“Albert?” gumam Mateo terkejut saat melirik lewat kaca spion.
Dia langsung mengenal mobil yang sedang membunyikan klakson dengan sangat nyaring itu.
“Dari mana kamu mengenal Albert?” tanya Chloe dengan mata membelalak.
“Nanti aku ceritakan, sekarang kita balap-balapan dulu dengannya.”
Mateo menyeringai kejam. Walaupun dia tidak mengerti dengan maksud Albert membunyikan klakson, tapi Mateo tidak bisa melupakan senyum sinis Albert semalam, saat mereka merayakan kesuksesannya.
Mobil Mateo dan Albert terus melaju dengan kecepatan mematikan, menimbulkan suara gemuruh yang menggetarkan jalanan kota.
Kini mobil Albert berada tepat di belakang mobil Mateo. Jika Mateo menginjak rem saat itu, pasti akan terjadi kecelakaan maut yang tak bisa dihindarkan.
“Kamu gila! Hentikan mobilnya! Aaaaa!!”
Chloe menjerit ketakutan dan menatap jalanan dengan wajah ngeri ketika Mateo menginjak pedal gas lebih dalam lagi.
Kecepatan mobil bertambah dan sudah di luar batas kecepatan mengemudi. Terdengar decitan ban mobil dan aspal yang saling bergesekan. Itu sangat menakutkan.
“Aku mohon, aku belum mau mati. Jangan bunuh aku lewat kecelakaan ini, please!”
Mateo tersenyum sadis.
“Tenang saja. Kita tidak akan mati hari ini, Nona.”
Walaupun mobil itu melaju dengan kencang sekencang debaran jantung Chloe yang duduk dengan tegang di samping pria itu, Mateo terlihat begitu tenang.
Wajah bengisnya benar-benar menikmati adegan balap-balapan di mana pemeran utamanya adalah dirinya sendiri.
“Kurangi kecepatannya!!!” teriak Chloe frustasi.
“Sorry, Nona. Duduklah dengan manis dan berhentilah berteriak.”
Chloe hanya bisa membelalakkan mata indahnya kepada Mateo yang sudah semakin menggila.
‘Apakah dia sudah benar-benar gila sekarang? Manusia seperti apa yang bisa duduk manis dan diam saat mobil yang ditumpanginya melaju dengan kencang?’
Albert yang berada di belakang mobil Mateo terlihat mulai ketinggalan. Dengan penuh amarah dia menambah kecepatan mobilnya. Pedal gas mobilnya sudah hampir diijak penuh olehnya. Matanya terus memandang ke depan dengan penuh tekad.
“Brengsek! Kenapa si Chloe bisa satu mobil dengan Mateo? Atau jangan-jangan?”
Albert menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha membuang kemungkinan buruk yang sudah terjadi. Ekspresi murka terpancar dari wajahnya.
"Aku harus menghentikan mereka dan memberi pelajaran kepada Mateo. Berani-beraninya dia bersama Chloeku."
Rasa cemburu yang membakar hati Albert membuatnya semakin menaikkan kecepatan mobilnya.
“Are you okay?” tanya Mateo yang menyadari Chloe yang terduduk dengan kedua tangan memegang erat hand grip di dekat pintu. Buku-buku jari Chloe sampai memutih karena dia mencengkram benda itu.
“Jawaban apa yang kamu inginkan dariku saat ini? Apakah kau ingin aku menjawab bahwa aku baik-baik saja?” balas Chloe sarkas.
Dia benar-benar tidak mengerti kenapa kedua pria itu seperti kesetanan.
Mateo tidak menjawab. Pandangannya tajam ke depan menelusuri setiap tikungan tajam yang mereka lewati. Dia menambah kecepatan mobilnya dengan berani tapi penuh perhitungan.
Di belakang mereka, Albert terus mengejar dengan kecepatan yang tinggi.
Tak lama kemudian Albert berhasil mengejar mobil Mateo. Dengan sengaja dia menyerempet mobil itu dari arah samping sehingga membuat mobil Mateo oleng. Namun, dengan cepat Mateo menguasai kembali setir mobil sehingga mobilnya kembali memasuki jalan utama.
Melihat Mateo yang belum menyerah membuat Albert membuka kaca mobilnya.
“Hentikan mobil kamu sekarang juga!!!” teriaknya dengan kencang.
Chloe menatap Albert seperti melihat hantu. Dia bukan takut kepada Albert, tapi dia takut kalau hari ini adalah hari terakhirnya di dunia yang fana ini.
“Chloe, suruh pria itu untuk berhenti sekarang juga!!!” perintah Albert dengan wajah memerah. Hatinya gusar melihat calon istrinya semobil dengan musuh bebuyutannya.
‘Hmm, jadi nama gadis ini Chloe?’ pikir Mateo sebentar.
Suara mesin mobil yang melengking dan deru angin yang memecah heningnya suasana sekitar menjadi latar belakang dari balapan mobil Mateo dan Albert yang semakin intens.
“Brengsek, dia benar-benar cari mati hari ini,” geram Albert sambil mencengkram setir mobilnya dengan kencang.
Hatinya semakin gusar karena Chloe dan Albert tidak memperdulikan perintahnya. Albert lalu menginjak gas lebih dalam lagi dan menabrak kembali sisi mobil Mateo.
“Aaaaa!” jerit Chloe ketakutan. Jantungnya dibuat naik turun seperti roller coaster hari ini.
“Kurang ajar!” maki Mateo geram.
Dia sempat kehilangan kontrol dan menyingkir ke samping, dan dengan lihai dan cerdas Mateo mengambil kesempatan itu untuk menurunkan kecepatan mobilnya sehingga mobil Albert melaju di depannya.
Kenapa Mateo melakukan hal itu? Karena dia melihat di depannya ada kamera box yang sedang merekam angka kecepatan setiap mobil yang lewat.
Albert tidak melihat kamera itu karena dia terlalu sibuk untuk mengalahkan Mateo, dan ada rasa takut akan kehilangan Chloe.
Chloe menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Napas gadis itu tersengal-sengal. Dia lebih baik disuruh masak berjam-jam dari pada duduk di samping pria gila yang sedang bermain-main dengan nyawanya.
“Kena jebakan kau!” seru Mateo dengan suara bass-nya.
Mobil Albert melaju di depan tanpa bisa mengurangi kecepatan lagi, karena kalau dia melakukan hal itu, maka akan terjadi kecelakan fatal yang beruntun.
Tak lama kemudian terdengar raungan sirene. Mateo segera menepi di pinggir dan memberikan jalan kepada mobil polisi untuk mengejar mobil Albert. Plat nomor mobil milik Albert telah tertangkap kamera sehingga polisi langsung mengejarnya.
Tindakan Albert dianggap telah mengancam keselamatan para pengemudi lain di jalanan.
Mateo memutar setir dan mengambil jalur kiri. Dia melihat sebuah pom bensin di depannya. Dengan sigap dia memasuki area itu dan memarkir mobilnya di sana.
Dengan tajam dia menatap Chloe.
“Sekarang kita bisa bicara, Nona. Apa hubunganmu dengan pria itu?”
Bersambung….
"Kecepatan adalah teman setia, tetapi ketepatan adalah kekuatan sejati." - Mateo Ryder -
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat