Share

72. Membuat perhitungan

Penulis: QueenShe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-27 06:39:52

Malam berikutnya, hujan turun deras. Kana berdiri di depan gedung apartemen Damian. Tubuhnya basah kuyup, tapi matanya tetap tajam, penuh murka. Ia sudah menunggu lama, sampai akhirnya Damian muncul dari dalam lift, dengan senyum dingin yang selalu membuat darah Kana mendidih.

​“Kana,” sapa Damian ringan, seolah mereka hanya dua rekan bisnis yang kebetulan bertemu. “Apa yang membawamu kemari di malam hujan begini?”

​Kana maju selangkah, tangannya mengepal. “Jangan pura-pura bodoh, Damian. Di mana Riri?”

​Alis Damian terangkat, lalu ia terkekeh kecil. “Riri? Istrimu yang cantik itu? Kenapa kamu tanya padaku? Bukankah seharusnya dia ada di rumah bersamamu?”

​“Kamu pikir aku tidak tahu?” Suara Kana bergetar menahan amarah. “Dia pergi dari rumah. Dan satu-satunya tempat yang dituju adalah kamu. Jangan coba-coba menyangkal.”

​Damian menyilangkan tangan di dada, wajahnya tetap tenang. “Kamu selalu cepat menuduh, Kana. Apa karena kamu tahu Riri tidak lagi merasa aman di sisimu? Atau karena k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Dendam dan Gairah   101. Berusaha berlari

    Riri duduk di ranjang besi itu dengan tubuh terentang, kedua tangannya diikat tali kain kasar ke sisi ranjang, sementara kakinya diikat kuat ke bagian bawah ranjang. Setiap gerakan kecil membuat kulitnya terasa perih, tali itu menggesek pergelangan tangannya hingga meninggalkan bekas merah. Air mata terus mengalir di pipinya, tapi pikirannya menolak menyerah.Ia mulai menggerak-gerakkan tangannya, mencoba melonggarkan ikatan itu. Tali kain itu kasar dan kaku, menekan kulitnya dengan kejam. Riri memutar pergelangan tangannya, menggeliat sekuat tenaga, meski rasa sakit mulai menjalar. Kulitnya robek sedikit, darah merembes di sepanjang pergelangan tangan.Napasnya terengah, keringat dingin membasahi kening. Ia tahu peluangnya tipis, tapi ia tak bisa hanya diam menunggu kematian. Berkali-kali ia menarik dan memutar tangannya, berharap ikatan itu melonggar walau sedikit saja.Suara pintu besi mendadak berderit. Riri terperanjat, tubuhnya menegang. Bobby melangkah masuk dengan wajah datar,

  • Terjebak Dendam dan Gairah   100. Saudara tak diinginkan

    Riri perlahan membuka mata. Pandangannya kabur, kepalanya terasa berat, dan mulutnya terasa kering seperti gurun. Aroma tajam obat bius masih samar tercium, bercampur bau karat dan debu. Ia mencoba bergerak, tapi suara gesekan rantai terdengar. Perih langsung menjalar ke pergelangan tangannya.Tangan dan kakinya terikat ke ranjang besi. Ranjang itu berderit pelan setiap kali ia mencoba menggeliat. Mulutnya dibekap kain kasar, membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara lirih.Riri menoleh ke sekeliling. Kamarnya gelap, hanya diterangi lampu bohlam redup yang menggantung di langit-langit, berayun perlahan. Dindingnya terbuat dari beton kusam dengan bercak lumut di beberapa sudut. Aroma pengap dan dingin merayap ke kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Tak ada jendela, hanya satu pintu besi di ujung ruangan.Panik mulai melanda. Detak jantungnya berpacu kencang. Ia mencoba mengingat apa yang terakhir kali terjadi. Ada penyusup masuk, diikuti suara tembakan, jeritan bodyguard, dan salah

  • Terjebak Dendam dan Gairah   99. Pemburuan Malam

    Damian berdiri di tengah ruang tamu vila itu, tubuhnya tegak seperti patung, namun auranya memancarkan amarah yang membara. Foto USG Riri masih terasa di saku jasnya, seolah menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan dan nyawa dua orang yang ia cintai sedang dipertaruhkan.“Pak Tua,” ucap Damian lirih namun tegas, “aku butuh semua rekaman kamera di sekitar wilayah ini. Semua laporan polisi, semua informasi sekecil apa pun. Orang-orang itu profesional, tapi tak ada yang sempurna. Mereka pasti meninggalkan jejak.”Fattah mengangguk. “CCTV rumah rusak semua. Tapi tim sudah mulai menelusuri CCTV kota. Juga menghubungi beberapa orang lama. Tapi Damian…” Fattah menatapnya tajam, “kalau mereka seahli ini, kemungkinan besar orang terlatih. Kalau ini perbuatan Kana, berarti ia keterlaluan!"Damian tersenyum miring, tapi tatapannya dingin. “Lihat saja nanti, semakin besar mereka menyentuh Riri, maka semakin keras aku akan menjatuhkan mereka. Tak ada orang yang tak bisa disentuh, Pak Tua.”Ia

  • Terjebak Dendam dan Gairah   98. Perang Dua Raja

    Malam di Malang terasa berat, udara dingin menusuk tulang. Damian turun dari SUV hitam yang menjemputnya di bandara dengan ekspresi dingin dan sorot mata tajam seperti pisau. Vila persembunyian Riri kini dipenuhi garis polisi kuning yang berkelok-kelok di halaman depan. Lampu sorot polisi menerangi pekarangan luas yang biasanya tenang, tapi malam itu berubah seperti TKP pembantaian.Beberapa petugas polisi masih berjaga, menulis laporan, dan memotret sisa-sisa kekacauan. Dua kantung jenazah hitam terbentang di dekat gerbang, diapit polisi forensik yang sedang mengumpulkan barang bukti. Aroma anyir darah samar tercium di udara, bercampur dengan bau hujan yang belum lama reda. Para bodyguard dan asisten rumah tangga di mintai keterangan.Damian melangkah masuk, tangannya terkepal di sisi tubuh. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya memancarkan badai emosi yang hampir tak terkendali. Sepatunya menginjak pecahan kaca dari lampu gantung yang pecah.“Damian.”Suara itu membuat Damian

  • Terjebak Dendam dan Gairah   97. Memutar balik fakta

    Telepon dari Fattah tadi pagi masih bergema di kepalanya. Suara ayah Riri yang biasanya tenang kini terdengar tegang dan penuh emosi.Membuat dunia Damian terasa runtuh.“Dam... Riri… Riri diculik, Damian. Rumah tempat tinggalnya berantakan, dua orang bodyguard tewas. Saya butuh kamu ke sini. Bisa kan kamu menyusul kesini sekarang?”Damian berdiri di depan jendela kantornya, napasnya memburu. Tangannya menggenggam ponsel erat sampai buku-bukunya memutih. Ia meraih jasnya, lalu menendang kursi di belakang meja hingga terbalik. Jantungnya bertalu cepat, pikirannya melayang pada Riri. Ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada wanita yang di cintainya“Kalau anda tak menyembunyikan Riri dariku, hal ini tidak akan terjadi!” bentaknya pada Fattah yang masih di seberang.“Damian, ini bukan saatnya saling menyalahkan! Semua di luar kendaliku, tak ada satu pun yang mengetahui villa ini. Saya benar-benar kecolongan!” balas Fattah dengan nada tajam.Damian tak ingin mendengar ucapan Fattah, tanl

  • Terjebak Dendam dan Gairah   96. Penculikan

    Rumah besar itu berdiri kokoh dan angkuh di tengah pekarangan luas yang basah oleh gerimis. Pagar tinggi berlapis baja berdiri tegak mengitari seluruh area, dihiasi kawat berduri di atasnya. Kamera pengawas menatap setiap sudut, lampu taman menyoroti jalan setapak berlapis batu, menciptakan bayangan panjang yang bergerak samar tertiup angin.Di dalam rumah, keheningan terasa menakutkan, seakan udara pun menahan napas.Dua bodyguard bersenjata patroli di halaman depan, sementara yang lain memantau layar monitor di ruang keamanan. Lampu-lampu taman menyinari jalan setapak yang basah oleh gerimis, menciptakan bayangan panjang yang bergerak samar.Sedan abu-abu berhenti di ujung jalan, lampunya dimatikan. Dari dalam mobil, pria berjaket kulit menekan tombol kecil di earphone.“Fattah meninggalkan lokasi. Target utama ada di dalam rumah. Perintah selanjutnya?”Suara berat di telinga menjawab datar, nyaris tanpa emosi.“Lumpuhkan semua pengamanan. Ambil dia malam ini. Jangan ada suara.”Pri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status