
Menggoda Ayah Mantan Kekasihku
Dikhianati kekasih depan umum, Naraya merasa kehilangan segalanya, harga diri, kepercayaan, dan hatinya. Pria yang dicintainya selama dua tahun, Kenzie, justru berselingkuh dengan sahabatnya sendiri Alicia. Lebih kejamnya lagi, mereka berciuman tepat di depan mata Naraya, sambil menertawakan dan merendahkannya, dengan alasan Naraya tak bisa memenuhi kebutuhan gairah Kenzie.
Sebuah fakta mengejutkan terungkap, Kenzie ternyata anak dari Ares Mahardika, CEO tempat Naraya bekerja sekarang. Seorang duda tampan, dingin, karismatik dan terkenal sebagai playboy berbahaya. Dan Naraya melihat itu sebagai kesempatan membuat Kenzie menyesal dengan cara paling kejam dan berisiko, yaitu Naraya akan menggoda ayah Kenzie.
Dengan penampilan baru yang lebih berani dan menggoda, Naraya mulai memainkan perannya. Bahkan memakai strategi "salah kirim" foto tanpa busana pada Ares. Raya berhasil menjerat Ares dalam jaringannya.
Dari sanalah segalanya dimulai, hubungan bergairah, tanpa ikatan, tanpa janji. Ares memberinya segalanya, apartemen mewah, mobil, kemewahan yang tak pernah ia bayangkan.
Namun di balik hubungan yang seharusnya hanya tentang tubuh, Ares juga memberi sesuatu yang lain, perhatian dan kehangatan. Membuat Naraya menjatuhkan hati pada pria yang tak bisa menjanjikan hubungan.
Kenzie sendiri kembali dan bertekad merebut Naraya dari pelukan ayahnya.
Apakah Ares benar mencintainya atau Naraya hanya alat pelampiasan di ranjang?
Apakah Kenzie akan membongkar rahasia ayahnya demi merebut kembali Naraya?
Read
Chapter: Bab 226Ares kembali ke kamar dengan langkah tenang, meski dadanya masih dipenuhi sisa ketegangan. Panggilan dengan Damian barusan cukup panjang dan melelahkan. Kepala Aldrich sobek. Dipukul dengan stik golf. Untungnya, relasi mereka selama ini terbangun di atas kepercayaan dan kepentingan yang sama. Damian marah, jelas. Tapi ia masih mau mendengar. Masalah disepakati untuk diselesaikan baik-baik. Tanpa media. Tanpa panggung. Tanpa drama lanjutan. Kenzie tetap harus menginap semalam di kepolisian. Bukan sebagai hukuman, tapi peringatan. Ares sendiri yang memerintahkannya. Dan yang paling penting, Ares dan Damian sepakat kalau tidak boleh ada satu pun wartawan boleh mencium bau kasus ini. Saat pintu kamar dibuka, semua ketegangan itu seolah luruh setengahnya. Raya sudah terbangun. Ia duduk di ranjang, rambutnya sedikit kusut, mata masih berat, tapi langsung berbinar saat melihat Ares. Tanpa banyak kata, ia membuka kedua tangannya. "Ares…" rengeknya manja. "Peluk." Ares tersenyum kecil.
Last Updated: 2025-12-13
Chapter: Bab 225Tawa kecil Raya masih terdengar renyah saat mereka memasuki gerbang rumah besar Ares. Rumah itu, dengan arsitektur klasik modern yang megah, kini terasa lebih akrab bagi Raya. Untuk kedua kalinya ia menginjakkan kaki di sini, dan sambutan yang ia terima terasa berbeda. Para pelayan berdiri rapi menyambut. Tidak ada lagi tatapan penasaran seperti kunjungan pertama Raya dulu. Kali ini, mereka menunduk hormat, sopan, seolah kehadiran Raya sudah menjadi bagian dari rumah itu. "Selamat datang, Nona," sapa salah satu pelayan dengan senyum tulus. Raya sedikit kikuk, tapi tetap membalas dengan anggukan dan senyum kecil. Ia melirik Ares di sampingnya. "Kedua kali masuk rumah ini rasanya berbeda," bisiknya. Ares terkekeh pelan. "Sekarang kamu bukan tamu." Mereka langsung menuju ruang makan. Makan siang disajikan dalam suasana santai dan hangat, jauh dari kesan formal seperti yang mungkin terjadi jika Ares sedang menjamu klien bisnis. Tidak ada pembicaraan berat. Raya lebih banyak bercerit
Last Updated: 2025-12-13
Chapter: Bab 224Ares mendorong punggung Raya pelan menuju ruangan administrasi. Senyum pria itu tak pernah pudar, bahkan tawa kecil yang jelas disengaja terdengar, murni untuk usil. "Ayo, calon pembalap andalan," godanya santai. "Sebentar lagi kamu bakal menggetarkan jalanan Jakarta." Raya mendelik cepat. Ia kembali memukul bahu Ares. "Apaan sih!" Mereka masuk ke ruangan administrasi yang bersih dan sejuk. Seorang pria paruh baya, mengenakan kemeja rapi dan berambut klimis, duduk di balik meja. Wajahnya ramah, posturnya tegap, ia berdiri menyambut Raya dan Ares yang berjalan mendekat. Di sampingnya, seorang staf muda sibuk dengan komputer. "Selamat pagi, Pak, Mbak," sapa pria itu ramah. "Saya Hendra. Pak David sudah mendaftarkan atas nama Mbak Naraya?" "Benar. Saya Naraya." Raya menjawab dengan senyum manis. Pak Hendra terkekeh kaku. "Baik, saya hanya ingin memastikan validasi data saja," katanya hati-hati. "Dan..." Kalimatnya terhenti. Tatapan Pak Hendra berpindah dari wajah Ares ke Raya, lal
Last Updated: 2025-12-13
Chapter: Bab 223Raya terbangun perlahan, matanya masih berat. Ia mengerjap beberapa kali sebelum sadar bahwa sisi ranjang di sebelahnya kosong. Tidak ada Ares. Hanya sisa hangat di kasur yang menandakan pria itu sempat berbaring di sana. Raya langsung membuka matanya, duduk di tempat tidur sambil mengucek mata. "Ares?" panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur. "Pagi, Sayang." Raya menoleh ke arah suara itu. Ares berdiri di dekat lemari, sudah berpakaian rapi dengan kaos polo hitam dan celana jeans. Pakaian santai yang membuatnya terlihat jauh lebih muda dari usianya. Ares berjalan mendekat, duduk di tepi tempat tidur sambil mengusap rambut Raya yang berantakan dengan lembut. Raya tersenyum, lalu memeluk lengan Ares dengan manja. "Kamu mau ke mana? Kok sudah siap?" Ares menatap Raya dengan senyum misterius. "Ayo." Raya mengerutkan kening. "Ayo kemana?" Ares menyeringai kecil. "Kamu lupa? Kamu mau belajar menyetir mobil lagi, kan?" Mata Raya langsung berbinar. Ia langsung berteriak keg
Last Updated: 2025-12-12
Chapter: Bab 222Ares dan Raya masih berbaring di atas ranjang, tubuh mereka masih saling menempel erat. Udara kamar dipenuhi aroma hangat yang tersisa dari tubuh keduanya. Campuran parfum, keringat, dan jejak percintaan yang belum sepenuhnya hilang. Raya masih terdiam, napasnya perlahan menurun. Pipinya melekat di dada Ares, mendengarkan degup jantung pria itu yang terasa stabil dan menenangkan. Sementara Ares memeluknya, mengusap rambutnya lembut berulang-ulang. "Tidurlah," bisik Ares pelan, mengecup puncak kepala Raya. "Hm…" Raya mengangguk kecil, matanya mulai terasa berat. Raya mengangguk kecil, matanya memang mulai terasa berat. Baru saja kelopak mata Raya hampir tertutup, siap untuk tertidur dalam pelukan hangat Ares. Tapi belum sempat ia benar-benar tertidur, suara getar ponsel memecah keheningan. Ares mengembus napas kesal, meraih ponselnya pelan agar tidak mengagetkan Raya. Namun saat ia melihat nama yang tertera di layar, ia terdiam. Lulu. Nama itu terpampang jelas di layar. Ares te
Last Updated: 2025-12-12
Chapter: Bab 221Kenzie duduk sendirian di pojok bar yang remang-remang. Di depannya sudah berjajar beberapa gelas kosong. Bau alkohol tajam menguar, seolah ikut merayap masuk ke pori-porinya. Tapi ia terus memesan minuman itu lagi. Wajahnya memerah. Matanya sayu. Bahunya turlĺ Ia ingin menenggelamkan rasa sakit itu di dasar gelas terakhir yang tidak pernah benar-benar terakhir. Tangannya gemetar, ia meraih ponselnya. Penglihatan sudah kabur, tapi ia tahu persis nama siapa yang harus ia cari disaat seperti ini. Ia butuh pelepasan dari segala sesak di dalam dadanya. Alicia Tanpa berpikir panjang, ia menekan tombol panggil. Dering pertama. "Halo?" suara Alicia muncul—terkejut—tetapi ada nada gembira. "Kenzie?" "Alicia..." Kenzie mengusap wajahnya kasar. Napasnya berat. Jelas sudah mabuk. "Datang ke sini sekarang..." "Kamu di mana? Kamu mabuk?" "Bar... yang biasa..." gumam Kenzie, suaranya parau. "Aku tunggu." Tidak perlu diminta dua kali, terdengar Alicia seperti tengah bergegas. "Oke, aku dat
Last Updated: 2025-12-12
Chapter: Spesial part 9Saat fajar menyingsing di Jakarta, menandai keberhasilan misi penyelamatan di Spanyol, Abimanyu bergerak. Ia telah menerima konfirmasi dari Aldrich bahwa Damian dan Riri selamat, dan Dimitri telah dilumpuhkan. Kini saatnya menutup simpul di Indonesia.Tim pengawasan Abimanyu memastikan Budi Santoso masih berada di apartemen Menteng, tampak gelisah, mungkin karena komunikasinya dengan Dimitri terputus.Abimanyu memimpin tim kecil, terdiri dari agen keamanannya yang paling tepercaya, termasuk beberapa personel dari tim Adiwangsa Balian yang dipanggil kembali. Aurelia ada di dalam mobil di lokasi tersembunyi, seperti yang ia janjikan, hatinya dipenuhi campuran ketakutan dan tekad baja.Tim Abimanyu bergerak cepat dan senyap. Mereka mematikan aliran listrik di lantai apartemen Budi sebelum mendobrak pintu.Budi Santoso terkejut saat melihat beberapa pria berpakaian hitam bersenjata mengepung ruang tamunya. Ia mencoba meraih telepon, tetapi Abimanyu sudah berdiri di hadapannya, tatapannya
Last Updated: 2025-11-27
Chapter: Spesial part 8Malam telah tiba di pegunungan terpencil dekat Granada. Dinginnya angin malam menusuk, tetapi Aldrich dan Arkana tidak merasakannya. Mereka memarkir mobil mereka beberapa kilometer dari cortijo tua itu dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Aldrich memimpin, gerakannya senyap dan efisien, sepenuhnya kembali pada keahliannya sebagai Rayzen yang terlatih. Arkana mengikutinya, meskipun ia seorang pengusaha, adrenalin dan amarah telah mengasah insting lamanya. Aldrich memegang perangkat komunikasi yang terhubung langsung dengan tim pengintai ABG yang sudah berada di perimeter. "Status?" bisik Aldrich melalui earpiece. "Lima pria bersenjata di perimeter, Tuan Aldrich. Dua di gerbang depan, satu di belakang, dua melakukan patroli di halaman. Ada tiga mobil di gudang samping. Satu mobil di antaranya adalah van pengangkut," lapor suara operator ABG. "Target di dalam. Kami mengamati ada dua sosok yang terlihat melalui jendela lantai atas; kemungkinan mereka Tuan Damian dan Nyonya
Last Updated: 2025-11-27
Chapter: Spesial part 7Setibanya di Barcelona, energi kota yang ramai terasa kontras dengan ketegangan yang menyelimuti Aldrich dan Arkana. Mereka tidak membuang waktu. Marcus, kontak Aldrich, sudah mengatur pertemuan di sebuah klub malam yang sepi di kawasan Gothic Quarter—tempat pertemuan yang sempurna untuk urusan yang membutuhkan kerahasiaan dan bayangan. Di sudut tersembunyi, diterangi cahaya remang-remang dari lilin di atas meja, mereka bertemu dengan Diego. Pria itu bertubuh besar, dengan mata yang tajam dan sikap yang angkuh. "Tuan Rayzen," sapa Diego dengan sedikit senyum mengejek, mengacu pada nama lama Aldrich. "Saya dengar Anda sudah pensiun. Saya tidak tahu kalau operasi pencarian orang hilang termasuk dalam daftar layanan pensiunan Anda." Aldrich tidak tersenyum. Ia mendorong amplop tebal berisi uang tunai Euro yang telah disiapkan Arkana. "Nama saya Aldrich Wira. Pria ini adalah kakak saya, Arkana. Kami mencari dua pria: Budi Santoso dan Nobel. Mereka beroperasi di Spanyol, mungkin terkait
Last Updated: 2025-11-27
Chapter: Special part 6Setelah menutup telepon, Aldrich dan Arkana duduk berhadapan. Di antara mereka, laptop masih menampilkan wajah Budi Santoso dari foto lama. Pria berusia lima puluhan dengan wajah keras dan mata yang licik."Kita harus ke Barcelona," kata Aldrich tiba-tiba. "Marcus punya kontak di sana yang mengelola pasar informasi gelap. Jika Nobel ada di Spanyol, orang-orang itu pasti tahu."Arkana mengangguk. "Polisi Madrid akan tiba siang ini untuk mengambil alih investigasi resmi. Tapi kita tidak bisa menunggu birokrasi mereka. Kita bergerak sekarang, dengan cara kita sendiri.""Kakak yakin?" tanya Aldrich, menatap kakaknya tajam. "Cara kita berarti cara yang tidak bersih. Ini caraku sebagai Rayzen."Arkana menatap balik adiknya dengan mata yang berkilat dingin. Sesuatu yang jarang terlihat di wajah pengusaha tenang ini. "Mereka mengambil Papa dan Mama, Al. Mereka menyeret keluarga kita ke dalam permainan kotor mereka. Jika mereka mau bermain kotor, kita akan bermain lebih kotor."Aldrich terseny
Last Updated: 2025-11-25
Chapter: Spesial part 5Pagi itu, matahari baru saja menyingsing di langit Málaga ketika ponsel Aldrich berdering keras. Ia yang baru tertidur sebentar langsung terbangun, meraih ponsel dengan refleks yang terlatih."Rayzen," suara Kenzie terdengar tegang di seberang. "Kami menemukan sesuatu. Sesuatu yang sangat tidak kami harapkan."Aldrich langsung bangkit, berjalan ke meja kerja sambil menyalakan laptop. "Bicara.""Kami berhasil melacak perpindahan uang mencurigakan yang masuk ke Spanyol tiga minggu sebelum orangtua anda tiba di sana. Jumlahnya besar, hampir dua juta euro. Uang itu ditransfer melalui serangkaian perusahaan cangkang, tapi kami berhasil menelusuri sumbernya.""Darimana?" tanya Aldrich, jantungnya mulai berdegup kencang."Jakarta, Rayzen. Dan yang lebih mengejutkan, uang itu berasal dari rekening yang terhubung dengan nama lama. Budi Santoso."Aldrich membeku. Nama itu seperti pukulan langsung ke ulu hatinya. Budi Santoso. Teman satu sel Candra di penjara dulu. Pria yang seharusnya sudah tid
Last Updated: 2025-11-25
Chapter: Special.part 4Di kamar sebelah, Aldrich duduk di meja kerjanya, laptop terbuka, menghubungi satu per satu jaringan yang pernah ia bangun saat masih menjadi Rayzen. Kini, jaringan itu telah ia transformasikan menjadi bagian dari Adiwangsa Balian Group, perusahaan keamanan swasta warisan dari Candra yang telah ia ambil alih dan kelola dengan cara yang lebih legal, setidaknya di permukaan. Layar laptopnya menampilkan wajah seorang pria Asia berusia empat puluhan dengan bekas luka di pipi kiri. Namanya Kenji, mantan anggota yakuza Jepang yang kini menjadi kepala operasional Adiwangsa Balian Group di Asia. "Rayzen," sapa Kenji dengan hormat. "Sudah lama anda tidak menghubungi kami dengan nada seperti ini." "Ini darurat, Kenji. Orangtuaku diculik di Spanyol. Aku butuh semua intelijen yang kalian punya tentang jaringan kriminal yang beroperasi di Eropa Barat, khususnya yang memiliki motif balas dendam terhadapku atau keluargaku." Haruto mengangguk, wajahnya serius. "Kami akan langsung mengaktifkan jar
Last Updated: 2025-11-24