Share

BAB : 2

Penulis: Soffia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-14 21:28:49

Bukannya memberikan jawaban, laki-laki itu malah tersenyum menyeringai dan melangkah mendekati Kiara. Menatap dia dari atas hingga bawah dengan tatapan yang aneh.

"Bukankah kamu yang merengek-rengek minta ikut denganku. Kenapa sekarang kesannya sedang memberikan tuduhan padaku?"

Kiara menggeleng cepat.

"Nggak mungkin! Kita nggak kenal. Ngapain aku ikut denganmu?"

Laki-laki itu kembali melangkah maju, tapi Kiara malah mundur hingga posisinya terdesak dan terduduk di pinggir tempat tidur.

Sedikit menunduk, mensejajarkan dengan posisi Kiara, kemudian meletakkan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan hingga membuat posisi gadis itu berada dalam kungkungannya.

"Nggak mungkin?" tanyanya. Kemudian tersenyum. "Tapi aku masih ingat dan bisa merasakan sikapmu yang manja itu."

"Diam!"

"Hem, kenapa? Itu hal yang menyenangkan dan ya ... aku suka saat kamu begitu liar."

Kiara langsung mendorong dia dari hadapannya hingga menjauh.

"Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Kamu pikir aku gadis macam apa?!"

"Tak mempercayai perkataanku, kan. Jadi, silakan kamu lihat saja sendiri siapa di sini yang salah," ujarnya mengarahkan layar ponsel miliknya pada Kiara.

Awalnya tak tahu apa yang akan dia tunjukkan padanya, tapi matanya langsung membola ketika video itu dipertontonkan padanya. Baru beberapa saat, Kiara langsung menghentikan tayangan video itu.

"Katakan kalau itu bukan aku!"

Laki-laki itu dengan cepat menarik dan melingkarkan satu lengannya di badan Kiara hingga membuat dia terkunci dalam rengkuhannya.

"Lepasin!" Kiara bersikukuh untuk lepas dari cengkeraman ini.

"Sudah melihat sendiri, kan. Masih mau mengelak jika itu kamu? Kamu yang datang padaku, kamu yang bilang menyukaiku dan ingin ikut denganku. Jadi, tak salah kan kalau aku mengabulkan keinginan gadis sepertimu."

Kiara berusaha menjauhkan posisinya dengan laki-laki yang seolah sedang menguncinya.

"Kiara, apa perlu kita lakukan lagi hal manis itu agar kamu bisa mengingat kembali?"

"Lepasin!" pekik Kiara berteriak-teriak. "Aku nggak mungkin melakukan tindakan segila itu! Ini jebakan!"

Melepaskan Kiara dari pegangannya dan mendorong dia dan roboh di ranjang. Dengan cepat langsung menindih dan mengunci kedua lengan gadis itu agar benar-benar tak bisa melakukan pergerakan. Tersenyum, dengan posisi yang begitu dekat.

"Lepas!" teriak Kiara.

"Salahmu yang datang dan menyerahkan diri padaku. Jadi jangan berharap bisa lepas begitu saja karena aku benar-benar akan mendapatkanmu," bisiknya tepat di depan Kiara.

"Aku nggak mau! Lepasin!"

Tiba-tiba Kiara dibuat kaget dengan tindakan yang dia lakukan. "Lepasin!"

Jantungnya berdetak begitu cepat, bahkan berusaha melepaskan cengkeraman yang mengunci tangannya saat dia malah bertindak semakin gila. Terasa ciuman dan hembusan napas itu di lekukan lehernya, semakin menakutkan ketika dia malah semakin turun.

"Jangan lakukan itu!"

Tersenyum, kemudian menatap dia yang memasang raut wajah emosi. "Aku hanya mengingatkanmu pada hal semalam yang kita lakukan. Agar kamu tak lupa begitu saja."

Tiba-tiba kedua mata Kiara langsung terpejam dan menggigit bibir bawahnya saat dia malah melakukan tindakan yang terasa perih di dada bagian atasnya.

"Lepasin!" teriak Kiara.

Cengkeraman di kedua tangannya terlepas, langsung mendorong dia dan beranjak dari sana.

Menyambar barang-barang yang ada di meja dan melempar ke arah laki-laki itu dengan membabi buta. Rasanya ingin ia luapkan kemarahannya sampai benar-benar lepas. Kemudian tersandar di dinding dan terduduk di lantai sambil menangis.

Laki-laki itu menghela napas, kemudian duduk di pinggir ranjang dengan tatapan tertuju pada Kiara yang sedang menangis.

"Kamu bilang menyukaiku dan ingin ikut bersamaku. Aku nggak bisa menolak, hingga akhirnya adegan ..."

"Diam!" teriak Kiara saat dia dengan sengaja terus mengingatkan akan apa yang terjadi.

"Godaanmu begitu manis dan aku menyukainya, Kiara." Beranjak dari posisi duduknya. "Segera bersihkan badanmu."

Laki-laki itu berlalu begitu saja meninggalkan Kiara yang masih menangis. Siapa juga yang tak merasa takut dan begitu menyedihkan kalau tiba-tiba saat bangun malah ada di kamar seorang laki-laki. Makin menjadi-jadi isakannya ketika mengingat video rekaman barusan. Tak mau mempercayai, tapi begitu jelas jika itu adalah dirinya.

Ponselnya kembali berdering. Langsung beranjak dari posisi duduknya dan gegas mengambil benda pipih itu.

"Kiara lo di mana?"

"Disa." Langsung menangis terisak saat sahabatnya menelepon.

"Lo di mana dan ini kenapa nangis? Gue disamperin sama Tante Viona dan Kak Nadine. Mereka maksa gue buat ngasih tahu lo ada di mana. Sementara gue nggak tahu," jelas Disa seolah bingung dengan masalah yang tengah terjadi.

Kiara menghentikan tangisnya, kemudian beranjak dari posisi duduk dan berjalan menuju arah balkon kamar yang tampak terbuka lebar. Mengedarkan pandangan ke sekitar untuk mengetahui di mana keberadaan dirinya.

"Kiara jawab gue!"

"Disa, jemput gue," ujar Kiara langsung.

"Kemana?"

"Gue sharelock. Cepetan, ya."

"Oke oke."

***

Setelah berganti pakaian, Kiara segera berlalu pergi dari kamar itu. Perlahan mengendap-endap, agar laki-laki tadi tak memergokinya. Ia pikir ini hotel, ternyata saat keluar dari kamar dan mendapati keadaan di sekitar, justru ini tuh rumah. Iya, rumah yang begitu luas hingga ia pikir adalah hotel.

Kiara perlahan menuruni anak tangga. Bahkan ia sengaja tak mengenakan hels miliknya dan hanya meneteng. Berasa ada dalam adegan film penculikan dan sekarang adalah saat kabur.

"Maaf, Nona ... Anda mau ke mana?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 35

    Jika memulai hari dengan badmood, ternyata bikin badmood seharian ya. Padahal mau fokus kuliah, tapi gagal karena pagi harinya sudah disambut masalah di kampus.“Lo langsung pulang?” tanya Hagia saat ketiganya meninggalkan kelas setelah kuliah hari ini selesai.“Dih, Gia lo gimana sih. Kan tadi pagi Kia juga udah bilang kalau Sean siang ini mau berangkat. Yakali suaminya mau pergi, dia nya nggak melepas dulu.”“Haruskah melepas gitu?”Odisa tertawa dengan pertanyaan Kiara.“Tapi, Ki. Yang tadi pagi itu beneran kan?” tanya Odisa.“Apanya?”“Yang katanya cinta dan suka sama Sean.”“Nggak lah. Yakali beneran. Itu cuman buat ngasih Juan peringatan.”“Yakin nggak beneran?”“Lo berdua kenapa sih, kayaknya ngebet banget biar gue cinta beneran sama dia?”“Perbandingan kita adalah Sean dan Juan, Kiara. Berhubung kita nggak mau lo jatuh pada Juan, makanya kita berharap banyak lo bisa dapetin apa yang lo inginkan dari Sean. Dia berikan semua, tapi serius lo nggak mau gunakan perasaan sama dia?”

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 34

    Baru juga sampai di kelas, Kiara mendapatkan sambutan dari seseorang yang bahkan tak pernah ingin ia lihat lagi. Bukan hanya Kiara, tapi respon Odisa dan Hagia juga kaget.“Kamu ngapain ke sini?” pertanyaan itu datang dari Odisa, karena sangat yakin kalau Kiara tak berharap ada situasi ini.“Disa, lo gimana sih. Ini cowoknya Kiara loh, kenapa lo amuk begitu,” komentar Maya.“Cowoknya Kiara? Hey, mata dan kuping lo semua tolong diperlebar ya. Kiara nggak ada hubungannya lagi sama manusia satu ini. Jadi, jangan pernah kaitkan Kia sama juan lagi.”“Kiara aja diem, ngapain lo yang koar-koar sih, Disa,” tambah Rere menanggapi omelan Odisa.“Gue nggak membantah apa yang Odisa katakan, karena semua memang benar,” sahut Kiara. “Jadi, jangan sangkut pautkan gue sama manusia satu ini lagi!”Ini kampus, bisa-bisanya Juan muncul di sini, di kelas. Kebayang kan seperti apa sembrawutnya emosi Kiara saat ini?Juan terkekeh, kemudian berjalan mendekati Kiara. Menatap dia, seakan ingin ia tarik dengan

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 33

    Rutinitas yang sepertinya mulai normal sebagai seorang pasangan dengan dunia yang berbeda. Pagi ini Kiara dan Sean sudah duduk di kursi di ruang makan. Menikmati sarapan yang sudah disajikan oleh pekerja.“Masih sakit?”Pertanyaan yang Sean berikan membuat pandangan Kiara menoleh padanya.Menyentuh lembut pinggang Kiara. “Luka di pinggangmu maksudku,” lanjut Sean pada inti pertanyaannya.“Sudah enggak,” jawab Kiara.Di saat yang bersamaan, ponsel milik Sean berdering. Melirik layar datar itu, terlihat nama Reyvan yang tertera. Kemudian segera menjawab panggilan itu.“Ya?”“Hari ini kita ke Sulawesi.”Ekpressi wajah dan reaksi Sean seketika langsung berubah.“Sudah ku katakan dari awal, kan. Jangan mendadak.”“Masalahnya, Sean ... pihak Silovan yang ngasih info dadakan. Ini aku juga baru dapat kabar barusan, makanya langsung kabari. Tapi dari awal kan memang sering begini, kan mereka. Jangan kaget,” jelas Reyvan.Sean mode hening. Iya, biasanya. Masalahnya sekarang ia bukan sendiri la

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 32

    Niat makan siang bareng, gagal total. Sampai di rumah juga sudah kelewat jam siang. Dan sekarang apa? Entah ini beneran sebuah karma atau hanya kebetulan belaka. Kekesalannya pada Sean malah membuatnya justru yang terluka.Rasa malunya seakan hilang ditelan bumi. Harga dirinya sepertinya nggak ada harganya lagi kalau dihadapan Sean. Nggak mau disentuh dan diberikan sikap intens. Tapi gimana mau nolak kalau dia ingatkan status keduanya yang merupakan suami—istri.“Bisa lebih pelan nggak, sih? Kamu pikir itu nggak sakit!”Ocehan Kiara seakan menyerang Sean habis-habisan.“Ini udah pelan, Sayang. Aku juga nggak mau lah bikin kamu kesakitan,” balas Sean dengan nada lembutnya.Yap, seorang Sean yang dikenal emosian tanpa pandang bulu, mendadak jadi lembut kayak agar-agar kalau berhadapan dengan Kiara. Emosinya dia lenyapkan, marahnya diredam, benar-benar bertindak layaknya seorang suami yang ingin mengalah dari istrinya meskipun terkadang si istri memang salah.Setelah selesai, Kiara perla

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 31

    Setelah mengobrol di ruangan Sean, kini keduanya beranjak dari sana. Yup, seperti yang Sean katakan tadi ... makan siang bareng.Info tentang pernikahan Sean tak menyebar secara menyeluruh. Bahkan karyawan pun tak ada satupun yang mendapatkan undangan dalam acara tiba-tiba itu. Benar-benar hanya pimpinan para pebisnis saja yang diundang.Dikenal punya temperamen yang keras dan sikap dingin. Jangankan dekat, gosip pun seolah tak mendekat pada Sean perihal seorang wanita. Ya, meskipun statusnya merupakan seorang duda, justru itu yang jadi daya tarik. Duda tampan, rupawan, tajir ... siapa juga yang nggak kepincut.Tadi saat datang, ia merasa benar-benar diperhatikan. Sekarang malah semakin ditelisik tatapan semua mata padanya ketika berjalan bersama Sean. Tahu kan ini cowok kalau mode suami kayak gimana?“Aku jadi was-was,” ungkap Kiara dengan nada pelan, hingga hanya Sean yang mendengar.Sean tersenyum, paham apa yang sedang dibahas oleh Kiara. Sampai di loby, Sean menghentikan langkah

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 30

    Sementara di tempat lain, Sean mengumbar senyuman puas setelah bicara di telepon dengan Kiara. Mood nya akhir-akhir ini tergantung bagaimana sikap dan respon Kiara padanya. Jika sesuai harapan, akan berdampak pada sikapnya. Jika tidak, orang-orang di sekitar lah yang jadi pelampiasan.“Jemput Kiara di kampus, langsung bawa ke sini.”“Baik, Pak,” sahut seorang bawahannya yang memang bertugas sebagai supir.Saat supir itu keluar dari ruangan, berpapasan dengan seorang laki-laki yang akan masuk. Sedikit memasang reaksi hormat, kemudian lanjut melangkah pergi.Sedangkan laki-laki itu lanjut menghampiri Sean. Kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan meja sang pimpinan itu.Menelisik penuh rasa penasaran, itulah raut wajah yang dia tunjukkan pada Sean. Tapi kemudian bersandar sambil bersidekap dada dan tersenyum.“Sepertinya mood sang bos hari ini lumayan baik dari kemarin.”Sean masih di pemikirannya, dengan ponsel yang ia mainkan di tangannya. Seolah tak berminat untuk membalas perk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status