Home / Romansa / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Bab 5 : Pria Yang Selalu Peduli

Share

Bab 5 : Pria Yang Selalu Peduli

last update Last Updated: 2023-10-11 15:42:52

“Anda bisa pergi! Untuk apa terus di sini?”

Shanaya duduk di atas ranjang pesakitan. Dia menatap dingin Oriaga lantas membuang muka saat pria yang sedang sibuk dengan ponselnya itu menoleh.

“Aku memang akan pergi, tapi pertimbangkan tawaranku tadi!”

“Untuk orang miskin seperti saya, harta yang paling berharga hanya harga diri,” ucap Shanaya. “Jadi tanpa mempertimbangkan, Anda jelas sudah tahu jawaban saya.”

Oriaga hanya diam memandang wajah Shanaya yang pucat. Berpikir gadis itu ternyata sedikit keras kepala.

“Aku meminta sekretarisku pergi ke rumahmu untuk menyampaikan bahwa kamu sedang tugas ke luar kota, jadi sebaiknya kamu tetap di sini. Kalau kamu pulang sekarang jelas malah akan membuat keluargamu curiga.”

Shanaya tak membalas ucapan Oriaga, memilih berbaring lalu memejamkan mata. Dia tak peduli lagi pria itu benar-benar pergi atau masih berada di sana.

Shanaya berpikir sejenak kemudian memutuskan, memang lebih baik dia berada di rumah sakit dulu untuk memulihkan kondisi, karena jika sampai terjadi hal buruk kepadanya lalu siapa yang akan menjaga dan mencari uang untuk membiayai pengobatan sang ayah.

Ariani dan Ricky memiliki pemikiran kejam, mereka memintanya membiarkan saja Nugroho mati kalau tidak mau membiayai. Sungguh, Shanaya seperti ini karena merasa hanya ayahnya lah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Meski terkadang ingin menyerah, tapi Shanaya meyakini tidak merugi anak yang berbakti kepada orangtua.

Di sisi lain, Oriaga masih tak habis pikir kenapa dirinya sangat peduli ke Shanaya. Selain karena reaksi aneh tubuhnya sebagai laki-laki, mungkin juga karena mantan istrinya yang belakangan berusaha merayunya lagi.

 Olivia —sang mantan istri berpikir Oriaga masih mencintainya karena sampai sekarang belum menikah lagi. Oriaga sendiri berniat menunjukkan ke Olivia bahwa dia bisa menikah dengan wanita yang jauh lebih baik.

Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari itu Shanaya diperbolehkan pulang. Sejak Shanaya menolak tawarannya, Oriaga tidak pernah lagi datang menjenguk. Meski begitu, Oriaga tetap mengecek kondisi Shanaya setiap harinya lewat Aston.

Seperti saat ini, Aston terlihat sedang bersama Shanaya di depan loket kasir guna menyelesaikan tagihan biaya perawatan gadis itu.

“Tidak perlu! Aku akan membayar biaya rumah sakitku sendiri,” ucap Shanaya saat Aston merogoh saku yang ada di bagian dalam jasnya.

Shanaya mendekat ke meja kasir dengan jemawa. Namun, saat menatap deretan angka yang tertera pada kuitansi, tenggorokannya seketika kering. Shanaya menelan ludah susah payah, matanya mengedip berkali-kali seolah tak percaya dengan jumlah tagihan yang harus dilunasi, karena ternyata kamar yang dia tempati saja memakan biaya hampir sepuluh juta.

Aston mengulum senyum melihat Shanaya terkejut, dia maju mensejajari gadis itu lalu memberikan sebuah kartu kredit ke petugas. Aston menoleh Shanaya dan berkata, ” Semua tagihan rumah sakitmu ditanggung pak Oriaga, jadi tidak perlu cemas.”

Shanaya pasrah, dia bahkan menurut saat Aston mempersilahkannya masuk ke mobil untuk mengantarnya pulang.

Sepanjang perjalanan, Shanaya terus memandang keluar jendela. Meski sadar Aston sesekali meliriknya dari kaca spion tengah.

“Hentikan saja mobilnya di depan gang, aku akan turun di sana dan berjalan ke rumah!”

“Tapi, Pak Oriaga memintaku memastikan kamu masuk,” jawab Aston.

“Untuk apa? Kami tidak memiliki hubungan apa-apa. Tolong sampaikan padanya aku akan mencicil biaya rumah sakit yang sudah dia keluarkan untukku hari ini,” ujar Shanaya.

Aston tak membalas dan memilih menuruti apa yang Shanaya minta. Sebelum benar-benar pergi dari sana, pria itu mengirimkan pesan ke Oriaga, memberi kabar bahwa dirinya sudah mengantar Shanaya pulang ke rumah.

Namun, baru saja Aston hendak menginjak pedal gas, Shanaya terlihat berlari kembali ke arah mobilnya. Gadis itu mengetuk kaca jendela dengan wajah ketakutan.

“Ada apa?”

“Tolong, ayahku! Bisakah kamu membantuku membawanya ke rumah sakit?”

Aston terkejut dan bergegas melakukan apa yang Shanaya minta, dibantu tetangga gadis itu mereka membawa Nugroho ke rumah sakit terdekat. Aston melihat jelas bagaimana Shanaya takut melihat kondisi sang ayah yang tak berdaya.

Hingga beberapa menit berselang, meskipun sudah berada di rumah sakit dan ditangani dokter, Shanaya tetap menangis dan gemetaran. Gadis itu baru diam dan mengusap pipinya yang basah saat melihat Ariani datang.

“Ibu ke mana? Kenapa meninggalkan ayah sendirian di rumah?”

Shanaya meluapkan perasaan cemas dan kecewanya ke Ariani, tapi karena tak ingin disalahkan, Ariani malah balas memarahi dan berkata kalau dirinya hanya pergi sebentar untuk berbelanja.

“Nggak usah berlebihan kamu. Apa kamu ingin melimpahkan kesalahan padaku? Aku ke pasar, memang ayahmu nggak butuh makan?” Ariani menunjuk-nunjuk dada Shanaya, bahkan mendorong kasar hingga gadis itu melangkah mundur.

“Kamu sendiri juga enak-enakan pergi ke luar kota. Aku yakin kamu bersenang-senang, jalan-jalan bersama gadunmu, iya ‘kan?” Tuduh Ariani. “Capek kamu ngerawat ayahmu, ha? Apa karena kakak iparmu mau menjaga ayahmu lalu kamu jadi seenaknya sendiri?

Sekarang Rahma diminta Ricky pulang ke rumah orangtuanya dari pada lelah mengurus ayahmu, jadinya aku yang repot! Kamu itu nggak punya otak!”

Suara Ariani yang lantang membuat perhatian orang-orang tertuju padanya juga Shanaya. Aston yang sejak tadi menyaksikan perlakuan Ariani yang kasar sampai berpikir Shanaya mungkin bukan anak kandung wanita itu.

Tak perlu menunggu lama, Aston memutuskan menghubungi Oriaga, memberitahu atasannya apa yang terjadi pada Shanaya saat ini.

“Apa yang harus saya lakukan, Pak?”

“Awasi saja mereka! Aku akan segera ke sana,” jawab Oriaga.

“Apa Pak? Anda ingin datang ke sini? Tapi Pak …. “ Aston bahkan belum menyelesaikan kalimat, tapi Oriaga sudah menutup panggilan itu sepihak.

Shanaya sendiri masih diam menerima makian dari Ariani. Wanita itu baru menutup mulutnya lima belas menit kemudian. Tepatnya saat dokter keluar untuk menjelaskan kondisi Nugroho.

“Kondisi pasien sangat buruk, kami harus melakukan tindakan secepat mungkin, tapi sebelumnya diperlukan pemeriksaan menyeluruh, karena kami menduga pasien mengalami gagal ginjal.”

Shanaya seketika lemas, kondisi kesehatan yang belum seratus persen pulih membuatnya berakhir terduduk lemah di lantai. Sementara itu, Ariani sibuk mencecar dokter dengan pertanyaan soal kisaran biaya —yang harus dikeluarkan jika sampai Nugroho harus lama berada di rumah sakit.

“Apa pasien memiliki asuransi kesehatan? Biaya yang Anda tanggung, akan jauh lebih murah jika menggunakan asuransi.”

Ariani terdiam, tentu saja dia bingung karena Nugroho sama sekali tidak memiliki asuransi seperti yang dokter tanyakan.

“Apa kemungkinan peluang hidupnya kecil? Kalau begitu biarkan saja, Dok! Kami keluarganya pasrah dan rela kalau dia memang harus mati,” ujar Ariani.

Terang saja Shanaya terperanjat, dia bangun dan bertanya apa maksud ucapan ibu tirinya barusan.

“Kenapa Ibu bicara seperti itu? Aku akan bekerja lebih keras lagi untuk membiayai pengobatan Ayah. Ibu tidak boleh seenaknya menyepelekan nyawa ayah.”

“Kurang ajar ya kamu berani sama orangtua! Kamu pikir cuma butuh duit buat pengobatan ayahmu? Tenaga, waktu, apa nggak kamu hitung biaya? Mikir Shana, mikir!” Ariani mendorong kening Shanaya menggunakan jari telunjuk, dia sampai membuat dokter yang masih berada di dekatnya merasa tak enak hati.

Dokter itu hendak menghentikan perlakuan kasar Ariani ke Shanaya. Namun, tak diduga Oriaga lebih dulu datang mendekat dan menarik lengan Shanaya mundur lalu berdiri tepat di depan gadis itu.

“Aku akan menanggung seluruh biaya pengobatan Pak Nugroho sampai beliau sembuh. Jadi, jangan perlakukan Shanaya seperti ini!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Putri Dhamayanti
Gilingan nih si Ariani, gak ada akhlak, minta di.. hiihh
goodnovel comment avatar
Neee I
Thank you and i stay healthy KK Nana.........
goodnovel comment avatar
Sari 💚
akhirnya Oriaga datang membantu. kalau Ariani tau Oriaga kaya, jangan² Oriaga dimanfaatin buat kuras uangnya dengan mengancam Shanaya atau ayah Shanaya. semoga saja Oriaga pintar
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Extra Part 20 : END

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu oleh semua orang. Sebuah pesta pernikahan digelar megah, senyum serta canda tampak kentara di wajah keluarga terutama dua pasang mempelai yang kini sedang berdansa. Oriaga melihat Shanaya yang tersenyum, lantas mendekatkan bibir ke telinga istrinya itu kemudian berbisik, “Apa kamu ingin pesta pernikahan seperti ini?” Shanaya semakin melebarkan senyum lantas menoleh suaminya. “Bukankah sudah terlambat kalau kita membuat pesta?” tanya balik Shanaya. Oriaga menanggapi ucapan Shanaya dengan senyuman karena apa yang dikatakan memang benar. Pesta pernikahan Andra, Mauri, Elkan, dan Kirana berlangsung hari itu. Shanaya menatap ke para pengantin baru itu, setelah semua yang dilalui, kini semua orang mendapat kebahagiaan tak terkecuali. “Mereka sangat bahagia,” ucap Shanaya ke Oriaga. “Kita juga,” balas pria itu sambil menggenggam erat tangan Shanaya. Shanaya melebarkan senyum lantas menyandarkan kepala di pundak Oriaga.

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Extra Part 19 : Kebutuhan Bayi

    Pagi itu selepas Oriaga berangkat ke kantor, Shanaya tampak duduk di taman bersama Pak Wira yang punya tugas tambahan mengawasinya satu kali dua puluh empat jam.Pak Wira terlihat membawa buku catatan dan pulpen di tangannya. Pria tua itu membenarkan letak kacamata yang bertengger di hidung sebelum berkata,“Saya sudah membuat daftar barang yang harus disiapkan sebelum Anda melahirkan.”Ternyata diam-diam Pak Wira memiliki catatan barang apa saja yang harus disiapkan Shanaya untuk menyambut kelahiran anaknya.Shanaya pun memperhatikan Pak Wira yang memegang buku catatan itu, hingga mulai membaca apa saja yang tertulis di sana.“Baju new born lima lusin, baju tidur tiga lusin, selimut sepuluh, sepatu sepuluh, lalu--” Belum juga Pak Wira selesai menyebutkan semua barang yang dicatat, Shanaya sudah menghentikan pria itu.“Kenapa banyak sekali, Pak? Bayi tidak perlu baju sebanyak itu, lagipula yang Pak Wira sebutkan itu baju, bukan popok sekali pakai,” ucap Shanaya.“Memangnya Pak Wira men

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Side Story : Andra (11)

    “Kenapa mendadak seperti ini? Sebenarnya tidak perlu dijemput tidak apa-apa, aku bisa pergi ke sana sendiri,” ucap Mauri. Dia terkejut karena Andra tiba-tiba menghubungi.“Itu Kirana sudah di bawah, tidak masalah! Pergi saja bersama dengannya,” ucap Andra dari seberang panggilan.Mauri benar-benar tak percaya mendengar ucapan Andra, tapi karena tak ingin Kirana lama menunggu, Mauri pun buru-buru menyambar tasnya menuju lobi.Hari itu secara mendadak Andra memberitahu bahwa Kirana akan datang untuk mengajak Mauri pergi ke butik.Mauri yang merasa belum mengenal dekat Kirana jelas merasa sungkan, apalagi saat sampai di lobi Kirana sudah berdiri di sana lantas menghampirinya.“Apak amu sudah siap?” tanya Kirana saat bertemu sang calon kakak ipar. Mauri kaget sekaligus senang mendapati sikap ramah Kirana. Namun, masih ada sedikit rasa sungkan di hatinya, hingga Mauri hanya mengangguk membalas pertanyaan Kirana.Tak menunggu lama Kirana pun mengajak Mauri masuk ke mobilnya yang masih terp

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Extra Part 18 : Selepas Dari Rumah Mauri

    Baru saja masuk kamar, tapi Oriaga langsung ditodong pertanyaan dari Shanaya yang ternyata menunggu dirinya pulang. Shanaya yang sedang bersantai duduk di atas ranjang seketika menegakkan badan. Wanita itu antusias bertanya,“Bagaimana tadi pertemuan dengan orang tuanya Mauri?” “Lancar dan tentu saja Ayah Mauri langsung merestui,” jawab Oriaga. Oriaga berjalan mendekat ke Shanaya yang sejak tadi ternyata sedang membaca buku. Oriaga naik ke ranjang, lantas tanpa permisi mengambil buku Shanaya kemudian berbaring terlentang untuk membaca buku itu. “Kenapa bacanya sambil berbaring? Baca sambil duduk, nanti matamu sakit kalau membaca dengan posisi seperti itu,” ucap Shanaya sambil menatap Oriaga. “Aku memang sudah 43 tahun, tapi mataku ini masih bisa melihat dengan jelas. Kamu tenang saja,” balas Oriaga dengan santainya tanpa mengganti posisi. “Sombong, awas saja nanti kalau kamu mengeluh matamu gatal atau berair.” Shanaya bicara dengan nada candaan, dia menggeser dudu

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Side Story : Andra (10)

    Malam harinya Andra pun pergi ke rumah orang tua Mauri bersama Oriaga dan Masayu. Andra tak bisa bersikap tenang, dia terlihat sangat gugup saat baru saja turun dari mobil.“Jangan gugup, tarik napas panjang lalu embuskan perlahan,” ucap Masayu sambil merapikan kemeja Andra. Dia memulas senyum, menyadari bahwa sang putra mungkin sedang tidak baik-baik saja.Andra menatap sang mama, dia mengangguk kemudian melakukan apa yang dikatakan oleh Masayu.Masayu kemudian menggandeng tangan Andra, bersama Oriaga berjalan menuju pintu rumah Abraham.Saat sampai di depan rumah, ibu Mauri menyambut mereka dengan ramah meski wanita itu terlihat pucat dan tubuhnya masih kurang bugar.“Apa Anda baik-baik saja? Jika masih kurang sehat, seharusnya tak perlu menyambut kami di depan,” ucap Masayu berpindah menggandeng tangan ibu Mauri.Ibu Mauri pun mengajak semuanya masuk sambil digandeng Masayu. Meski baru pertama kali bertemu, tapi mereka tampak dekat.“Apa kondisi Anda sudah membaik?” tanya Masayu ka

  • Terjebak Gairah Paman Billionaire   Side Story : Andra (9)

    Andra sudah sangat panik hingga memutuskan membuang status sebagai atasan dan bawahan lalu mencoba menghubungi nomor pamannya sendiri. “Ada apa?” Suara Oriaga terdengar dari seberang panggilan. Detak jantung Andra seketika mulai normal kembali, dia terlihat sangat lega karena panggilannya dijawab oleh Oriaga. “Paman ada di mana?” tanya Andra dengan suara yang masih panik. “Aku sedang ada urusan di luar,” jawab Oriaga, “ada apa?” tanya pria itu lagi. “Bagini Paman, ayah Mauri memintaku membawa Paman ke rumahnya nanti malam." Andra memberitahu Oriaga tanpa ada lagi basa-basi. “Sudah kuduga karena hal itu kamu menghubungi dengan suara panik seperti ini,” ucap Oriaga dari seberang panggilan. “Bagaimana aku tidak panik, aku ke ruangan Paman dan di sana sepi, bagaimana jika tiba-tiba saja Paman ke luar kota,” balas Andra. “Tenang saja, aku akan datang dan memastikan kalau kamu akan menikah dengan Mauri,” ucap Oriaga mencoba menenangkan Andra. Andra pun bernapas dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status