Share

6. Pertemuan Pertama

Lala terbangun dari tidurnya di lantai, semalam ia menangis di pojokan kamar sampai tertidur, dan sekarang ia bangun setelah mendengar suara jam wekernya berbunyi sangat nyaring. Lala bangun dari baringnya di lantai, membuka matanya dengan berat, mata indahnya pagi ini terlihat sembab dan juga bengkak. Dengan langkah pelan, Lala bangkit dari duduknya, berjalan menuju nakas mengambil jam weker lantas mematikan suaranya. Setelah itu ia memulai rutinitasnya setiap pagi, seperti membersihkan tubuhnya dan memilih beberapa buku yang akan di bawanya ke kampus. Tentang masalah semalam, Lala masih belum melupakannya, ia bahkan tidak habis pikir kenapa ke dua orang tuanya bisa bersikap seperti itu.

Sekarang Lala duduk di depan meja rias, memoles wajah cantiknya dengan make up tipis, riasan wajahnya yang simple dan sederhana justru malah membuatnya semakin terlihat cantik dan juga manis.

Tok tok tok. Suara ketukan pintu kamarnya terdengar, membuat Lala reflek dengan cepat menolehkan kepalanya ke arah pintu. "Sayang, buka pintunya." itu adalah suara Norma, suara wanita paruh baya itu masih terdengar serak, mungkin itu akibat ia menangis semalaman. Lala menghembuskan nafasnya dengan berat, meraih tas selempangnya lantas menyampirkannya di bahunya. Ia lantas berjalan ke arah pintu, membukanya dan melihat Norma dan Heru berada di depan pintu.

Lala bersikap acuh, ia dengan cepat langsung menutup pintu kamarnya dengan kasar dan berjalan melewati ke dua orang tuanya. Namun baru saja Lala melangkahkan kakinya beberapa langkah, tangan Norma sudah memegang lengan Lala, mencegah gadis itu untuk melanjutkan langkahnya.

"Dengarkan Ibu, Ibu dan Ayah tahu bahwa ini adalah hal yang salah. Tapi, kita tidak punya cara lain sayang, mafia itu akan membunuh Ayahmu jika kita tak memberikanmu padanya." jelas Norma dengan suara lirih, ke dua bola matanya berkaca-kaca, sudah siap untuk meneteskan air matanya kembali. Dengan kasar Lala menghempaskan tangan Ibunya yang mencengkram lengannya, dengan cepat ia berjalan menghindar dari ke dua orang tuanya.

"Astaga!" pekik Lala terkejut saat lengannya kembali di tarik oleh Norma, kali ini bukan hanya untuk mencegahnya melangkahkan kakinya, namun Norma menarik Lala hingga gadis itu berjalan mengikuti langkahnya. Norma membawa Lala ke dalam kamarnya, mendudukan gadis itu di kursi depan meja rias. Norma sibuk memilih beberapa pakaiannya saat masih muda yang masih cocok di gunakan oleh Lala. Sedangkan Lala merasa bingung dengan apa yang Ibunya lakukan saat ini.

"Pakai ini!" Norma menyodorkan sebuah gaun putih tanpa lengan dengan bawahan panjang ke arah Lala, Lala tak langsung menerimanya, ia menatap ke arah gaun dan Ibunya secara bergantian, masih tak mengerti tentang apa yang Ibunya rencanakan.

"Pagi ini Boss mafia itu akan datang menjemputmu, dan kamu harus menggunakan gaun ini supaya kamu cantik." jelas Norma seolah-olah tahu apa yang sedang di pikirkan oleh putrinya saat ini. Lala tersenyum getir lantas membuang nafasnya dengan kasar.

"Jadi benar, Ibu menggunakanku untuk melunasi hutang Ayah?" tanya Lala dengan nada yang tinggi, ia benar-benar merasa marah saat ini. "Iya." jawaban singkat dan jelas dari Norma membuat Lala neneteskan air matanya kembali. Dengan paksa Norma memakaikan gaun putih itu ke tubuh Lala, Lala hanya bisa memberontak kecil sembari menangis sesegukan.

"Maaf kan Ibu sayang." tutur Norma setelah berhasil memakaikan gaun itu di tubuh langsing putrinya. "Ibu jahat!" maki Lala di sela-sela isakan tangisnya. Norma hanya bisa diam, ia sangat sadar, ia memang jahat dan bukan termasuk dalam kategori ibu yang baik. "Maaf." hanya satu kata itulah, yang bisa Norma katakan berulang kali kepada putri cantiknya.

Empat mobil mewah berhenti di halaman rumah keluarga Wijaya, Heru yang mendengar suara mobil lantas berjalan tertatih-tatih menuju ke arah halaman rumah. Di sana sudah ada Revan yang membawa banyak sekali anak buahnya. Revan berjalan dengan gagahnya ke arah Heru, di belakang Revan ada sekitar 10 body guard setianya.

"Di mana putrimu?" tanya Revan langsung pada intinya, ia tidak suka berbasa-basi. Susah bagi Heru untuk membuka mulutnya, pukulan beberapa body guard Revan kemarin masih terasa sakit. "Masuk ke dalam dan bawa gadisku sekarang!" perintah Revan pada ketiga body guardnya, Revan tahu bahwa Heru saat ini sedang kesulitan berbicara. Body guardnya dengan patuh langsung masuk ke dalam rumah Heru untuk menjemput Lala. "Mulai sekarang, kamu tidak ada hak atas putrimu, dia milikku. Tenang saja, aku akan membahagiakan putrimu dengan uangku." sombong Revan, Heru hanya diam sembari kepalanya ia anggukan, ia tak mau nyawanya dalam bahaya, walaupun ia harus bersikap egois, memberikan putri kesayangannya pada seseorang yang ia anggap tidak baik.

Tiga body guard Revan akhirnya keluar dengan membawa seorang gadis cantik dan juga anggun. Revan mematung di tempat, netranya mengamati penampilan gadis yang berada di hadapannya, sangat sederhana namun terkesan elegan dan juga anggun. Bahkan Revan merasa bahwa gadis bernama Lala itu lebih cantik dari pada yang ada di foto yang ia lihat kemarin. "Sempurna." komentar Revan pada Lala, Lala menatap Revan dengan tajam, sama sekali tak menyukai pria asing yang ada di depannya.

"Kenapa? Apa aku sangat tampan hingga kamu melihatku seperti itu?" tanya Revan dengan nada yang lembut, bahkan para body guard yang notabenenya sudah bekerja bertahun-tahun pada Revan saja sampai terkejut. Revan sebelumnya tak pernah bersikap manis pada seorang pun, bahkan dengan wanita yang pernah ia kencani sebelumnya. Lala adalah wanita pertama yang membuat Revan mengucapkan kalimat dengan nada yang lembut dan hangat.

"Tampan nenek lo jungkir?!" balas Lala dengan tak sopan, sontak ucapan Lala barusan membuat emosi Revan berubah, yang awalnya hangat kini telah memanas. Lala dan para body guard bahkan bisa merasakan aura kemarahan Revan dari sorot mata pria berusia 27 tahun itu yang sangatlah tajam.

"Seret dia ke mobil!" suruh Revan pada body guardnya dengan ekspresi wajah tampannya yang mendadak dingin, dengan paksa mereka menyeret tubuh Lala lantas memasukkannya ke dalam mobil, sempat beberapa kali Lala berontak dan mencoba kabur, namun semua apa yang di lakukan Lala itu hanya sia-sia, ia tak bisa melawan tiga orang body guard yang sedang menahan tangannya. Sedangkan Revan dan ke tujuh body guardnya masih berada di hadapan keluarga Wijaya. Norma, Heru dan Erik menangis sesegukan, melepaskan kepergian putrinya yang sangat mereka sayangi.

"Mulai sekarang hutangmu lunas. Dan aku memberikanmu sebuah apartemen mewah yang letaknya takn

jauh dari sini, aku juga akan memberikan kalian uang yang sangat banyak. Terima kasih, sudah memberikan putri cantikmu padaku." ucap Revan dengan dingin, menatap keluarga yang sedang bersedih itu tanpa rasa iba. Tangisan Norma semakin kencang saat mendengar teriakan Lala yang terus saja memanggilnya dengan keras.

"Bantu mereka untuk pindah hari ini." suruh Revan pada ke tujuh body guardnya yang lain, para pengawal setianya itu lantas mengangguk dengan cepat tanpa berani membantah semua yang Revan katakan. Dengan langkah panjangnya Revan berjalan ke arah mobil lantas masuk ke dalam mobil yang sama dengan Lala. Revan mengambil tempat duduk tepat di samping Lala, gadis itu kini tengah duduk manis sembari menutupi wajahnya menggunakan ke dua tangannya, suara isak tangis pun terdengar di gendang telinga Revan, itu adalah suara isak tangis Lala, gadis yang telah memiliki hatinya mulai saat ini.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ajeng Herawati
rame bangetttttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status