Share

Terpaksa Menikah

Author: Safiiaa
last update Huling Na-update: 2024-01-09 12:36:07

"Mari Mas Elang, silahkan duduk di sana sebelum acara akad dimulai." Seorang petugas datang memberi instruksi pada laki-laki yang masih tampak kacau itu.

"Pergilah, soal istrimu, anggap kamu menikah untuk mendapatkan keturunan. Toh selama beberapa tahun kamu menikah dia tidak kunjung memberiku cucu." Pak Rahardjo berujar sambil menatap Sabrina yang sedang menunggu kepastian.

Elang terperanjat mendengar ucapan papanya. Dibalik kalimat yang biasanya terdengar santai, ternyata ada sepucuk ingin yang dirasakan Pak Rahardjo, yaitu menimang cucu.

Tak memiliki pilihan lainnya, Elang pun terpaksa menuruti perintah mereka. Ia benar-benar duduk di depan meja yang berhadapan dengan jenazah almarhumah Bu Mila.

Sementara itu, di samping Elang ada Sabrina yang sedang tertunduk pilu. Air matanya tak henti mengalir. Dadanya sesak oleh kejadian demi kejadian yang menyayat hatinya.

Disatu sisi, Sabrina lega bisa menikah dengan Elang. Tapi di sisi lainnya ia sedih karena harus menikah di depan jenazah satu-satunya orang tua yang ia miliki.

Seorang petugas KUA mengucapkan kalimat ijab yang langsung dijawab oleh Elang dengan mantap. Ada rasa yang berkecamuk dalam hati Elang saat bibirnya melontarkan kalimat qobul itu.

Tidak pernah terpikirkan sedikitpun dalam benak Elang akan mendapatkan masalah yang seperti ini.

Usai ijab qobul, pemakaman pun dilaksanakan. Tak hanya warga, Pak Rahardjo pun turut mengantar kepergian Bu Mila ke peristirahatan terakhirnya.

"Papa sudah cukup merasa bersalah karena perbuatanmu waktu itu. Sekarang tebus rasa bersalah ini dengan menjaga anak mereka dengan baik." Pak Rahardjo berkata usai pemakaman selesai. Ia menghampiri Elang yang sedang berdiri menatap nanar seorang gadis yang tersedu di sisi makam yang masih basah itu.

"Bagaimana Kayla? Elang ngga punya nyali untuk berhadapan dengannya." Elang berujar dengan pandangan nanar menatap seorang gadis yang sedang menangis di depan nisan.

"Papa sudah bilang kalau kamu ada urusan mendadak ke luar kota, jadi papa rasa dia tidak akan curiga. Sebaiknya cari waktu untuk bisa bicara baik-baik dengan dia. Soal Sabrina, kamu bisa carikan apartemen untuk tempat tinggalnya nanti.

"Lalu Mama?"

"Mamamu ada di pihak papa. Mamamu juga sama merasa bersalahnya dengan papa. Papa rasa jika kamu menikah dengan gadis itu untuk menebus rasa bersalah kami, tidak akan jadi masalah buat mamamu. Apalagi selama ini kalian tidak kunjung memberi kami cucu."

Elang tercengang menatap wajah papanya. Selama ini ia pikir kedua orangtuanya tidak mempermasalahkan soal keturunan karena tidak ada pembahasan apapun soal itu. Begitu pandai mereka menutupi keinginan mereka itu.

"Papa akan kembali, kamu urus istrimu ini. Jaga dia baik-baik, karena orang tuanya tidak akan kembali hidup meskipun kita beri dia uang berapapun untuk menebus rasa bersalahmu. Papa akan bilang ke Kayla kalau kamu ada urusan di luar kota hingga tujuh hari kematian ibunya," ucap Pak Rahardjo lirih sambil menatap putranya yang masih tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya itu.

Semua pelayat telah pergi dari hadapan Bu Mila dan setelah ini Pak Raharjo bersiap untuk meninggalkan keduanya di tempat yang sunyi ini.

"Baiklah, Pa. Papa hati-hati di jalan."

Pak Raharjo mengangguk, lalu pergi meninggalkan putranya dengan menantunya yang baru itu.

Elang menatap gadis yang sedang menangis itu dengan tangan bersidekap. Ia tak tahu harus bagaimana memulai pernikahan yang terjadi secara tiba-tiba ini. Akan tetapi melihat Sabrina yang kian terpukul membuat hatinya turut merasa iba, apalagi rasa bersalah yang perlahan tumbuh dalam dirinya.

"Hari sudah sore, sebaiknya kita pulang." Elang berujar setelah menepuk halus pundak Sabrina.

Sabrina tidak merespon. Ia masih sibuk memeluk nisan bertuliskan nama sang ibu dengan pandangan nanar. Bibirnya kelu, hatinya sesak oleh kesedihan yang datang bertubi-tubi.

"Mau saya gendong lagi seperti kemarin?" tanya Elang lagi.

Ekor mata Sabrina melirik ke arah laki-laki yang sedang berdiri menatapnya, lalu menggeleng perlahan.

"Lalu?"

"Saya masih mau di sini. Ibu sendirian di sini."

"Sudah ada yang menjaga ibumu di sana. Kamu jangan khawatir. Lihatlah dirimu, betapa wajahmu terlihat letih. Besok kita bisa datang lagi ke sini."

Sabrina tertarik dengan ucapan Elang. Ekor matanya melirik laki-laki yang masih belum beranjak dari hadapannya itu.

Tangan Elang terulur di depan Sabrina. Tatapan mata itu seolah menyiratkan sebuah permintaan untuk gadis di depannya itu.

"Hari sudah hampir gelap, mari pulang. Sejak kemarin kamu belum makan, saya juga belum ganti baju."

Melihat wajah Elang yang tampak lelah, Sabrina pun menurut. Ia sendiri pun merasa kepalanya sangat berat, sepertinya badannya memang butuh istirahat.

Sabrina berjalan dengan perlahan. Tangan Elang yang memeluk bahu membuatnya bisa berjalan dengan asal tanpa khawatir badannya akan jatuh karena kekuatan yang rasanya sudah terkuras habis.

Elang membawa Sabrina kembali ke rumah orang tua Sabrina untuk sementara. Ia harus menjaga sang istri selama kondisinya masih lemah begini. Bagaimana pun niat dari pernikahan itu, Elang sudah terlanjur sah menjadi menantu dari laki-laki yang sudah ditabraknya.

Sesampainya di rumah, Sabrina langsung masuk ke kamar. Tak dipungkiri, setelah kejadian naas di gedung kosong itu, Sabrina bertubi-tubi mendapatkan kejadian yang benar-benar melelahkan dan ia butuh istirahat.

Elang kembali menyalakan ponselnya setelah di charge beberapa saat. Ia sudah tak sabar untuk bisa berbicara dengan istrinya, Kayla. Bayangan tangis Kayla sudah memenuhi kepala Elang karena pernikahan yang tidak sengaja terjadi ini.

"Halo Sayang," sapa Elang setelah panggilan terhubung.

"Astaga Sayang kenapa susah sekali dihubungi? Tidak biasanya ada kerjaan mendadak seperti ini. Biasanya kamu akan memintaku menyiapkan pakaian beberapa helai untuk dibawa selama pergi. Tapi ini? Aku merasa ada yang aneh."

Elang merasa tertohok. Istrinya merasa bahwa memang ada yang tidak beres akan tetapi Elang tidak punya pilihan lain selain menjalani apa yang ada di depannya ini.

"Iya, ada masalah di kantor tadi. Jadi aku langsung pergi begitu urusan di sini selesai. Maafkan aku ya, ngga sempat kasih kabar sebelumnya."

"Ngga apa-apa, Sayang. Aku tahu kalau kerjaan kamu banyak. Jangan telat makan sama istirahat aja biar ngga sakit."

"Iya, Sayang. Aku usahakan agar bisa segera kembali dan kita bisa berjumpa. Aku cinta kamu," ucap Elang lirih.

"Iya, cepat pulang ya?"

"Iya. Setelah urusan selesai aku akan segera kembali. Kamu tenang saja."

"Baiklah. Aku pasti akan sangat merindukanmu."

"Percayalah, aku pun sangat merindukanmu." Elang menimpali.

Namun, ekor mata Elang mendapati seseorang di balik pintu yang ada di depannya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Tamat

    Bab 70Hari-hari baru telah dilalui oleh Sabrina dan Elang di rumahnya yang sebelumnya ia tempati. Kehidupan baru dengan status baru, yaitu sebagai satu-satunya istri dari Elang Hastanta.Pernikahan mereka baru saja di sahkan setelah satu bulan kepergian Kayla. Hal itu membuat Sabrina merasa lega sebab statusnya telah sah dimata hukum. "Terima kasih atas hadiah ini, Mas," ucap Sabrina setelah kembali ke rumah. Buku nikah telah ia dapatkan ditangan. Ia bukan lagi menjadi wanita simpanan, melainkan sebagai satu-satunya istri sah yang dimiliki Elang.Bibir Elang mengulum senyuman. Ia mengusap pipi Sabrina menggunakan ibu jarinya dengan halus dan lembut."Sama-sama, Sayang. Tidak ada lagi alasan untukku tidak menjadikanmu sebagai satu-satunya istri sah. Mas janji akan selalu menjaga diri agar tidak lagi melakukan kecerobohan yang menyebabkan hidup Mas jadi berantakan seperti kemarin. Mas juga janji akan membahagiakan kamu dan anak kita nanti," ucap Elang sambil mengusap perut Sabrina yan

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Penyesalan

    Bab 69Elang menuntun Sabrina berjalan di jalan setapak di antara makam yang berjajar. Dadanya kebak akan rasa haru atas apa yang sudah terjadi. "Hati-hati, Sayang," ujar Elang saat Sabrina berusaha menghindari makam yang ada di samping jalanan.Tangan Sabrina menggenggam erat lengan Elang yang ada di sampingnya. Kondisinya yang baru saja pulih membuat badannya masih terasa lemas dan sesekali harus menyandarkan badannya agar tidak roboh. Seharusnya Sabrina banyak beristirahat, tapi rasa bersalahnya tak lagi dapat menahan langkah kakinya untuk berjumpa dengan Kayla sekalipun sudah berbeda alam."Ini makamnya," ucap Elang seraya menunjuk satu makam yang masih tinggi gundukannya. Kembang setaman yang ditaburkan kemarin masih banyak berjajar di atas makam itu. Bahkan aromanya sesekali masih terhirup oleh hidung Sabrina juga Elang.Sabrina menatap makam itu dengan hawa panas yang mulai merambat ke sekujur tubuhnya. Kepergian Kayla setelah apa yang dilakukannya pada Sabrina membuat Sabrina

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Kehilanganmu

    Bab 68Elang berjalan dengan langkah tergesa menuju ruang ICU, tempat di mana Kayla sedang dirawat. Matanya hanya fokus pada jalanan di depannya agar bisa lekas sampai di ruangan tersebut. Pikirannya sudah lebih tenang sebab Sabrina sudah ditemukan.Beberapa kali ponselnya berdering dari sang mama, bertanya di mana posisinya sekarang. Dan itu membuat Elang makin cemas dengan kondisi Kayla.Biasanya, Bu Laras dan Pak Rahardjo cukup bisa diandalkan dalam hal apapun. Tapi dering ponsel yang terus berbunyi itu membuat Elang merasa bahwa orang tuanya tak bisa mengatasi keadaan itu dan mengharuskannya berada di sisi Kayla secara langsung.Elang pun makin mempercepat langkahnya."El," sapa Bu Laras kala matanya melihat Elang mendekatinya. Tangannya terangkat untuk memeluk sang putra. Ketika berada dalam rengkuhan putranya, air mata Bu Laras tumpah seketika."Kayla, El. Kondisinya mengkhawatirkan," ucap Bu Laras dalam isakan. Ia begitu cemas melihat busa yang keluar dari mulut Kayla secara la

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Pergi Dari Sini!

    Bab 67"Mas tolong aku," racau Sabrina lagi. Matanya memandang sang suami dengan tatapan mengiba. Bayangan laki-laki semalam yang memaksanya masuk ke dalam mobil kembali terbayang dalam ingatan. Wajah mengerikan lelaki itu, membuat Sabrina terus meracau karena rasa takut.Elang makin merasa bersalah melihat Sabrina yang tampak trauma. Ia menggenggam erat tangan Sabrina untuk menyalurkan rasa tenang dan nyaman. "Tenanglah, ada Mas di sini." Elang mengusap punggung tangan Sabrina dengan ibu jarinya. Elang mendekatkan wajahnya ke dahi Sabrina, lalu menciumnya dengan penuh kelembutan. Ia cemas bercampur lega bisa melihat Sabrina ada di dekatnya. Meskipun kondisinya mengkhawatirkan tapi Elang merasa bahagia bisa berjumpa kembali dengan istri yang sudah lama meninggalkan dirinya tanpa pamit.Sabrina mengerjapkan matanya. Ia menatap Elang beberapa saat, kemudian menghentakkan tangan Elang yang sejak tadi menggenggam tangannya."Pergi kamu, Mas! Pergi dari sini! Aku benci kamu!" desis Sabr

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Aku Takut, Mas!

    Bab 66Ponsel Elang terus berdering selama perjalanan. Ia tak peduli, kabar yang baru saja ia terima membuat Elang harus segera sampa di lokasi.Sementara di ujung panggilan, Kayla sedang menangis. Ia tak terima jika Elang pergi meninggalkannya walau hanya sebentar. Rasa takut kehilangannya sudah mengakar dalam hati dan semakin membuatnya nekat melakukan hal apapun agar sang suami mau kembali. Akan tetapi, sikap abai milik Elang itu malah membuat Kayla tak bisa menunggu. Kayla bangkit dari tidurnya. Ia memaksa tubuhnya yang lemah itu untuk berjalan menuju balkon kamarnya. Pikiran dan hati Kayla sudah buntu. Wanita itu sudah gelap mata dan pikiran."Aku tidak rela jika kamu kembali pada perempuan itu, Mas. Kamu hanya milikku dan tidak boleh dimiliki oleh wanita lain selain aku. Jika kamu berbagi, maka biarkan anak ini kubawa pergi." Kayla berjalan dengan tertatih menuju pintu kaca yang menampakkan sinar bulan purnama. Sayangnya keindahan bulan purnama itu tidak membuat Kayla merasa ka

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Rindu Yang Menggebu

    Bab 65Kayla sedang membaca pesan dari seseorang saat pintu kamarnya terbuka. Ia merasa lega karena misinya berhasil, sekalipun itu harus mengorbankan kesehatannya demi janin yang ia kandung. Usahanya berhasil untuk membuat Elang bertahan di sisinya untuk sementara ini. Bayi itu harus selamat jika Kayla ingin dirinya kembali menjadi ratu dalam pernikahannya. Ponsel yang dipegang Kayla segera diletakkannya begitu Elang sudah ada di bibir ranjang tempatnya berbaring. Ia tak mau sang suami melihatnyaa berbalas pesan dengan orang lain, terlebih itu adalah seorang laki-laki. "Sayang, makan dulu ya?" ucap Elang sambil membawa senampan makanan untuk Kayla. Nampan itu ia letakkan di nakas sebelum menyiapkan meja di atas tempat tidur Kayla.Sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak pernah keluar dari kamar. Ia lebih banyak bedrest karena kondisinya yang lemah. sesekali mertuanya datang menjenguknya ke dalam kamar, untuk sekedar berbincang atau menanyakan keadaan Kayla hari itu."Hemm wangi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status