Share

5. Menikah?

Setelah melihat taxi yang di tumpangi Jacob menghilang karena membelok di sebuah tikungan, Lala bergegas menaruh sepeda kesayangannya di teras rumahnya. Mata Lala memicing heran saat melihat pintu rumahnya rusak parah, bahkan sampai pintunya hampir saja jatuh kalau saja tidak ada satu engsel yang masih menahannya. Lala berjalan masuk ke dalam rumah, kerutan di dahinya semakin kentara saat melihat kondisi ruang tamu rumah yang di sewa Ayahnya sangatlah berantakan, tak serapi biasanya. Lala dengan cepat lebih masuk ke dalam rumah, dan berhenti melangkah saat ia sudah berada di ruang makan, di mana sang Ibu, Ayahnya dan juga Erik saudaranya berada di sana. Lala lantas duduk di kursi yang biasanya menjadi tempat duduknya saat makan. Mata Lala terbelalak kaget saat ia melihat wajah Ayahnya bonyok, bahkan sekarang Heru lebih mirip dengan hantu yang ada di dalam film horror.

"Ayah kenapa?!" teriak Lala dengan panik sembari bangkit dari duduknya, berlari ke arah Ayah lantas menatap Ayahnya dengan tatapan kasihan.

"Ayah tidak papa," sahut Norma sembari menaruh nasi putih ke dalam empat piring untuk makan malam mereka. "Duduk Lala, kamu harus makan malam, setelah itu Ibu akan ceritakan semua yang terjadi pada Ayahmu." perintah Norma, Lala mengangguk patuh, ia lantas berjalan kembali ke arah tempat duduknya semula. Norma menyodorkan nasi putih beserta lauk pauknya untuk semua, dan akhirnya makan malam berjalan dalam kebisuan. Lala sama sekali tak menyentuh makanannya, ia tengah sibuk memperhatikan Ayahnya yang nampak sangat kesusahan saat memasukan dan mengunyah makanan, mengingat bahwa ke dua sudut bibirnya robek dan berdarah. Dengan kesal Lala meraih sendok yang berada di depannya, ia lantas membuang sendok tersebut ke arah tengah meja makan dengan kasar, membuat semua yang berada di ruang makan menghentikan aktifitas makannya dan menatap Lala yang sedang memasang ekspresi kesal sekaligus marah. Ia tidak rela dengan kondisi ayahnya yang seperti ini, Lala sangat yakin, bahwa Ayahnya adalah korban kekerasan. 

"Jelaskan sekarang ada apa dengan Ayah?!" kesal Lala, Norma menghembuskan nafasnya dengan kasar, bersiap untuk menjelaskan semuanya pada putri cantiknya. "Lintah darat itu kemari tadi sore, dan menghajar Ayahmu. Kita belum bisa membayar hutang kita beserta bunganya." jelas Norma sembari kepalanya ia tundukan ke bawah, menatap kosong ke arah piring berisi nasi dan lauk pauk jatah makan malamnya.

"Seharusnya Ayah tak perlu mengkuliahkan ku jika akhirnya seperti ini. Aku minta maaf Ayah, ini semua gara-gara Lala." ucap Lala dengan nada bersalahnya, Heru hanya bisa menggelengkan kepalanya, mulutnya terlalu sakit untuk ia gunakan berbicara. "Berapa semua hutang ayah? Aku akan memecahkan celenganku, semoga cukup ya," lirih Lala dengan wajah polosnya.

"800 juta." sahut Norma dengan pelan namun masih bisa di dengar oleh Lala. Seketika Lala menggebrak meja makan dengan sangat keras, ia benar-benar sangat terkejut dengan jawaban sang Ibu.

"800 juta?" ulang Lala untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar, Norma mengangguk, Lala menghembuskan nafasnya dengan berat, ia tak memiliki uang sebanyak itu.

Beberapa menit ruang makan menjadi sunyi, tak ada suara apa pun, hanya terdengar suara binatang malam yang sedang bersenandung di luar rumah. "Kakak tenang aja, hutang Ayah akan lunas kalo Kakak mau nikah sama boss mafia itu." celetuk Erik dengan sangat polosnya. Lala tersentak kaget, dan memandang adiknya dengan tatapan tak percaya. "Ibu udah setuju untuk menikahkanmu dengan mafia kejam itu. Besok mafia itu akan datang ke sini dan menjemputmu." sambung Erik tanpa beban. Lala menatap ke arah Ibunya, meminta penjelasan tentang apa yang baru saja di katakan Erik barusan.

"Begini, Ayah dan Ibu tidak punya pilihan lain sayang," Norma menghembuskan nafasnya dengan berat, jujur saja ia sama sekali tidak rela jika putri satu-satunya yang ia miliki menikah dengan pria yang tidak benar.

"Katakan bahwa yang di bilang Erik itu tidak benar!" pinta Lala, Norma lagi-lagi menghembuskan nafasnya dengan berat. 

"Sayang, maafkan Ayah dan Ibu, ini semua---" belum selesai Norma mengucapkan kalimatnya, Lala dengan cepat memotongnya. "Katakan bahwa yang di katakan Erik itu tidak benar!" paksa Lala dengan menekan setiap kata yang tadi ia ucapkan.

"Yang di katakan Erik itu benar." Norma mengatakan kalimat itu dengan cepat, air matanya dengan cepat langsung menetes begitu saja, ia mulai terisak.

"Ibu menggunakanku untuk membayar hutang?" lirih Lala dengan suara pelan namun masih bisa di dengar oleh Norma, Norma mengangguk pelan, melihat anggukan kepala dari sang Ibu, membuat Lala meneteskan air matanya lebih deras, membentuk sebuah sungai kecil di pipi mulusnya. "Kenapa Ibu lakukan ini padaku?" tanya Lala di sela-sela isakan tangisannya. Belum sempat Norma menjawab pertanyaan putrinya, Lala sudah bangkit dari duduknya dan berlari ke arah kamarnya, menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga menimbulkan suara yang nyaring. Di dalam kamar, Lala benar-benar menangis sejadi-jadinya. Baru saja beberapa menit yang lalu ia tertawa lepas bersama Jacob, dan sekarang ia menangis, bahkan saat ini ia merasakan rasa sesak di dadanya. Ia tak percaya bahwa Ayah dan Ibunya akan melakukan hal ini terhadapnya. Ini adalah hal terburuk yang pernah terjadi dalam hidupnya. 

"Lala sayang, buka pintunya." Norma berkali-kali mengetuk-ngetuk pintu kamar Lala, namun sama sekali tak di perdulikan oleh Lala, gadis cantik itu tengah menangis sembari memeluk lututnya, terduduk di sudut kamarnya sembari terisak. "Ibu dan Ayah minta maaf sayang, Ayah dan Ibu tidak punya pilihan lain. Maaf." lanjut Norma dengan suara parau, isakan tangisnya bahkan bisa di dengar langsung oleh Lala. Norma juga merasakan apa yang di rasakan Lala, ia tak rela putrinya di ambil begitu saja darinya, bagaimana pun dia adalah seorang ibu yang menyayangi putrinya. Namun ia sama sekali tak punya pilihan lain kecuali melakukan hal ini, kalau tadi ia tak menyetujui kesepakatan dari Revan sang boss mafia itu, maka Heru suaminya akan meninggal. Ia terpaksa, sangat terpaksa melakukan hal ini.

"Sayang, maaf, maaf, maaf, maaf." Norma terus saja mengucapkan kata Maaf berulang kali, ia tahu bahwa kata maaf saja tak akan bisa membuat putri kesayangannya itu memaafkannya. Namun ia tak punya cara lain atau pilihan lain, hanya kata maaf saja yang mampu ia ucapkan saat ini. Malam ini, semua anggota keluarga Wijaya tidak ada yang tidur dengan nyenyak, mereka hanya berbaring dengan beban pikiran yang sangat berat. Bahkan hampir semalaman Lala, Norma dan Heru tak tidur, mereka menangis malam itu. Meratapi nasib Lala yang akan menjauh darinya, sedangkan Lala sendiri, terus saja memikirkan dan juga terus membayangkan bagaimana hidupnya kalau dirinya tinggal bersama dengan boss mafia yang katanya kejam tersebut. Apakah hidupnya akan lebih sulit dari sebelumnya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status