Share

2. Resmi Pacaran?

Author: Nur Laili
last update Last Updated: 2023-06-05 09:46:58

Seorang pria tampan duduk dengan sangat tenang di sebuah kursi kebesaran miliknya. Tatapannya yang tegas dan aura kemisteriusannya membuat siapa saja yang berada di dekatnya memilih mundur dari pada berhadapan dengan sesosok pria tampan tersebut. Banyak sekali para pria berbadan besar yang berada di sisinya setiap saat. Para pria berbadan besar itu adalah body guard pribadi pria tampan dengan sejuta pesona itu. 

Revan Antonely William adalah nama pria itu, seorang lintah darat terkemuka di kota ini, atau kaum milenial sering menyebutnya dengan Mafia kelas kakap yang paling di segani dan juga di takuti. Revan adalah nama sapaannya, pria kesepian yang sama sekali tak memiliki keluarga besar. Sang Ayah memiliki pekerjaan yang sama sepertinya, seorang Mafia. Sedangkan Sang Ibu melarikan diri saat ia masih bayi, maka dari itu, Revan sama sekali tak pernah melihat wanita yang telah melahirkannya di dunia ini sepanjang hidupnya.

Sekarang Revan tinggal sendirian, kadang kalanya sang Ayah menengoknya di rumah besar dan megah ini, namun hal itu tak mampu membuat Revan menjadi bahagia, ia membutuhkan seseorang untuk mengisi hatinya yang kesepian. Masalah wanita, jangan pernah ragukan Revan, sudah tak terhitung lagi berapa banyak wanita yang sudah memanaskan ranjangnya.

Namun, wanita itu hanya Revan butuhkan semalam, tidak untuk selamanya. Revan sendiri masih mencari sesosok wanita yang cocok untuknya, wanita yang akan mengikat janji suci pernikahannya bersama dengannya nanti, wanita yang akan menemani hari-harinya, wanita yang mampu membuatnya jatuh cinta dan juga wanita yang akan melahirkan anak-anaknya nanti. Ia membutuhkan satu wanita, hanya satu.

"Apa jadwal ku hari ini ?" tanya Revan pada salah satu body guard kepercayaannya, Max. Max nampak sedikit berpikir, mengingat apa saja jadwal yang akan di lakukan oleh sang bos besarnya.

"Anda harus datang ke rumah seseorang yang sudah meminjam uang sejak tahun lalu dan sampai sekarang belum di lunasi tuan. Bahkan bunganya dari hutang itu sudah sangatlah besar." jelas Max dengan suara sopan pada Revan.

Revan mengangguk mengerti. Ia lantas bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan kerjanya, di ikuti oleh beberapa body guard yang selalu menemaninya setiap saat untuk menjaga keamanannya dan melayaninya dengan baik. Menjadi seorang mafia tentu saja bahaya terus saja mengincar, baik itu dari kepolisian ataupun dari rival mafia yang lain. Maka dari itu, Revan mempekerjakan banyak sekali body guard untuk menjaganya. 

"Kita pergi ke rumah itu sekarang!" tegas Revan dan langsung di angguki oleh para body guardnya.

Di sisi lain Suasana di kantin kampus sangatlah ramai saat ini, Lala duduk di salah satu kursi di kantin, meminum segelas es jeruk yang tadi ia pesan. Tubuhnya yang basah kini sudah mulai mengering walaupun tak benar-benar kering. Lala mengumpati Salsa dan Nindy dalam hati, dua mahasiswi itu benar-benar sangatlah menyebalkan.

"Andai gue kaya, gue bakalan sewa orang buat bunuh tuh cewek alay dua!" gerutu Lala sembari memukul pelan meja yang berada di depannya dengan tangannya yang mengepal dengan keras.

"Lo lagi nge-gerutuin siapa?" tanya seseorang yang berada di balik tubuh Lala. Tanpa Lala menengok siapa yang bicara, ia lantas menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Siapa lagi kalau bukan duo singa itu, Salsa sama Nindy. Mereka itu harus di musnahkan dari dunia ini." jawab Lala dengan kesal tanpa menoleh ke arah sumber suara untuk melihat siapa yang barusan bertanya. 

"Ohh--- lo gak suka sama kita?!" tubuh Lala seketika menegang, Lala baru menyadari sesuatu, suara itu adalah suara milik Salsa. Dengan was-was Lala membalikan badannya dan melihat ke arah belakang, benar dugaan Lala, itu adalah suara Salsa. Lala tersenyum kikuk lantas bangkit dari duduknya dan dengan cepat langsung berlari menjauh dari Salsa dan Nindy yang kini tengah menatapnya dengan tajam. Saat Lala mencoba untuk berlari menjauh dari mereka, dengan sengaja Nindy menjagal kaki Lala, membuat tubuh gadis itu terhuyung ke depan dan hampir saja ia mencium keramik yang keras jika tidak ada Jacob yang menahan tubuh mungilnya.

"Kita jodoh atau apa ya, kenapa hari ini kita udah ketemu dua kali. Dan  selalu aja lo nyaris jatuh. Untung ada gue." ujar Jacob lengkap dengan senyuman manisnya yang tercetak jelas di bibirnya.

"Maaf." ucap Lala merasa bersalah, Jacob terkekeh melihat ekspresi Lala yang sangat lucu menurutnya.

"Untuk apa minta maaf? Lo gak buat salah." balas Jacob dengan nada suara yang sangat lembut.

"Lala, masalah kita belum selesai!" ucap Nindy dari arah belakang tubuh Lala, dengan cepat Lala berlari ke belakang tubuh kekar Jacob, bersembunyi di balik punggung Jacob.

"Jangan ngumpet lo!" teriak Salsa dengan emosi, bagaimana ia tidak emosi, rasa sakit di kakinya karena di injak Lala masih terasa sampai sekarang.

"Ada apaan nih?" tanya Jacob dengan santai. Salsa dan Nindy berdiri di depan Jacob sembari melipat ke dua tangannya dengan sombong.

"Kita gak ada masalah sama lo Jac, mending lo pergi sana!" usir Nindy, tangan kanannya ia arahkan ke udara, memberi isyarat pada Jacob agar pia tampan itu tak ikut campur dengan urusan mereka.

"Jelas ada urusannya, dia pacar gue!" balas Jacob sembari melirik ke arah Lala yang diam mematung di belakang tubuhnya. Ke dua pipi Lala terasa sangat panas, jantungnya berdetak tak karuan saat Jacob mengatakan bahwa dirinya adalah pacarnya.

"APA?!" teriak Salsa dan Nindy barengan, dua mahasiswi yang suka mengerjai mahasiswi yang lain itu terkejut bukan main. Mereka berdua dengan kompak juga menggelengkan kepalanya.

"Seriusan, kita pacaran!" jelas Jacob dengan santai untuk meyakinkan dua orang gadis di hadapannya ini. Jacob menggeser tubuhnya ke samping lantas menggenggam tangan Lala dengan erat.

"Ayo sayang, kita pergi dari sini. Dan kalian berdua, jangan gangguin pacar gue! Kalo sampai lo pada gangguin pacar gue, gue bakal bikin kalian di D.O dari kampus, camkan itu!" ancam Jacob yang berhasil membuat nyali Salsa dan Nindy menciut, mengingat bahwa Jacob adalah cucu dari pemilik kampus. Jacob dengan lembut menarik tangan Lala agar mau mengikuti langkahnya.

"Nama lo siapa?" tanya Jacob pada Lala dengan nada suara yang sedikit pelan. Lala tak bisa menyembuyikan senyumannya, ia benar-benar sangat bahagia, tangannya di genggam erat oleh Jacob, pria yang sudah mencuri hatinya sejak setahun yang lalu.

"Latania Wijaya, panggil aja Lala." ungkap Lala malu-malu, Jacob melirik sekilas ke arah Lala, gadis itu terlihat sangat manis di mata Jacob.

"Gue Jacob." ujar Jacob mengenalkan dirinya, Lala mengangguk, ia sebenarnya sudah tahu bahwa pria tampan yang saat ini tengah menggengam erat tangannya bernama Jacob Nugroho, cowok most wanted di kampus. 

"Gue tau kok." balas Lala, Jacob menghentikan langkahnya saat mereka berada di taman kampus. Jacob melepaskan tangannya yang menggenggam erat tangan Lala, tubuhnya ia hadapkan ke arah Lala lantas menatapnya dengan intens.

"Mulai sekarang, lo pacar gue La!" tegas Jacob, Lala melebarkan matanya, tak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh Jacob. Apa Jacob baru saja menyatakan cinta padanya? Batin Lala menjerit kesenangan.

"Lo ngerti kan? Lopacar gue mulai sekarang! Jangan coba-coba buat selingkuh atau deket sama cowok lain, karena gue tipe cowok yang pencemburu!" peringat Jacob dengan tegas. Lala hanya bisa mengangguk, ingin bertanya tapi suaranya seperti tercekat di tenggorokannya.

"Baiklah sayang, sekarang gue bakal ke kelas dulu, kita ketemu nanti saat selesai kuliah di parkiran, oke?" ujar Jacob sembari tangannya mengacak-acak rambut Lala bagian depan.

Lala mengangguk patuh, tidak ada yang bisa ia katakan, hanya bisa mengangguk. Ia terlalu gugup untuk menjawab dengan kalimat. Jacob tersenyum ke arah Lala lantas berjalan menjauh dari gadis yang baru saja ia pacari itu. Selepas kepergian Jacob Lala menjerit tertahan, ia benar-benar sangat senang, mulai saat ini dia adalah kekasih dari most wanted kampus ini, Jacob Nugroho.

"Demi apa? Gue pacarnya Jacob?" tanya Lala pada dirinya sendiri. "Kok bisa, sih? Padahal kita baru ketemu hari ini. Apa ini yang di namakan jodoh?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   36. Happy Ending

    Revan berlari tergesa-gesa di sebuah lorong rumah sakit, rambutnya naik turun akibat derap langkahnya yang yang kencang. Bulir bulir keringat membasahi area keningnya. Revan sekarang sudah jauh lebih dewasa, menjadi ayah dari seorang putri yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Usia Becca saat ini sudah menginjak sepuluh tahun, dan hari ini Revan akan kedatangan anggota keluarga baru, Lala saat ini sedang berada di rumah sakit untuk melahirkan buah cintanya dengan Revan yang kedua.Revan menghentikan langkahnya saat ia melihat putrinya, Becca sedang duduk di sebuah kursi samping pintu sebuah kamar. Di sana juga ada Erik dan Norma yang sedang menunggu. Sedangkan Heru sedang mengurus pabrik makanan ringan yang di rintis Revan dengannya. Pabrik yang awalnya rumahan dan kecil, sekarang sudah berubah menjadi pabrik besar dengan mesin mesin canggih yang memproses pembuatan makanan ringan. Bisa di bilang sekarang Revan mendapatkan kesuksesannya kembali. Keluarga mereka juga t

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   35. Rebecca

    Tangan Revan terulur menghapus air mata Lala yang terus mengalir dengan derasnya. Putri kecilnya juga ikut menangis saat melihat Lala menangis."Ssstt.... Kan buat putri kecil kita juga menangis." ujar Revan dan Lala langsung menghentikan tangisnya lalu menimang bayi kecilnya."Siapa namanya?" tanya Lala dan Revan menggaruk kepalanya yang tiba tiba terasa gatal. Ia tahu pasti bahwa Lala akan memukulnya lagi jika dia beri tahu bahwa putri mereka belum ia beri nama."Siapa namanya?" Lala mengulangi pertanyaannya sembari menatap Revan."Dia belum kuberi nama," jawab Revan.Lala memukuli kepala Revan dengan membabi buta, matanya menatap tajam ke arah sang suami yang sedang mengelus kepalanya yang terasa sakit akibat pukulannya."Dasar ayah tidak waras!" maki Lala dan Revan memasang jengkelnya."Apa? Mau marah?" ujar Lala sembari memberi tatapan devil pada sang suami."Aku menunggumu sadar, Kalo aku kasih nama terus kamunya gak suka gimana? Kamu marah sama aku." tutur Revan dan Lala

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   34. Bayi Kuat

    Revan berjalan santai di lorong rumah sakit, dalam gendongannya saat ini ada bayi kecilnya, kaki-kaki mungil bayi itu terus saja bergerak ke udara dalam gendongan Revan. Tangan mungil bayi itu terus saja memukul mukul rahang Revan dengan keras. Senyum bayi itu terus mengembang saat melihat sang ayah terkekeh akibat perbuatannya. Tangan kanan Revan menenteng sebuah tas bayi dengan isi perlengkapan milik putri lucunya.Usia bayi mungil Revan saat ini sudah berusia 2 bulan, berarti sudah 2 bulan juga Lala terbaring koma. Selama 2 bulan itu juga Revan selalu menjaga putri kecilnya yang hingga saat ini ia belum beri nama.Semua anggota keluarga terus memaksa Revan agar memberi nama bayi itu, namun Revan selalu menolaknya, ia akan memberi nama putri kecilnya saat Lala sudah sadar. Revan sangat yakin bahwa Lala akan sadar dari koma, ia benar benar sangat yakin dengan hal itu.Dan mengenai Jacob, Jessica dan si penghianat Max, mereka ada dalam pengawasan Endy. Endy mengurung ke tiga oran

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   33. Koma

    Jari jari Revan bergerak secara perlahan, mata yang menutup selama satu minggu kini sudah mulai terbuka, Revan mengerjap ngerjapkan matanya berkali kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.Aroma obat obatnya menyeruak indra penciumannya, orang yang pertama Revan lihat adalah Endy-sang ayah."Syukurlah kau sudah sadar," ucap Endy sembari tersenyum manis ke arah Revan.Pandangan Revan mengedar ke penjuru ruangan yang ia yakini sebagai rumah sakit, ia mencari-cari sesosok yang sudah membuatnya jatuh hati sekaligus jatuh cinta."Di mana Lala?" tanya Revan terdengar seperti sebuah bisikan karena dia benar benar masih lemas. Namun begitu, Endy masih bisa mendengarnya."Lala di rawat di ruangan lain," jelas Endy dan membuat mata Revan melebar."Lala terluka?" tanya Revan dengan ekspresi yang sangat khawatir dan juga cemas."Setelah kamu di tusuk oleh Jacob, Jessica menikam perut Lala," jelas Endy yang membuat Revan mengepalkan tangannya dengan rapat, rahangny

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   32. Konspirasi

    Bulan demi bulan di lewati oleh Lala dan juga Revan, kehidupan rumah tangga mereka selama 8 bulan ini sangat baik, tak ada pengganggu atau masalah besar yang mereka hadapi selama 8 bulan terakhir ini setelah kejadian penyerangan waktu itu. Hanya terkadang ada saja masalah kecil yang mereka hadapi, namun mereka masih bisa menyelesaikannya.Usia kandungan Lala sudah memasuki usia 8 bulan, perut rata Lala kini sudah membesar, emosinya juga kadang meledak dan sang suami Revan lah yang menjadi sasaran amukannya.Sekarang Lala sedang berada di balkon kamarnya sendirian, menikmati semilir angin yang menerpa kulit wajahnya, sangat sejuk. Tak lupa Lala juga mengelus perutnya yang membesar karena ada dua jabang bayi yang ada di dalam.Sikap pengecut Lala yang tak berani mengungkapkan perasaan cintanya pada Revan masih membuat Revan berfikir bahwa Lala belum mencintainya. Namun di hati Lala, nama Revan sudah terukir sangat indah di hatinya.Mata Lala memincing saat ia melihat ada seseorang y

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   31. Selamat

    Jari-jemari Revan bergerak sedikit demi sedikit, Max yang tengah berdiri di samping ranjang tempat di mana Revan berbaring langsung bergerak mendekat dan melihat bagaimana kondisi sang majikan. Perlahan ke dua mata Revan terbuka, baru saja ia membuka matanya sebentar, ia kembali menutupnya kembali saat cahaya lampu kamar rumah sakit menyambutnya dengan silau. Al hasil ia harus mengerjakan ke dua matanya beberapa kali agar terbiasa dengan cahaya lampu yang masuk ke dalam retina matanya."Tuan sudah sadar? Aku akan panggilkan dokter." Ucap Max lalu hendak bergegas keluar dari kamar, namun belum sempat Max melangkah, lengannya sudah di tahan oleh Revan lalu memberikan sebuah isyarat agar ia tidak perlu memanggilkan dokter dengan cara menggelengkan kepalanya pelan."Di mana Lala?" Tanya Revan dengan lemah saat teringat pada sang istri, terakhir kali ia melihat Lala wanita yang sangat amat ia cintai tersebut dalam kondisi pendarahan. Mungkin itu efek karena ia jatuh saat menggendong Lala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status