Share

Bab 4 : Jatuh Pingsan

“Apa yang Anda katakan? Apa saya tidak salah dengar? Saya masih berpikir Anda berbeda dari pria tadi, tapi ternyata sama saja!”

Suara Shanaya bergetar, takut setengah mati karena sadar sudah melukai Oriaga dengan membuat bibir pria itu berdarah. Shanaya hendak keluar saat pintu lift terbuka, tapi pria matang itu menghadang dan menutup pintu lift lagi.

“Mari kita bicara dulu!” Pinta Oriaga.

“Apa yang Anda mau, Pak? Bukankah Anda meminta agar saya tidak menampakan diri di depan muka Anda lagi?” Tanya Shanaya yang mulai frustasi.

Gadis itu mendengar ucapan Oriaga ke pria mesum tadi soal hotel itu yang merupakan miliknya. Shanaya tak habis pikir berapa banyak hotel yang dimiliki Oriaga di kota ini, selain King Hotel tempat mereka pertama kali bertemu dua bulan lalu.

“Aku benar-benar serius soal menjadi sugar baby-ku. Bagaimana?”

“Anda pasti sudah gila, Anda sama saja seperti tamu tadi. Anda pasti berpikir saya tidak punya harga diri setelah menerima uang lima puluh juta itu.”

Shanaya mundur ke belakang takut Oriaga menciumnya kembali sambil memegang kening. Namun, tubuhnya tiba-tiba lemas. Shanaya limbung setelah itu pandangannya pun kabur. Dia jatuh pingsan, beruntung Oriaga lebih dulu menahan tubuhnya hingga tak sampai membentur lantai atau dinding.

“Shana, apa yang terjadi?” Oriaga panik. Dia menepuk pipi Shanaya berulang berusaha membangunkan gadis itu, tapi hasilnya tetap nihil.

Oriaga pun akhirnya membopong tubuh Shanaya yang tak berdaya keluar dari lift. Dia membawa gadis itu menuju mobil, sehingga apa yang dilakukannya menjadi perhatian karyawan juga tamu hotel yang kebetulan berada di lobi.

“Siapa yang digendong pak Presdir? Apa itu si cleaning service baru?” Pertanyaan ini menjadi topik pembicaraan para karyawan setelah pemandangan barusan.

Oriaga tampak tak peduli, memacu mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat untuk memastikan Shanaya baik-baik saja. Oriaga bahkan masih tak percaya dengan apa yang dia lakukan saat ini.

Kenapa bisa dirinya peduli pada gadis muda yang seumuran dengan keponakannya, apa mungkin semua ini dia lakukan hanya karena hasratnya bagai tersulut api saat melihat Shanaya lagi?

Oriaga bahkan memarkirkan mobil secara serampangan saat tiba di rumah sakit, dia menggendong lagi Shanaya menuju UGD agar cepat mendapatkan penanganan medis.

“Tolong, dia tiba-tiba pingsan,” ucap Oriaga.

Dokter jaga dan perawat pun bertindak cepat, mereka meminta Oriaga menunggu di luar, berkata akan memeriksa dan menangani Shanaya sebaik-baiknya.

Oriaga sendiri mencoba tenang dengan duduk di kursi selasar dan menyandarkan punggungnya kasar. Apa ini kutukan? Bagaimana bisa pria sepertinya tak bereaksi saat berhadapan dengan wanita bertubuh seksi berbalut lingerie, tapi malah nafsu melihat Shanaya dengan seragam petugas kebersihan hotelnya.

“Aku pasti memang sudah tidak waras,” gumamnya.

Beberapa menit kemudian dokter keluar setelah memeriksa Shanaya. Dokter menyampaikan bahwa Shanaya terindikasi kelelahan dan malnutrisi.

“Malnutrisi?”

Oriaga tercengang, dia pikir setelah mendapat uang darinya hidup Shanaya akan sedikit lebih baik. Meskipun masih bekerja di toko kue, setidaknya Shanaya bisa kuliah dengan tenang tanpa memikirkan biaya pengobatan sang ayah atau ekonomi keluarganya lagi.

Namun, mendengar dokter berkata gadis itu kelelahan, kekurangan gizi, dan bahkan bertemu dengannya mengenakan seragam karyawan hotelnya, Oriaga yakin kalau Shanaya malah semakin bekerja keras.

“Apa kondisinya buruk?”

“Jika pasien tidak memperbaiki asupan gizi, menjaga pola makan dan kesehatan, tentu saja ini akan menyebabkan penyakit berbahaya di kemudian hari,” jawab dokter. “Kami sudah memberikan infus dan suntikan vitamin, Anda sudah bisa melihat pasien,” imbuhnya.

“Apa dia perlu dirawat?”

“Untuk membuat kondisi pasien pulih, saya sarankan pasien memang harus dirawat. Silahkan Anda mengurus prosedur rawat inap di bagian administrasi,” tutur sang dokter sebelum pamit pergi.

Oriaga masih mematung di tempatnya berdiri. Dia baru tersadar saat ponsel di kantong celananya berbunyi. Oriaga tampak tak peduli setelah melihat nama siapa yang tertera pada layar, dia sengaja mematikan nada dering kemudian masuk untuk mengecek keadaan Shanaya.

“Cari tahu kondisi keluarga gadis itu! Jangan sampai ada informasi yang kurang. Aku ingin tahu selama dua bulan ini apa yang terjadi dan apa yang dia lakukan. Lalu, sampaikan pada keluarganya kalau saat ini dia sedang berada di luar kota, mungkin untuk beberapa hari.”

Oriaga duduk di samping brankar Shanaya dan mengingat apa yang baru saja dia perintahkan ke Aston. Oriaga diam menatap wajah Shanaya sambil melipat tangan ke depan dada. Bersikap tenang dan biasa saat kelopak mata gadis itu perlahan terbuka.

“Kenapa Anda lagi?”

Shanaya bertanya dengan nada lirih, tampak kecewa dan memilih kembali menutup mata seolah tak sudi melihat Oriaga.

“Kamu pikir siapa? Apa ada orang lain yang kamu harapkan akan menolongmu?”

Nada bicara Oriaga terdengar ketus, membuat Shanaya enggan membalas dan memilih membuang muka ke arah lain.

“Turuti apa kata dokter kalau kamu ingin cepat sembuh,” ujar Oriaga.

Shanaya mendengarkan tapi masih memilih bungkam. Dia merasa Oriaga sangat aneh karena tiba-tiba berlagak peduli. Atau mungkin pria itu merasa bersalah karena sudah menciumnya secara paksa di lift hotel tadi.

Sementara itu seperti apa yang diperintahkan oleh sang atasan, Aston bergegas datang ke rumah orangtua Shanaya. Ariani yang kebetulan membukakan pintu pun dibuat heran.

Wanita paruh baya itu memindai pria berkacamata dengan setelan jas rapi yang saat ini berdiri di depannya. Meski Aston memulas senyum, tapi Ariani pikir pria itu adalah penagih hutang dari tempatnya meminjam uang.

“Saya sudah melunasi semua tunggakan, kenapa masih saja ditagih?”

“Apa?”

Aston melongo lantas membenarkan letak kacamatanya. Dia bingung menelaah ucapan Ariani.

“Begini …. “

Baru saja hendak menyampaikan tujuannya datang, Aston dibuat kaget dan buru-buru menahan pintu karena Ariani ingin menutupnya kembali. “Tunggu! Tunggu, Bu. Saya bukan penagih hutang, saya datang untuk menyampaikan soal anak ibu,” ucap Aston.

“Anakku? Siapa? Ricky? Apa terjadi sesuatu padanya?”

Ariani seketika panik, yang ada dipikirannya hanya sang putra kesayangan dan bukan Shanaya. Aston bahkan memberikan informasi yang kurang akurat ke Oriaga di awal, karena dia sendiri tidak tahu kalau Ariani ternyata hanyalah ibu tiri Shanaya.

“Bukan!”

“Kalau begitu apa Naila?” Ariani menyebut nama putri kandungnya dari Nugroho.

Aston menggeleng dan berkata,” Bukan, tapi Shanaya. Saya datang untuk menyampaikan bahwa putri ibu saat ini ditugaskan atasan kami ke luar kota, jadi mungkin tidak akan pulang untuk beberapa hari ke depan.”

Ariani tak mengiyakan begitu saja informasi yang diucapkan oleh Aston, dia malah merasa curiga. Meski ibu rumah tangga biasa, tapi jelas dia masih memiliki logika. Ariani berpikir untuk apa orang lain yang harus repot-repot datang menyampaikan kabar itu dan bukan Shanaya sendiri. Hingga tanpa berpikir Ariani pun bertanya, ” Apa Shanaya menjadi simpanan bosmu?”

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Putri Dhamayanti
Jahat amat emak tirinya, kasian banget kamu Shanaya...
goodnovel comment avatar
Neee I
Thank you and stay healthy KK Nana......
goodnovel comment avatar
Sari 💚
terlalu nampak Ariani ga pernah berpikiran lurus, dia auto nyangak Shanaya jadi simpanan bos nya. Lah dia aja jahat dan ga peduli sama Shanaya, auto mikir gitulah ya. dan dia yakin Shanaya ga mungkin kerja bagus fgitu sampai diijinin sama asisten bosnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status