sayangnya, harapan hanya tinggal harapan.

"Jangan menawariku uang sebab aku tak butuh. Aku hanya butuh badanmu yang molek itu untuk kunikmati," sahut pemuda yang ada di sisi kiri Sabrina setelah membiarkan tas itu terjatuh di lantai yang penuh debu.

Mata Sabrina terpejam, pasrah atas apa yang ada di depannya. Masa depan yang suram, tangis orang tua serta aib yang besar sudah berjejalan dalam kepalanya. Ia hanya bisa menangis.

Langkah kaki satu diantara dua laki-laki itu terdengar mendekat. Suara derap kakinya semakin dekat pada badan Sabrina yang sudah menempel di dinding lembab nan kotor. Tidak hanya itu, sesekali bau tak sedap menyapa hidung Sabrina.

"Tolong," rintih Sabrina masih berusaha. Hatinya tak henti berdoa agar ada keajaiban yang terjadi disaat yang sedang terjepit ini.

Tangan pemuda itu telah sampai pada badan Sabrina. Tangan itu langsung mencengkeram lengan Sabrina ketika ia berusaha meronta.

Sekuat tenaga Sabrina berontak. Ia berusaha menepis bahkan menendang kaki pemuda itu, tetapi sia-sia. Dua lawan satu dengan kekuatan yang jauh berbeda dengan Sabrina membuat sebesar apapun usahanya akan tetap kalah melawan mereka.

Akhirnya, Sabrina pasrah. Matanya memejam pasrah dengan tangis yang pilu. Badannya tak bisa bergerak karena kedua tangan telah diikat oleh pemuda yang ada di depannya. Tenaga Sabrina sudah habis untuk lari dan menghalau pegangan tangan dua lelaki itu sejak awal mereka mengejar.

Sementara dua pemuda itu bak Elang menemukan mangsa. Matanya berbinar saat mendapati Sabrina tak lagi berontak.

Sabrina terduduk di atas lantai. Matanya memejam sambil menahan tangis. Kakinya berusaha menendang mereka, akan tetapi pemuda itu telah mengikatnya juga.

Lengan mulus Sabrina menjadi sasaran dua pemuda itu. Kulit yang putih dan halus menjadikan dua pemuda kian bersemangat untuk bermain-main dengan tubuh yang sudah teronggok lemah itu.

"Badanmu mulus sekali, pasti sangat nikmat kalau aku mencobanya," ujar satu pemuda yang telah menyentuh lengan Sabrina. Ia membuka kancing baju itu dengan perlahan.

"Gantian ya? Aku duluan." Pemuda yang lainnya menyahut. Sebuah benda telah diarahkan di depan badan Sabrina yang bagian atasnya sudah terbuka.

Berhasil. Seringai licik terbit dari bibir pemuda yang ada di samping Sabrina. Otak yang penuh nafsu membuatnya sengaja mengabadikan badan mulus itu.

"Enak saja!" Pemuda yang ada di depan Sabrina menyahut. Ia menepis tangan temannya untuk lebih dulu menikmati badan langsing itu.

"Lepaskan!" pekik Sabrina saat satu tangan lelaki itu mulai menyentuh kulitnya. Tangan yang terikat itu ia gerakkan agar pemuda itu urung melakukan aksinya.

Pakaian Sabrina yang merupakan sebuah kemeja membuat tubuh bagian depannya mudah dibuka, sehingga tak susah bagi pemuda itu untuk membuka bagian depan baju yang melekat di badannya.

Semakin berontak, dua pemuda itu makin kasar terhadap Sabrina.

"Jangan berontak!" hardik salah satu pemuda itu.

Namun Sabrina tak peduli. Ia masih berusaha keras menghalau tangan pemuda yang mulai meraba-raba.

"Tolong," lirih Sabrina lagi. Harapannya sudah sangat tipis untuk bisa lari dari tempat itu. Meskipun begitu, ia tak membiarkan tangan pemuda itu menyentuhnya begitu saja.

"Tolong," lirih Sabrina cemas dalam tidurnya. Kepalanya menggeleng dengan keringat yang mulai membasahi dahinya. Rupanya kejadian yang menimpanya di gedung tua itu membuat Sabrina tak bisa tidur dengan tenang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Tamat

    Bab 70Hari-hari baru telah dilalui oleh Sabrina dan Elang di rumahnya yang sebelumnya ia tempati. Kehidupan baru dengan status baru, yaitu sebagai satu-satunya istri dari Elang Hastanta.Pernikahan mereka baru saja di sahkan setelah satu bulan kepergian Kayla. Hal itu membuat Sabrina merasa lega sebab statusnya telah sah dimata hukum. "Terima kasih atas hadiah ini, Mas," ucap Sabrina setelah kembali ke rumah. Buku nikah telah ia dapatkan ditangan. Ia bukan lagi menjadi wanita simpanan, melainkan sebagai satu-satunya istri sah yang dimiliki Elang.Bibir Elang mengulum senyuman. Ia mengusap pipi Sabrina menggunakan ibu jarinya dengan halus dan lembut."Sama-sama, Sayang. Tidak ada lagi alasan untukku tidak menjadikanmu sebagai satu-satunya istri sah. Mas janji akan selalu menjaga diri agar tidak lagi melakukan kecerobohan yang menyebabkan hidup Mas jadi berantakan seperti kemarin. Mas juga janji akan membahagiakan kamu dan anak kita nanti," ucap Elang sambil mengusap perut Sabrina yan

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Penyesalan

    Bab 69Elang menuntun Sabrina berjalan di jalan setapak di antara makam yang berjajar. Dadanya kebak akan rasa haru atas apa yang sudah terjadi. "Hati-hati, Sayang," ujar Elang saat Sabrina berusaha menghindari makam yang ada di samping jalanan.Tangan Sabrina menggenggam erat lengan Elang yang ada di sampingnya. Kondisinya yang baru saja pulih membuat badannya masih terasa lemas dan sesekali harus menyandarkan badannya agar tidak roboh. Seharusnya Sabrina banyak beristirahat, tapi rasa bersalahnya tak lagi dapat menahan langkah kakinya untuk berjumpa dengan Kayla sekalipun sudah berbeda alam."Ini makamnya," ucap Elang seraya menunjuk satu makam yang masih tinggi gundukannya. Kembang setaman yang ditaburkan kemarin masih banyak berjajar di atas makam itu. Bahkan aromanya sesekali masih terhirup oleh hidung Sabrina juga Elang.Sabrina menatap makam itu dengan hawa panas yang mulai merambat ke sekujur tubuhnya. Kepergian Kayla setelah apa yang dilakukannya pada Sabrina membuat Sabrina

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Kehilanganmu

    Bab 68Elang berjalan dengan langkah tergesa menuju ruang ICU, tempat di mana Kayla sedang dirawat. Matanya hanya fokus pada jalanan di depannya agar bisa lekas sampai di ruangan tersebut. Pikirannya sudah lebih tenang sebab Sabrina sudah ditemukan.Beberapa kali ponselnya berdering dari sang mama, bertanya di mana posisinya sekarang. Dan itu membuat Elang makin cemas dengan kondisi Kayla.Biasanya, Bu Laras dan Pak Rahardjo cukup bisa diandalkan dalam hal apapun. Tapi dering ponsel yang terus berbunyi itu membuat Elang merasa bahwa orang tuanya tak bisa mengatasi keadaan itu dan mengharuskannya berada di sisi Kayla secara langsung.Elang pun makin mempercepat langkahnya."El," sapa Bu Laras kala matanya melihat Elang mendekatinya. Tangannya terangkat untuk memeluk sang putra. Ketika berada dalam rengkuhan putranya, air mata Bu Laras tumpah seketika."Kayla, El. Kondisinya mengkhawatirkan," ucap Bu Laras dalam isakan. Ia begitu cemas melihat busa yang keluar dari mulut Kayla secara la

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Pergi Dari Sini!

    Bab 67"Mas tolong aku," racau Sabrina lagi. Matanya memandang sang suami dengan tatapan mengiba. Bayangan laki-laki semalam yang memaksanya masuk ke dalam mobil kembali terbayang dalam ingatan. Wajah mengerikan lelaki itu, membuat Sabrina terus meracau karena rasa takut.Elang makin merasa bersalah melihat Sabrina yang tampak trauma. Ia menggenggam erat tangan Sabrina untuk menyalurkan rasa tenang dan nyaman. "Tenanglah, ada Mas di sini." Elang mengusap punggung tangan Sabrina dengan ibu jarinya. Elang mendekatkan wajahnya ke dahi Sabrina, lalu menciumnya dengan penuh kelembutan. Ia cemas bercampur lega bisa melihat Sabrina ada di dekatnya. Meskipun kondisinya mengkhawatirkan tapi Elang merasa bahagia bisa berjumpa kembali dengan istri yang sudah lama meninggalkan dirinya tanpa pamit.Sabrina mengerjapkan matanya. Ia menatap Elang beberapa saat, kemudian menghentakkan tangan Elang yang sejak tadi menggenggam tangannya."Pergi kamu, Mas! Pergi dari sini! Aku benci kamu!" desis Sabr

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Aku Takut, Mas!

    Bab 66Ponsel Elang terus berdering selama perjalanan. Ia tak peduli, kabar yang baru saja ia terima membuat Elang harus segera sampa di lokasi.Sementara di ujung panggilan, Kayla sedang menangis. Ia tak terima jika Elang pergi meninggalkannya walau hanya sebentar. Rasa takut kehilangannya sudah mengakar dalam hati dan semakin membuatnya nekat melakukan hal apapun agar sang suami mau kembali. Akan tetapi, sikap abai milik Elang itu malah membuat Kayla tak bisa menunggu. Kayla bangkit dari tidurnya. Ia memaksa tubuhnya yang lemah itu untuk berjalan menuju balkon kamarnya. Pikiran dan hati Kayla sudah buntu. Wanita itu sudah gelap mata dan pikiran."Aku tidak rela jika kamu kembali pada perempuan itu, Mas. Kamu hanya milikku dan tidak boleh dimiliki oleh wanita lain selain aku. Jika kamu berbagi, maka biarkan anak ini kubawa pergi." Kayla berjalan dengan tertatih menuju pintu kaca yang menampakkan sinar bulan purnama. Sayangnya keindahan bulan purnama itu tidak membuat Kayla merasa ka

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Rindu Yang Menggebu

    Bab 65Kayla sedang membaca pesan dari seseorang saat pintu kamarnya terbuka. Ia merasa lega karena misinya berhasil, sekalipun itu harus mengorbankan kesehatannya demi janin yang ia kandung. Usahanya berhasil untuk membuat Elang bertahan di sisinya untuk sementara ini. Bayi itu harus selamat jika Kayla ingin dirinya kembali menjadi ratu dalam pernikahannya. Ponsel yang dipegang Kayla segera diletakkannya begitu Elang sudah ada di bibir ranjang tempatnya berbaring. Ia tak mau sang suami melihatnyaa berbalas pesan dengan orang lain, terlebih itu adalah seorang laki-laki. "Sayang, makan dulu ya?" ucap Elang sambil membawa senampan makanan untuk Kayla. Nampan itu ia letakkan di nakas sebelum menyiapkan meja di atas tempat tidur Kayla.Sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak pernah keluar dari kamar. Ia lebih banyak bedrest karena kondisinya yang lemah. sesekali mertuanya datang menjenguknya ke dalam kamar, untuk sekedar berbincang atau menanyakan keadaan Kayla hari itu."Hemm wangi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status