Share

Bab 45. Permainan Damian

Penulis: QueenShe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-16 08:42:38

Riri terisak di dalam pelukan Damian, tubuhnya bergetar hebat. Kepalanya terasa kosong, namun di saat yang sama, dipenuhi oleh serpihan-serpihan fakta yang baru saja ia temukan. Perjanjian hitam itu. Kata ‘subjek’ yang merendahkan. Pengkhianatan ayahnya. Sandiwara yang dimainkan Kana. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, pada pernikahan yang ia jalani, dan pada semua orang yang terlibat.

Damian tak banyak bicara. Ia membiarkan Riri meluapkan emosinya, mengusap punggungnya dengan gerakan perlahan yang nyaris hipnotis, sesekali membisikkan kata-kata samar yang terdengar seperti penghiburan: “Kamu aman… aku di sini… semuanya akan selesai…”

Namun di balik tatapan matanya, berkilat sesuatu yang lain, yaitu rencana, strategi, dan keinginan untuk mengikat Riri lebih erat pada dirinya. Damian tahu, momen ini adalah titik balik. Wanita di pelukannya kini sudah kehilangan pijakannya, dan ia akan menjadi satu-satunya tempat Riri bersandar.

Pelukan itu dilepaskannya perlahan, memberi ruang ba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Dendam dan Gairah   100. Saudara tak diinginkan

    Riri perlahan membuka mata. Pandangannya kabur, kepalanya terasa berat, dan mulutnya terasa kering seperti gurun. Aroma tajam obat bius masih samar tercium, bercampur bau karat dan debu. Ia mencoba bergerak, tapi suara gesekan rantai terdengar. Perih langsung menjalar ke pergelangan tangannya.Tangan dan kakinya terikat ke ranjang besi. Ranjang itu berderit pelan setiap kali ia mencoba menggeliat. Mulutnya dibekap kain kasar, membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara lirih.Riri menoleh ke sekeliling. Kamarnya gelap, hanya diterangi lampu bohlam redup yang menggantung di langit-langit, berayun perlahan. Dindingnya terbuat dari beton kusam dengan bercak lumut di beberapa sudut. Aroma pengap dan dingin merayap ke kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Tak ada jendela, hanya satu pintu besi di ujung ruangan.Panik mulai melanda. Detak jantungnya berpacu kencang. Ia mencoba mengingat apa yang terakhir kali terjadi. Ada penyusup masuk, diikuti suara tembakan, jeritan bodyguard, dan salah

  • Terjebak Dendam dan Gairah   99. Pemburuan Malam

    Damian berdiri di tengah ruang tamu vila itu, tubuhnya tegak seperti patung, namun auranya memancarkan amarah yang membara. Foto USG Riri masih terasa di saku jasnya, seolah menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan dan nyawa dua orang yang ia cintai sedang dipertaruhkan.“Pak Tua,” ucap Damian lirih namun tegas, “aku butuh semua rekaman kamera di sekitar wilayah ini. Semua laporan polisi, semua informasi sekecil apa pun. Orang-orang itu profesional, tapi tak ada yang sempurna. Mereka pasti meninggalkan jejak.”Fattah mengangguk. “CCTV rumah rusak semua. Tapi tim sudah mulai menelusuri CCTV kota. Juga menghubungi beberapa orang lama. Tapi Damian…” Fattah menatapnya tajam, “kalau mereka seahli ini, kemungkinan besar orang terlatih. Kalau ini perbuatan Kana, berarti ia keterlaluan!"Damian tersenyum miring, tapi tatapannya dingin. “Lihat saja nanti, semakin besar mereka menyentuh Riri, maka semakin keras aku akan menjatuhkan mereka. Tak ada orang yang tak bisa disentuh, Pak Tua.”Ia

  • Terjebak Dendam dan Gairah   98. Perang Dua Raja

    Malam di Malang terasa berat, udara dingin menusuk tulang. Damian turun dari SUV hitam yang menjemputnya di bandara dengan ekspresi dingin dan sorot mata tajam seperti pisau. Vila persembunyian Riri kini dipenuhi garis polisi kuning yang berkelok-kelok di halaman depan. Lampu sorot polisi menerangi pekarangan luas yang biasanya tenang, tapi malam itu berubah seperti TKP pembantaian.Beberapa petugas polisi masih berjaga, menulis laporan, dan memotret sisa-sisa kekacauan. Dua kantung jenazah hitam terbentang di dekat gerbang, diapit polisi forensik yang sedang mengumpulkan barang bukti. Aroma anyir darah samar tercium di udara, bercampur dengan bau hujan yang belum lama reda. Para bodyguard dan asisten rumah tangga di mintai keterangan.Damian melangkah masuk, tangannya terkepal di sisi tubuh. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya memancarkan badai emosi yang hampir tak terkendali. Sepatunya menginjak pecahan kaca dari lampu gantung yang pecah.“Damian.”Suara itu membuat Damian

  • Terjebak Dendam dan Gairah   97. Memutar balik fakta

    Telepon dari Fattah tadi pagi masih bergema di kepalanya. Suara ayah Riri yang biasanya tenang kini terdengar tegang dan penuh emosi.Membuat dunia Damian terasa runtuh.“Dam... Riri… Riri diculik, Damian. Rumah tempat tinggalnya berantakan, dua orang bodyguard tewas. Saya butuh kamu ke sini. Bisa kan kamu menyusul kesini sekarang?”Damian berdiri di depan jendela kantornya, napasnya memburu. Tangannya menggenggam ponsel erat sampai buku-bukunya memutih. Ia meraih jasnya, lalu menendang kursi di belakang meja hingga terbalik. Jantungnya bertalu cepat, pikirannya melayang pada Riri. Ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada wanita yang di cintainya“Kalau anda tak menyembunyikan Riri dariku, hal ini tidak akan terjadi!” bentaknya pada Fattah yang masih di seberang.“Damian, ini bukan saatnya saling menyalahkan! Semua di luar kendaliku, tak ada satu pun yang mengetahui villa ini. Saya benar-benar kecolongan!” balas Fattah dengan nada tajam.Damian tak ingin mendengar ucapan Fattah, tanl

  • Terjebak Dendam dan Gairah   96. Penculikan

    Rumah besar itu berdiri kokoh dan angkuh di tengah pekarangan luas yang basah oleh gerimis. Pagar tinggi berlapis baja berdiri tegak mengitari seluruh area, dihiasi kawat berduri di atasnya. Kamera pengawas menatap setiap sudut, lampu taman menyoroti jalan setapak berlapis batu, menciptakan bayangan panjang yang bergerak samar tertiup angin.Di dalam rumah, keheningan terasa menakutkan, seakan udara pun menahan napas.Dua bodyguard bersenjata patroli di halaman depan, sementara yang lain memantau layar monitor di ruang keamanan. Lampu-lampu taman menyinari jalan setapak yang basah oleh gerimis, menciptakan bayangan panjang yang bergerak samar.Sedan abu-abu berhenti di ujung jalan, lampunya dimatikan. Dari dalam mobil, pria berjaket kulit menekan tombol kecil di earphone.“Fattah meninggalkan lokasi. Target utama ada di dalam rumah. Perintah selanjutnya?”Suara berat di telinga menjawab datar, nyaris tanpa emosi.“Lumpuhkan semua pengamanan. Ambil dia malam ini. Jangan ada suara.”Pri

  • Terjebak Dendam dan Gairah   95. Titik Lokasi

    Riri duduk bersandar di tepi ranjang, jemari halusnya mengusap perutnya yang perlahan membesar. Usia kandungannya memasuki lima bulan, dan tubuhnya mulai terasa berat. Ia mengenakan gaun rumah berwarna lembut, rambutnya tergerai kusut tanpa hiasan. Televisi di sudut ruangan masih menayangkan breaking news penangkapan Candra, mertuanya, yang diarak keluar dari mansion keluarga Kana dengan tangan diborgol. Kilatan kamera wartawan menyilaukan, suara reporter bertubi-tubi seperti peluru yang menghujani telinga.Klik.Ia mematikan televisi. Keheningan mendadak terasa mencekam. Dadanya naik-turun cepat, napasnya berat. Bayangan Kana terlintas di benaknya, pria yang pernah begitu ia cintai. Meski kini lelaki itu mengkhianatinya, rasa iba tetap menyelinap masuk ke dalam hatinya.Air mata menetes, membasahi pipinya. Ia memejamkan mata, mencoba mengusir penyesalan yang menghantam bagai ombak."Semua ini… dimulai karena aku," gumamnya.Ingatan itu kembali, malam di mana ia dengan tangan sendiri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status