Share

5. Menikah?

Penulis: Nur Laili
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-05 09:48:57

Setelah melihat taxi yang di tumpangi Jacob menghilang karena membelok di sebuah tikungan, Lala bergegas menaruh sepeda kesayangannya di teras rumahnya. Mata Lala memicing heran saat melihat pintu rumahnya rusak parah, bahkan sampai pintunya hampir saja jatuh kalau saja tidak ada satu engsel yang masih menahannya. Lala berjalan masuk ke dalam rumah, kerutan di dahinya semakin kentara saat melihat kondisi ruang tamu rumah yang di sewa Ayahnya sangatlah berantakan, tak serapi biasanya. Lala dengan cepat lebih masuk ke dalam rumah, dan berhenti melangkah saat ia sudah berada di ruang makan, di mana sang Ibu, Ayahnya dan juga Erik saudaranya berada di sana. Lala lantas duduk di kursi yang biasanya menjadi tempat duduknya saat makan. Mata Lala terbelalak kaget saat ia melihat wajah Ayahnya bonyok, bahkan sekarang Heru lebih mirip dengan hantu yang ada di dalam film horror.

"Ayah kenapa?!" teriak Lala dengan panik sembari bangkit dari duduknya, berlari ke arah Ayah lantas menatap Ayahnya dengan tatapan kasihan.

"Ayah tidak papa," sahut Norma sembari menaruh nasi putih ke dalam empat piring untuk makan malam mereka. "Duduk Lala, kamu harus makan malam, setelah itu Ibu akan ceritakan semua yang terjadi pada Ayahmu." perintah Norma, Lala mengangguk patuh, ia lantas berjalan kembali ke arah tempat duduknya semula. Norma menyodorkan nasi putih beserta lauk pauknya untuk semua, dan akhirnya makan malam berjalan dalam kebisuan. Lala sama sekali tak menyentuh makanannya, ia tengah sibuk memperhatikan Ayahnya yang nampak sangat kesusahan saat memasukan dan mengunyah makanan, mengingat bahwa ke dua sudut bibirnya robek dan berdarah. Dengan kesal Lala meraih sendok yang berada di depannya, ia lantas membuang sendok tersebut ke arah tengah meja makan dengan kasar, membuat semua yang berada di ruang makan menghentikan aktifitas makannya dan menatap Lala yang sedang memasang ekspresi kesal sekaligus marah. Ia tidak rela dengan kondisi ayahnya yang seperti ini, Lala sangat yakin, bahwa Ayahnya adalah korban kekerasan. 

"Jelaskan sekarang ada apa dengan Ayah?!" kesal Lala, Norma menghembuskan nafasnya dengan kasar, bersiap untuk menjelaskan semuanya pada putri cantiknya. "Lintah darat itu kemari tadi sore, dan menghajar Ayahmu. Kita belum bisa membayar hutang kita beserta bunganya." jelas Norma sembari kepalanya ia tundukan ke bawah, menatap kosong ke arah piring berisi nasi dan lauk pauk jatah makan malamnya.

"Seharusnya Ayah tak perlu mengkuliahkan ku jika akhirnya seperti ini. Aku minta maaf Ayah, ini semua gara-gara Lala." ucap Lala dengan nada bersalahnya, Heru hanya bisa menggelengkan kepalanya, mulutnya terlalu sakit untuk ia gunakan berbicara. "Berapa semua hutang ayah? Aku akan memecahkan celenganku, semoga cukup ya," lirih Lala dengan wajah polosnya.

"800 juta." sahut Norma dengan pelan namun masih bisa di dengar oleh Lala. Seketika Lala menggebrak meja makan dengan sangat keras, ia benar-benar sangat terkejut dengan jawaban sang Ibu.

"800 juta?" ulang Lala untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar, Norma mengangguk, Lala menghembuskan nafasnya dengan berat, ia tak memiliki uang sebanyak itu.

Beberapa menit ruang makan menjadi sunyi, tak ada suara apa pun, hanya terdengar suara binatang malam yang sedang bersenandung di luar rumah. "Kakak tenang aja, hutang Ayah akan lunas kalo Kakak mau nikah sama boss mafia itu." celetuk Erik dengan sangat polosnya. Lala tersentak kaget, dan memandang adiknya dengan tatapan tak percaya. "Ibu udah setuju untuk menikahkanmu dengan mafia kejam itu. Besok mafia itu akan datang ke sini dan menjemputmu." sambung Erik tanpa beban. Lala menatap ke arah Ibunya, meminta penjelasan tentang apa yang baru saja di katakan Erik barusan.

"Begini, Ayah dan Ibu tidak punya pilihan lain sayang," Norma menghembuskan nafasnya dengan berat, jujur saja ia sama sekali tidak rela jika putri satu-satunya yang ia miliki menikah dengan pria yang tidak benar.

"Katakan bahwa yang di bilang Erik itu tidak benar!" pinta Lala, Norma lagi-lagi menghembuskan nafasnya dengan berat. 

"Sayang, maafkan Ayah dan Ibu, ini semua---" belum selesai Norma mengucapkan kalimatnya, Lala dengan cepat memotongnya. "Katakan bahwa yang di katakan Erik itu tidak benar!" paksa Lala dengan menekan setiap kata yang tadi ia ucapkan.

"Yang di katakan Erik itu benar." Norma mengatakan kalimat itu dengan cepat, air matanya dengan cepat langsung menetes begitu saja, ia mulai terisak.

"Ibu menggunakanku untuk membayar hutang?" lirih Lala dengan suara pelan namun masih bisa di dengar oleh Norma, Norma mengangguk pelan, melihat anggukan kepala dari sang Ibu, membuat Lala meneteskan air matanya lebih deras, membentuk sebuah sungai kecil di pipi mulusnya. "Kenapa Ibu lakukan ini padaku?" tanya Lala di sela-sela isakan tangisannya. Belum sempat Norma menjawab pertanyaan putrinya, Lala sudah bangkit dari duduknya dan berlari ke arah kamarnya, menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga menimbulkan suara yang nyaring. Di dalam kamar, Lala benar-benar menangis sejadi-jadinya. Baru saja beberapa menit yang lalu ia tertawa lepas bersama Jacob, dan sekarang ia menangis, bahkan saat ini ia merasakan rasa sesak di dadanya. Ia tak percaya bahwa Ayah dan Ibunya akan melakukan hal ini terhadapnya. Ini adalah hal terburuk yang pernah terjadi dalam hidupnya. 

"Lala sayang, buka pintunya." Norma berkali-kali mengetuk-ngetuk pintu kamar Lala, namun sama sekali tak di perdulikan oleh Lala, gadis cantik itu tengah menangis sembari memeluk lututnya, terduduk di sudut kamarnya sembari terisak. "Ibu dan Ayah minta maaf sayang, Ayah dan Ibu tidak punya pilihan lain. Maaf." lanjut Norma dengan suara parau, isakan tangisnya bahkan bisa di dengar langsung oleh Lala. Norma juga merasakan apa yang di rasakan Lala, ia tak rela putrinya di ambil begitu saja darinya, bagaimana pun dia adalah seorang ibu yang menyayangi putrinya. Namun ia sama sekali tak punya pilihan lain kecuali melakukan hal ini, kalau tadi ia tak menyetujui kesepakatan dari Revan sang boss mafia itu, maka Heru suaminya akan meninggal. Ia terpaksa, sangat terpaksa melakukan hal ini.

"Sayang, maaf, maaf, maaf, maaf." Norma terus saja mengucapkan kata Maaf berulang kali, ia tahu bahwa kata maaf saja tak akan bisa membuat putri kesayangannya itu memaafkannya. Namun ia tak punya cara lain atau pilihan lain, hanya kata maaf saja yang mampu ia ucapkan saat ini. Malam ini, semua anggota keluarga Wijaya tidak ada yang tidur dengan nyenyak, mereka hanya berbaring dengan beban pikiran yang sangat berat. Bahkan hampir semalaman Lala, Norma dan Heru tak tidur, mereka menangis malam itu. Meratapi nasib Lala yang akan menjauh darinya, sedangkan Lala sendiri, terus saja memikirkan dan juga terus membayangkan bagaimana hidupnya kalau dirinya tinggal bersama dengan boss mafia yang katanya kejam tersebut. Apakah hidupnya akan lebih sulit dari sebelumnya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   36. Happy Ending

    Revan berlari tergesa-gesa di sebuah lorong rumah sakit, rambutnya naik turun akibat derap langkahnya yang yang kencang. Bulir bulir keringat membasahi area keningnya. Revan sekarang sudah jauh lebih dewasa, menjadi ayah dari seorang putri yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Usia Becca saat ini sudah menginjak sepuluh tahun, dan hari ini Revan akan kedatangan anggota keluarga baru, Lala saat ini sedang berada di rumah sakit untuk melahirkan buah cintanya dengan Revan yang kedua.Revan menghentikan langkahnya saat ia melihat putrinya, Becca sedang duduk di sebuah kursi samping pintu sebuah kamar. Di sana juga ada Erik dan Norma yang sedang menunggu. Sedangkan Heru sedang mengurus pabrik makanan ringan yang di rintis Revan dengannya. Pabrik yang awalnya rumahan dan kecil, sekarang sudah berubah menjadi pabrik besar dengan mesin mesin canggih yang memproses pembuatan makanan ringan. Bisa di bilang sekarang Revan mendapatkan kesuksesannya kembali. Keluarga mereka juga t

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   35. Rebecca

    Tangan Revan terulur menghapus air mata Lala yang terus mengalir dengan derasnya. Putri kecilnya juga ikut menangis saat melihat Lala menangis."Ssstt.... Kan buat putri kecil kita juga menangis." ujar Revan dan Lala langsung menghentikan tangisnya lalu menimang bayi kecilnya."Siapa namanya?" tanya Lala dan Revan menggaruk kepalanya yang tiba tiba terasa gatal. Ia tahu pasti bahwa Lala akan memukulnya lagi jika dia beri tahu bahwa putri mereka belum ia beri nama."Siapa namanya?" Lala mengulangi pertanyaannya sembari menatap Revan."Dia belum kuberi nama," jawab Revan.Lala memukuli kepala Revan dengan membabi buta, matanya menatap tajam ke arah sang suami yang sedang mengelus kepalanya yang terasa sakit akibat pukulannya."Dasar ayah tidak waras!" maki Lala dan Revan memasang jengkelnya."Apa? Mau marah?" ujar Lala sembari memberi tatapan devil pada sang suami."Aku menunggumu sadar, Kalo aku kasih nama terus kamunya gak suka gimana? Kamu marah sama aku." tutur Revan dan Lala

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   34. Bayi Kuat

    Revan berjalan santai di lorong rumah sakit, dalam gendongannya saat ini ada bayi kecilnya, kaki-kaki mungil bayi itu terus saja bergerak ke udara dalam gendongan Revan. Tangan mungil bayi itu terus saja memukul mukul rahang Revan dengan keras. Senyum bayi itu terus mengembang saat melihat sang ayah terkekeh akibat perbuatannya. Tangan kanan Revan menenteng sebuah tas bayi dengan isi perlengkapan milik putri lucunya.Usia bayi mungil Revan saat ini sudah berusia 2 bulan, berarti sudah 2 bulan juga Lala terbaring koma. Selama 2 bulan itu juga Revan selalu menjaga putri kecilnya yang hingga saat ini ia belum beri nama.Semua anggota keluarga terus memaksa Revan agar memberi nama bayi itu, namun Revan selalu menolaknya, ia akan memberi nama putri kecilnya saat Lala sudah sadar. Revan sangat yakin bahwa Lala akan sadar dari koma, ia benar benar sangat yakin dengan hal itu.Dan mengenai Jacob, Jessica dan si penghianat Max, mereka ada dalam pengawasan Endy. Endy mengurung ke tiga oran

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   33. Koma

    Jari jari Revan bergerak secara perlahan, mata yang menutup selama satu minggu kini sudah mulai terbuka, Revan mengerjap ngerjapkan matanya berkali kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.Aroma obat obatnya menyeruak indra penciumannya, orang yang pertama Revan lihat adalah Endy-sang ayah."Syukurlah kau sudah sadar," ucap Endy sembari tersenyum manis ke arah Revan.Pandangan Revan mengedar ke penjuru ruangan yang ia yakini sebagai rumah sakit, ia mencari-cari sesosok yang sudah membuatnya jatuh hati sekaligus jatuh cinta."Di mana Lala?" tanya Revan terdengar seperti sebuah bisikan karena dia benar benar masih lemas. Namun begitu, Endy masih bisa mendengarnya."Lala di rawat di ruangan lain," jelas Endy dan membuat mata Revan melebar."Lala terluka?" tanya Revan dengan ekspresi yang sangat khawatir dan juga cemas."Setelah kamu di tusuk oleh Jacob, Jessica menikam perut Lala," jelas Endy yang membuat Revan mengepalkan tangannya dengan rapat, rahangny

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   32. Konspirasi

    Bulan demi bulan di lewati oleh Lala dan juga Revan, kehidupan rumah tangga mereka selama 8 bulan ini sangat baik, tak ada pengganggu atau masalah besar yang mereka hadapi selama 8 bulan terakhir ini setelah kejadian penyerangan waktu itu. Hanya terkadang ada saja masalah kecil yang mereka hadapi, namun mereka masih bisa menyelesaikannya.Usia kandungan Lala sudah memasuki usia 8 bulan, perut rata Lala kini sudah membesar, emosinya juga kadang meledak dan sang suami Revan lah yang menjadi sasaran amukannya.Sekarang Lala sedang berada di balkon kamarnya sendirian, menikmati semilir angin yang menerpa kulit wajahnya, sangat sejuk. Tak lupa Lala juga mengelus perutnya yang membesar karena ada dua jabang bayi yang ada di dalam.Sikap pengecut Lala yang tak berani mengungkapkan perasaan cintanya pada Revan masih membuat Revan berfikir bahwa Lala belum mencintainya. Namun di hati Lala, nama Revan sudah terukir sangat indah di hatinya.Mata Lala memincing saat ia melihat ada seseorang y

  • Terjebak Gairah Sang Mafia   31. Selamat

    Jari-jemari Revan bergerak sedikit demi sedikit, Max yang tengah berdiri di samping ranjang tempat di mana Revan berbaring langsung bergerak mendekat dan melihat bagaimana kondisi sang majikan. Perlahan ke dua mata Revan terbuka, baru saja ia membuka matanya sebentar, ia kembali menutupnya kembali saat cahaya lampu kamar rumah sakit menyambutnya dengan silau. Al hasil ia harus mengerjakan ke dua matanya beberapa kali agar terbiasa dengan cahaya lampu yang masuk ke dalam retina matanya."Tuan sudah sadar? Aku akan panggilkan dokter." Ucap Max lalu hendak bergegas keluar dari kamar, namun belum sempat Max melangkah, lengannya sudah di tahan oleh Revan lalu memberikan sebuah isyarat agar ia tidak perlu memanggilkan dokter dengan cara menggelengkan kepalanya pelan."Di mana Lala?" Tanya Revan dengan lemah saat teringat pada sang istri, terakhir kali ia melihat Lala wanita yang sangat amat ia cintai tersebut dalam kondisi pendarahan. Mungkin itu efek karena ia jatuh saat menggendong Lala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status