Share

Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif
Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif
Penulis: Soffia

BAB : 1

Penulis: Soffia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-14 21:28:06

“Uh … panas sekali….”

Kiara melangkah terseok-seok sembari menarik-narik bajunya. Jalannya sudah sempoyongan dan bahkan nyaris jatuh beberapa kali. Tangannya yang bebas berpegangan pada pembatas jalan.

Ada yang aneh dengan tubuhnya, Kiara menyadari hal itu. Seharusnya gadis itu menjemput kakaknya di ruang pesta di dalam. Namun, kakaknya justru menghilang dan setelah meminum segelas minuman yang diberikan oleh kakaknya, tubuh Kiara mulai tidak bisa dikendalikan.

Seakan-akan dia sedang dibakar dari dalam!

Gadis itu mengarahkan pandangan pada jalanan yang ramai kendaraan lalu lalang, kemudian melambaikan tangan pada sebuah mobil yang lewat. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sudah turun dari trotoar, otomatis membuat kendaraan itu berhenti mendadak saat Kiara tiba-tiba muncul di depan sana.

Mengira itu adalah taksi, Kiara langsung masuk ke kursi penumpang.

"Ck, jahat sekali mereka," keluhnya mulai memejamkan kedua mata. Merasa pusing.

"Siapa?" Sebuah suara bariton menanggapi gumaman Kiara.

Namun, gadis itu hanya membalas, "Kepalaku pusing," ujarnya dengan nada pelan, nyaris terdengar seperti rengekan.

Kiara kemudian mulai menarik bajunya lagi, merasa risih.Wajah gadis itu tampak memerah meski cahaya di dalam mobil remang-remang.

Sebuah lenguhan mendadak lolos dari bibirnya. Tubuhnya terasa sangat tidak nyaman! Seperti perlu–

Sebuah sentuhan tiba-tiba menerpa wajah Kiara, membuat mata gadis itu terfokus pada seseorang yang sedang mengarah padanya. Sensasi dingin dari tangan sosok itu seperti menyegarkannya.

Fokus Kiara tenggelam pada sepasang mata cokelat gelap di hadapannya. Dari jarak sedekat ini, Kiara bisa melihat sosok itu memiliki lipatan kelopak mata khas orang Asia. Hidungnya pun mancung, sementara garis wajahnya tegas dan elegan.

“Kamu …” gumam Kiara. Tangannya menyentuh pelipis pria itu, lalu turun ke pipinya, sebelum jarinya mengikuti lekuk hidung sosok asing tersebut. Dengan suara  pelan, Kiara tertawa kecil. “Tampan sekali.”

Gadis itu tiba-tiba merasakan lecutan sensasi tidak nyaman sekali lagi, membuat satu desahan lolos dari bibirnya.

“He–hei,” bisik Kiara. Matanya sudah kembali tidak fokus saat menatap sosok asing itu sekali lagi. “Tolong bantu aku, Tuan….”

***

Sosok itu membawa Kiara ke dalam sebuah ruangan. Gadis itu masih dalam keadaan setengah sadar, menggumamkan hal-hal tidak jelas. Kadang memuji tubuh kokoh yang sedang menggendongnya, kadang juga menyelipkan sebuah desahan ketika tubuhnya kembali berulah.

“Panas sekali ...”

Kiara menggerutu saat perasaan tak nyaman itu seolah sedang menggerogoti tubuhnya.

Duduk di tepi ranjang, dengan kedua tangan berada di sisi kiri dan kanan gadis itu, hingga seperti mengunci pergerakan dia. Menatap lekat wajah yang tampak memerah, pun keringat yang membasahi wajah dia. Napasnya naik turun, menelan ludah menahan perasaan aneh yang mendera. 

Kiara tersenyum, menatap seseorang yang tepat ada dihadapannya. Mabuk membuat pikirannya melayang. Kemudian perlahan menyentuh wajah itu. Gadis itu kembali menelusuri wajahnya, kemudian melingkar di tengkuknya. Tak sampai di situ, Kiara menariknya hingga posisi keduanya benar-benar dekat.

Napas keduanya bertemu, Kiara bisa mencium aroma parfum yang menyegarkan itu samar. 

“Aku menyukaimu,” ucap Kiara lirih.

Tersenyum saat mendengar ucapan Kiara. Sudah menahan diri, tapi jika godaannya seperti ini sepertinya sayang sekali untuk ditolak.

“Benarkah?”

Bukan sebuah jawaban, tapi ketika bibir Kiara menyentuh pipinya, perasaan itu tak terelakkan lagi hingga akhirnya bibir keduanya bertemu tanpa ragu.

Bisa ia rasakan sentuhan tangan Kiara yang menyentuh punggungnya lembut. Sesekali mencengkeram, seolah membuatnya semakin tertantang untuk memberikan sikap intens itu padanya. 

Napas keduanya memburu, menikmati setiap adegan yang terjadi dan larut di dalamnya.

Keesokan paginya, sebuah deringan ponsel langsung membuat Kiara tersentak bangun bahkan duduk secara tiba-tiba. Tapi seketika meringis saat kepalanya terasa begitu sakit dan berdenyut-denyut hingga kembali memilih untuk merebahkan diri.

"Uh, rasanya sakit banget," keluhnya.

Lagi-lagi benda pipih yang ada di sisi kirinya itu berdering. Menyambar dan melihat siapa yang sedang meneleponnya.

"Mama," gumamnya.

Segera menggeser layar datar itu.

"Apa, Ma?"

"Kiara kamu di mana!?"

Kiara sampai menjauhkan ponsel dari pendengarannya saat suara wanita paruh baya itu seolah memporak-porandakan telinganya.

"Mama, ku bilang aku lagi tidur. Kalau tidur ya di kamar dong, Ma. Masa di lapangan bola," balas Kiara langsung pada pertanyaan mamanya yang terkesan aneh menurutnya.

"Kamar yang mana?!"

"Ya kamar ..."

Mendadak perkataan Kiara terhenti, layaknya sebuah mobil yang melaju kencang dan melakukan pengereman dadakan saat ada kucing lewat.

Memasang ekpressi bingung dengan pandangannya. Kemudian langsung bangun dan mengarah ke sekitar. Ayolah ... kepalanya memang terasa sakit, tapi jelas ia masih ingat bentukan kamarnya sendiri.

"I-ini di mana?" tanyanya dengan bergumam.

"Kiara!"

Kiara langsung menutup percakapan dengan mamanya dan fokus pada keadaan sekitar. Tak tahu ini di mana, tapi tiba-tiba saja otaknya sudah berpikiran buruk. Menyingkirkan selimut yang menutupi badannya, tapi langsung tersentak ketika mendapati hal yang tak biasa.

Biasanya ia tidur mengenakan tanktop dan bawahan celana pendek. Lah ini malah mengenakan gaun tidur yang indah dan terlampau nyaman.

Beranjak dari tempat tidur, kemudian turun dan melangkah perlahan dengan pandangan penuh telisik ke setiap sudut di ruangan ini. Makin membuat hatinya resah dan tak karuan saat aroma khas kamar ini mengitari indera penciumannya. Bisa dipastikan kalau ini kamar seorang cowok.

"Bagaimana tidurmu?"

Langsung berbalik badan ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Siapa kamu?! Kenapa aku ada di sini?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 6

    Kiara mendorong Dion hingga tangan dia yang mencengkeram lehernya terlepas. Langsung terbatuk-batuk karena napasnya sesak dan lehernya sakit.Dion beranjak dari sana, kemudian mengambil satu gelas minuman dan menyodorkan pada Kiara."Untukmu.”"Aku nggak mau," tolak Kiara masih dengan rasa sakit di lehernya bekas cekikan tangan kasar Dion.Yang lain malah tertawa melihat adegan itu."Dion sepertinya benar. Kiara barang ori, dikasih minuman yang bikin melayang saja dia nolak.""Nggak tahu saja kalau udah nyobain rasanya bikin nagih," sahut seorang cewek.Juan tersenyum menatap Kiara. "Kamu dengar, kan. Ini hari untuk bersenang-senang, Sayang. Jadi aku tentu saja nggak akan menikmatinya sendirian. Ada kamu kekasihku yang tentunya akan ku ajak untuk menikmatinya bersama. Percayalah, jika kamu mencobanya akan membuatmu ketagihan.”"Aku nggak mau!" bentak Kiara.Dion memaksa Kiara untuk meneguk minuman yang ia siapkan, meskipun gadis itu bersikeras untuk menolak. Seolah jadi tontonan, yang

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 5

    "Jam berapa?" tanya Kiara langsung. Malas banget memperpanjang urusan dan obrolan dengan dia."Sebentar lagi ku jemput.""Iya."Niat hati ingin tidur seharian demi menenangkan otaknya yang sedang stress, Dion malah ngajak jalan.Kalau bukan karena orang tuanya yang ngotot, sudah pasti ia menjauh dari manusia bernama Dion. Belum jadi suaminya saja sudah mode maksa dan ngatur, apalagi kalau sudah nikah. Bisa-bisa ia bundir karena stress.Kiara berjalan menuju arah lemari pakaian. Mengambil sebuah stelan rok selutut dan atasan senada, dengan bawahan sepatu kets. Mengenakan make-up tipis-tipis sebagai riasan.Turun menuju lantai bawah dan menghampiri mamanya yang ada di teras samping."Parah banget sih. Baru juga pulang, udah pergi lagi."Bukan Viona yang komentar, tapi justru Nadine. Kiara tak menghiraukan perkataan kakaknya itu. Agak kesal karena kejadian semalam."Ma, aku izin mau pergi sama Dion.""Bohong ya.""Apasih, Kak. Semua perkataanku kamu bilang bohong terus.""Nggak yakin aja

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 4

    Belum sempat Disa menyahut, tiba–tiba ponsel milik Kiara berdering. Tulisan “Mama” terpampang pada layar ponsel tersebut."Tenang-tenang. Sekarang lo jawab." Disa berbisik. “Tumbalin gue aja deh. Bilang aja lo di rumah gue. Anggap aja tadi gue bohong kasih jawaban."Melihat Kiara frustasi begitu, gimana Disa bisa tenang. Minimal bisa bantu biar nggak kena omel orang tuanya aja dulu udah aman sih."Halo, Ma.""Kamu benar-benar bikin mama emosi, ya! Dicariin ke mana-mana juga. Bilang, kamu dari mana dan ke mana?! Dari semalam nggak pulang-pulang!"Disa sampai ikutan ngeri mendengar omelan mamanya Kiara. Kayaknya beneran marah. Karena biasanya mode ngomel, tapi ini emosinya lebih wah."Cepetan pulang!""I-iya, Ma."Kiara langsung menutup percakapan dengan Viona, mamanya. Kemudian menarik napas panjang dan membuang perlahan."Rileks, Kiara. Lo tenang. Kalau muka lo tegang begitu, semua bakalan curiga,” ucap sahabatnya. Ia kemudian membantu menyamarkan tanda di kulit Kiara dengan foundatio

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 3

    Kiara langsung kaget. Karena tiba-tiba wanita itu muncul di hadapannya entah dari mana."Aku mau ..."Langsung, Kiara lari dengan begitu cepat keluar dari rumah itu saat melihat secercah cahaya harapan. Lebih tepatnya, ketika melihat pintu keluar. Rumah ini terlalu luas, hingga ia bingung mencari mana pintu utama. Bisa-bisa malah muter-muter doang di sini."Nona ... Anda jangan pergi!" panggil wanita itu langsung mengejar Kiara. Bahkan memancing beberapa orang lainnya yang sepertinya memang pekerja di rumah ini.Sampai di teras, dikira sudah aman. Malah makin rumit. Dua orang penjaga langsung menghadangnya."Nona, Anda mau ke mana?""Aku mau pulang.""Nona harus tunggu Tuan dulu.""Bodo amat sama Tuan kalian!"Kiara kembali mengecoh dua penjaga itu hingga berhasil lolos. Makin mempercepat langkah dan dengan cepat membuka pagar. Ini telat sedikit saja ia bisa langsung kembali ditangkap. Untungnya, keberuntungan seolah sedang berpihak padanya. Saat mereka semua mendapatkannya, Kiara su

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 2

    Bukannya memberikan jawaban, laki-laki itu malah tersenyum menyeringai dan melangkah mendekati Kiara. Menatap dia dari atas hingga bawah dengan tatapan yang aneh."Bukankah kamu yang merengek-rengek minta ikut denganku. Kenapa sekarang kesannya sedang memberikan tuduhan padaku?"Kiara menggeleng cepat."Nggak mungkin! Kita nggak kenal. Ngapain aku ikut denganmu?"Laki-laki itu kembali melangkah maju, tapi Kiara malah mundur hingga posisinya terdesak dan terduduk di pinggir tempat tidur.Sedikit menunduk, mensejajarkan dengan posisi Kiara, kemudian meletakkan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan hingga membuat posisi gadis itu berada dalam kungkungannya."Nggak mungkin?" tanyanya. Kemudian tersenyum. "Tapi aku masih ingat dan bisa merasakan sikapmu yang manja itu.""Diam!""Hem, kenapa? Itu hal yang menyenangkan dan ya ... aku suka saat kamu begitu liar."Kiara langsung mendorong dia dari hadapannya hingga menjauh."Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Kamu pikir aku gadis macam a

  • Terjebak Dekapan Panas Duda Posesif   BAB : 1

    “Uh … panas sekali….”Kiara melangkah terseok-seok sembari menarik-narik bajunya. Jalannya sudah sempoyongan dan bahkan nyaris jatuh beberapa kali. Tangannya yang bebas berpegangan pada pembatas jalan.Ada yang aneh dengan tubuhnya, Kiara menyadari hal itu. Seharusnya gadis itu menjemput kakaknya di ruang pesta di dalam. Namun, kakaknya justru menghilang dan setelah meminum segelas minuman yang diberikan oleh kakaknya, tubuh Kiara mulai tidak bisa dikendalikan.Seakan-akan dia sedang dibakar dari dalam!Gadis itu mengarahkan pandangan pada jalanan yang ramai kendaraan lalu lalang, kemudian melambaikan tangan pada sebuah mobil yang lewat. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sudah turun dari trotoar, otomatis membuat kendaraan itu berhenti mendadak saat Kiara tiba-tiba muncul di depan sana.Mengira itu adalah taksi, Kiara langsung masuk ke kursi penumpang."Ck, jahat sekali mereka," keluhnya mulai memejamkan kedua mata. Merasa pusing."Siapa?" Sebuah suara bariton menanggapi gumaman Kiara.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status