"Yakali sudah berstatus duda belum pernah melakukan adegan begituan." "Kamu nggak percaya?" "Nggak!" "Yasudah, ayo kita buktikan." .... Kiara yang tadinya dimintai tolong untuk menemani kakaknya ke sebuah acara, tiba-tiba malah terbangun di sebuah kamar bersama dengan seorang laki-laki asing. Berpikir kalau semua akan baik-baik saja, tapi justru itu adalah awal masalah karena dia malah menginginkannya. Siapa sangka, kehidupan normalnya yang hanya berstatus mahasiswi mendadak jadi istri seorang DUDA.
View More“Uh … panas sekali….”
Kiara melangkah terseok-seok sembari menarik-narik bajunya. Jalannya sudah sempoyongan dan bahkan nyaris jatuh beberapa kali. Tangannya yang bebas berpegangan pada pembatas jalan.
Ada yang aneh dengan tubuhnya, Kiara menyadari hal itu. Seharusnya gadis itu menjemput kakaknya di ruang pesta di dalam. Namun, kakaknya justru menghilang dan setelah meminum segelas minuman yang diberikan oleh kakaknya, tubuh Kiara mulai tidak bisa dikendalikan.
Seakan-akan dia sedang dibakar dari dalam!
Gadis itu mengarahkan pandangan pada jalanan yang ramai kendaraan lalu lalang, kemudian melambaikan tangan pada sebuah mobil yang lewat. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sudah turun dari trotoar, otomatis membuat kendaraan itu berhenti mendadak saat Kiara tiba-tiba muncul di depan sana.
Mengira itu adalah taksi, Kiara langsung masuk ke kursi penumpang.
"Ck, jahat sekali mereka," keluhnya mulai memejamkan kedua mata. Merasa pusing.
"Siapa?" Sebuah suara bariton menanggapi gumaman Kiara.
Namun, gadis itu hanya membalas, "Kepalaku pusing," ujarnya dengan nada pelan, nyaris terdengar seperti rengekan.
Kiara kemudian mulai menarik bajunya lagi, merasa risih.Wajah gadis itu tampak memerah meski cahaya di dalam mobil remang-remang.
Sebuah lenguhan mendadak lolos dari bibirnya. Tubuhnya terasa sangat tidak nyaman! Seperti perlu–
Sebuah sentuhan tiba-tiba menerpa wajah Kiara, membuat mata gadis itu terfokus pada seseorang yang sedang mengarah padanya. Sensasi dingin dari tangan sosok itu seperti menyegarkannya.
Fokus Kiara tenggelam pada sepasang mata cokelat gelap di hadapannya. Dari jarak sedekat ini, Kiara bisa melihat sosok itu memiliki lipatan kelopak mata khas orang Asia. Hidungnya pun mancung, sementara garis wajahnya tegas dan elegan.
“Kamu …” gumam Kiara. Tangannya menyentuh pelipis pria itu, lalu turun ke pipinya, sebelum jarinya mengikuti lekuk hidung sosok asing tersebut. Dengan suara pelan, Kiara tertawa kecil. “Tampan sekali.”
Gadis itu tiba-tiba merasakan lecutan sensasi tidak nyaman sekali lagi, membuat satu desahan lolos dari bibirnya.
“He–hei,” bisik Kiara. Matanya sudah kembali tidak fokus saat menatap sosok asing itu sekali lagi. “Tolong bantu aku, Tuan….”
***
Sosok itu membawa Kiara ke dalam sebuah ruangan. Gadis itu masih dalam keadaan setengah sadar, menggumamkan hal-hal tidak jelas. Kadang memuji tubuh kokoh yang sedang menggendongnya, kadang juga menyelipkan sebuah desahan ketika tubuhnya kembali berulah.
“Panas sekali ...”
Kiara menggerutu saat perasaan tak nyaman itu seolah sedang menggerogoti tubuhnya.
Duduk di tepi ranjang, dengan kedua tangan berada di sisi kiri dan kanan gadis itu, hingga seperti mengunci pergerakan dia. Menatap lekat wajah yang tampak memerah, pun keringat yang membasahi wajah dia. Napasnya naik turun, menelan ludah menahan perasaan aneh yang mendera.
Kiara tersenyum, menatap seseorang yang tepat ada dihadapannya. Mabuk membuat pikirannya melayang. Kemudian perlahan menyentuh wajah itu. Gadis itu kembali menelusuri wajahnya, kemudian melingkar di tengkuknya. Tak sampai di situ, Kiara menariknya hingga posisi keduanya benar-benar dekat.
Napas keduanya bertemu, Kiara bisa mencium aroma parfum yang menyegarkan itu samar.
“Aku menyukaimu,” ucap Kiara lirih.
Tersenyum saat mendengar ucapan Kiara. Sudah menahan diri, tapi jika godaannya seperti ini sepertinya sayang sekali untuk ditolak.
“Benarkah?”
Bukan sebuah jawaban, tapi ketika bibir Kiara menyentuh pipinya, perasaan itu tak terelakkan lagi hingga akhirnya bibir keduanya bertemu tanpa ragu.
Bisa ia rasakan sentuhan tangan Kiara yang menyentuh punggungnya lembut. Sesekali mencengkeram, seolah membuatnya semakin tertantang untuk memberikan sikap intens itu padanya.
Napas keduanya memburu, menikmati setiap adegan yang terjadi dan larut di dalamnya.
Keesokan paginya, sebuah deringan ponsel langsung membuat Kiara tersentak bangun bahkan duduk secara tiba-tiba. Tapi seketika meringis saat kepalanya terasa begitu sakit dan berdenyut-denyut hingga kembali memilih untuk merebahkan diri.
"Uh, rasanya sakit banget," keluhnya.
Lagi-lagi benda pipih yang ada di sisi kirinya itu berdering. Menyambar dan melihat siapa yang sedang meneleponnya.
"Mama," gumamnya.
Segera menggeser layar datar itu.
"Apa, Ma?"
"Kiara kamu di mana!?"
Kiara sampai menjauhkan ponsel dari pendengarannya saat suara wanita paruh baya itu seolah memporak-porandakan telinganya.
"Mama, ku bilang aku lagi tidur. Kalau tidur ya di kamar dong, Ma. Masa di lapangan bola," balas Kiara langsung pada pertanyaan mamanya yang terkesan aneh menurutnya.
"Kamar yang mana?!"
"Ya kamar ..."
Mendadak perkataan Kiara terhenti, layaknya sebuah mobil yang melaju kencang dan melakukan pengereman dadakan saat ada kucing lewat.
Memasang ekpressi bingung dengan pandangannya. Kemudian langsung bangun dan mengarah ke sekitar. Ayolah ... kepalanya memang terasa sakit, tapi jelas ia masih ingat bentukan kamarnya sendiri.
"I-ini di mana?" tanyanya dengan bergumam.
"Kiara!"
Kiara langsung menutup percakapan dengan mamanya dan fokus pada keadaan sekitar. Tak tahu ini di mana, tapi tiba-tiba saja otaknya sudah berpikiran buruk. Menyingkirkan selimut yang menutupi badannya, tapi langsung tersentak ketika mendapati hal yang tak biasa.
Biasanya ia tidur mengenakan tanktop dan bawahan celana pendek. Lah ini malah mengenakan gaun tidur yang indah dan terlampau nyaman.
Beranjak dari tempat tidur, kemudian turun dan melangkah perlahan dengan pandangan penuh telisik ke setiap sudut di ruangan ini. Makin membuat hatinya resah dan tak karuan saat aroma khas kamar ini mengitari indera penciumannya. Bisa dipastikan kalau ini kamar seorang cowok.
"Bagaimana tidurmu?"
Langsung berbalik badan ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu.
"Siapa kamu?! Kenapa aku ada di sini?"
Padahal lagi malas berdebat, tapi ekpressi wajah Sean seolah sedang berniat untuk mengajaknya berdebat. Apalagi kalau bukan perkara jam perginya yang tadinya mengatakan setengah jam lagi dan pulang di sore hari, malah nyampe rumah saat waktu menunjukkan pukul 7 malam.Disambut diamnya Sean saat sampai, kemudian tetap diam bahkan setelah ia selesai mandi. Ternyata Sean lebih nyeremin kalau diam daripada mengomel dan mengocehinya.“Seperti berada di kutub utara. Dingin banget auranya,” gumam Kiara saat selesai berganti pakaian.Mengenakan dress tidur berwarna peach pendek dengan luaran berbentuk kimono. Kemudian keluar dari ruangan itu. Ya apalagi kalau bukan akan berhadapan langsung dengan Sean. Sepertinya cowok itu sudah mengumpulkan amarah untuk segera dilampiaskan padanya.“Ck, awas saja kalau dia beneran marah atau emosi. Aku bakalan langsung minta pisah,” ujarnya pelan.Melangkah perlahan mendekati Sean yang posisinya duduk bersandar di sandaran tempat tidur, dengan buku yang dia
Sementara di tempat lain, Nadine malah uring-uringan. Rencana yang sudah ia atur sedemikian rupa, malah hancur begitu saja dalam sepersekian detik. Masa depan yang ia harapkan bisa dinikmati sebentar lagi, tapi dirusak secara tiba-tiba.“Arrghhh!!!!”Bik Narti dan Bik Kinah sampai dibuat kaget saat mendengar teriakan dan umpatan yang keluar dari mulut Nadine di ruang keluarga. Bukan yang pertama, bahkan dari semalam gadis itu seperti berada di puncak emosi yang tak baik.“Non Nadine aneh banget, ya,” ujar Bik Narti berbisik pada teman sepekerjaannya itu. Masih dengan tangan yang sibuk merapikan pirik di rak nya.“Bukan aneh, tapi itu namanya lagi emosi, Mbak,” balas Bik Kinah.“Lagi marah sama seseorang mungkin, ya. Saya jadi takut. Tadi saja pak Tuan minta bangunin Non Nadine, saya kena omel di atas.”Bik Narti tersenyum sembringah.“Lah, Mbak kok malah senyum.”“Kamu tahu nggak. Non Nadine itu lagi kesal, lagi marah. Karena sepertinya beliau nggak terima saat Non Kiara nikah sama De
“Duda beneran?” tanya Odisa.“Yakali ada duda bohongan,” balas Kiara pada pertanyaan Odisa yang sangat terlihat jika dia tak yakin.“Berarti dia udah nggak ...” Hagia menghentikan perkataannya saat ragu-ragu untuk mengungkap apa yang sedang ia pikirkan.“Ya ... gue nggak tahu,” sahut Kiara seolah paham kemana arah pikiran Hagia. “Dia bilang enggak, tapi yakali enggak. Gue aja yang nggak berstatus apa-apa dia kekepin kayak macan minta kawin gitu, masa iya udah nikah nggak bertindak sejauh itu.”“Lo yakin dia udah nikah?” Odisa malah mendadak ragu.“Lo berdua tahu Rumano group nggak?” tanya Kiara pada keduanya.“Ya tahulah,” respon Odisa. “Itu perusahaan yang rate nya ada di titik atas dunia bisnis. Bukan hanya di Indo, papa gue aja bilang mereka menduduki posisi atas di luar negeri,” ungkap Odisa menjelaskan.Maklum, ortunya kan mode bisnis. Meskipun nggak bisa dikatakan kelas kakap, tapi jelas tahulah pebisnis mana saja yang ada di level atas.“Banyak perusahaan asing yang juga saling
“Gaess ...”Kiara langsung menyapa kedua sobatnya saat sampai. Tapi malah memasang muka bingung melihat ekpressi ngelag Odisa dan Hagia ketika dihadapkan pada dirinya.“Hem, kenapa?” tanya Kiara.“Kiara lo bener-benar bikin kita berdua mumet, ya. Ish, anjir banget!”Odisa langsung heboh dan gemas serasa ingin menelan Kiara mentah-mentah.“Ish, gemesin banget lo. Gue sama Disa serasa kehilangan jejak tau nggak!” tambah Hagia menambah omelan yang sudah lebih dulu dilontarkan oleh Disa.Kiara duduk di kursi yang berhadapan dengan Odisa dan Hagia sambil terkekeh. Aslinya agak cemas sih sebenarnya.“Parah banget lo. Ngilang kayak orang diculik tanpa jejak.”“Ya maaf. Ini tuh tiba-tiba, mendadak. Ya gimana mau ngasih kabar coba,” balas Kiara menyeruput minuman yang sudah dipesankan untuknya.Pandangan Hagia dan Odisa mulai terfokus pada Kiara. Awalnya perkara penampilan Kiara yang saat ini terkesan sangat berbeda. Bukan hanya penampilan fisik, tapi dari segi fashion dan barang-barang yang
Keduanya kini sedang dalam perjalanan menuju cafe, di mana lokasi Kiara janjian dengan Disa dan Hagia. Dalam perjalanan, Kiara mode diam. Sedangkan Sean, sibuk bicara di telepon dengan seseorang.Hidup dalam keluarga yang sibuk dengan pekerjaan, bahkan nyaris menumbalkannya hanya untuk bisnis. Kini malah dapat pasangan juga nggak kalah sibuk. Jangan bilang ia akan jadi tumbal juga berada di tangan Sean.Mengarahkan pandangannya pada Sean yang sedang bicara di telepon. Jangan ditanya lagi bagaimana penilaiannya pada manusia ini. Mungkin kalau bukan karena beberapa masalah yang terjadi, ia sebagai cewek normal pun bisa jatuh cinta pada dia. Yang diidamkan semua gadis, ada pada Sean. Cuman ya ... emosi dia nakutin.Kiara langsung tersentak dan mengarah ke arah lain saat Sean menyadari jika dirinya memerhatikan.Sean mengakhiri pembicaraan di telepon, kemudian fokus pada Kiara di sampingnya.“Ada apa?” tanya Sean.“Nggak ada.”Sean mengulas senyuman simpul, kemudian mengambil tangan Kiara
“Kiara dimana?”Pertanyaan tertuju pada beberapa pekerja yang saat itu sedang bergelut dengan tugas mereka masing-masing. Langsung bergegas menghadap Sean yang tiba-tiba pulang.“Nona ada di kamar, Tuan.”Pandangan Sean mengarah pada meja makan yang situasinya masih diisi oleh berbagai makanan. Bahkan sebuah piring juga terlihat masih tersisa.“Dia belum makan?”“Nona sudah makan tadi, Tuan. Tapi setelah bicara di telepon, langsung berhenti begitu saja dan kembali ke kamar,” jelas wanita itu. Kemudian menyodorkan ponsel milik Kiara yang dia tinggal begitu saja di meja makan.Sean berlalu dari sana, kemudian lanjut menaiki anak tangga menuju lantai atas. Belum satu jam ia berada di luar, Kiara sudah berulah.Mendorong pintu, tapi gagal karena Kiara ternyata mengunci dari arah dalam.“Kiara buka pintunya,” panggil Sean di depan pintu, sambil mengetuk perlahan, tapi panggilannya tak mendapatkan respon apa-apa. Apalagi dengan kamar yang kedap suara, mau dia teriak pun di dalam sana, tetap
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments