Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 129 : Calon Istri Baru Untuk Denver?

Share

Bab 129 : Calon Istri Baru Untuk Denver?

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-01-29 19:25:58
"Melihat anakku dan Dewi. Mama tunggu saja di sini,” pamit Denver sembari menahan nyeri pada pinggang dan menyeret kaki yang terasa berat.

Sayang, semesta seakan tidak memihak padanya. Rasa lembab pada sisi perut membuatnya meraba bagian tersebut. Saat tangannya kembali ke depan matanya, noda merah yang melekat di sana membuat rahang pria itu mengatup kuat.

“Lihat ‘kan, kamu terlalu memaksakan diri!” cecar Dwyne dengan tatapan tajam.

Tanpa menunggu Denver membantah, wanita itu langsung merangkul putranya, menyeretnya kembali ke ranjang.

“Tolong pastikan tidak ada infeksi apa pun,” titah wanita itu kepada tim medis yang segera bergerak.

Dengan berat hati, Denver kembali berbaring, membiarkan dokter menangani lukanya. Namun, keinginan Denver untuk bertemu Dewi dan putranya tidak surut sedikit pun.

Pandangan pria itu bergerak ke arah Ruslan yang berdiri kaku di sudut ruangan. Dengan gerakan halus, Denver mengisyaratkan sesuatu padanya. Ruslan mengangguk paham dan segera melesat keluar.

“B
NACL

Semoga bayi mereka sehat-sehat aja ya T.T

| 8
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 130 : Godaan Dokter Tampan

    Seketika napas Dewi tersengal, tubuhnya membeku dengan air mata yang kembali membasahi pipi. Sungguh, dia belum siap menerima kenyataan pahit dari informasi perawat itu.Bahkan kini tubuh mungilnya bergetar hebat, seolah jiwa gadis itu berusaha menolak apa pun yang akan dikatakan selanjutnya. Dada Dewi terasa sesak, seakan seluruh udara di lorong ini menghilang.“A—anakku … apa yang terjadi padanya?” lirihnya dengan suara serak.Denver berdiri di sampingnya, dengan rahang mengeras, dan detak jantung berpacu tidak karuan. Tangan pria itu secara refleks menggenggam pegangan kursi roda Dewi lebih erat, seolah memberi kekuatan untuk menahan tubuhnya yang tiba-tiba melemah.“Katakan!” titah Denver dengan suara tegar, tetapi dalam hatinya, dia merasakan kepanikan luar biasa.Sama halnya dengan Darius dan Astuti yang menegang di belakang mereka.Perawat itu menelan ludah gugup, melihat reaksi orang tua bayi yang kini menatapnya penuh harap dan ketakutan. “Bayi Anda … mengalami demam dan menol

    Last Updated : 2025-01-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 131: Kesepakatan Menyakitkan

    “Ternyata uang lebih penting bagimu daripada menjadi istriku, ya?” Denver mencolek puncak hidung mungil Dewi yang mancung. Membuat pemiliknya menggeliat dan menepis tangan itu dalam tidur.Bukannya menjauh, justru Denver makin menggeser tubuhnya dekat dengan Dewi. Padahal pinggang pria itu tidak boleh terkena gesekan dan sentuhan, tetapi dia nekat.Bahkan Denver mencuri ciuman di bibir merah muda gadis itu.Dia ingin melumatnya, tetapi suara pintu yang terbuka membuatnya pura-pura tidur.Ya, semalaman dua insan itu berbagi ranjang pasien. Meskipun Dewi menolak, Denver tidak memedulikan dan bersikeras tidur di sini. Termasuk melawan sang mama yang tadi malam menjemputnya ke kamar ini.Itu sungguh memalukan bagi Denver. Dia bukan lagi anak TK, tetapi Dwyne memperlakukannya bagai bocah ingusan.“Ternyata mereka masih tidur,” bisik seseorang sambil menaruh satu bungkus makanan di atas meja.Denver membuka sedikit matanya, lalu menatap Dewi yang perlahan menggeliat. Dia menahan senyum karen

    Last Updated : 2025-01-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 132: Di Mana Anakku?!

    Tubuh Dewi tersentak, matanya membelalak lebar. Napasnya memburu dan dadanya naik turun dengan cepat. Keringat dingin mengalir di pelipis, tangan ramping gadis itu gemetar saat meraba kasur di sampingnya. Tidak ada!"Anakku!" pekiknya dengan suara tercekat.Sebelum kepanikannya makin memuncak, sepasang tangan hangat menggenggam jemarinya dengan erat."Sayang, tenang. Aku di sini," bisik suara itu, "kamu mimpi buruk lagi?"Dewi menggigit bibir, matanya kembali berkaca-kaca. Dia menoleh ke samping dan berujar dengan napas tersengal, "Dokter … aku mimpi … seseorang mengambil anak kita, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa."Mendengar pernyataan itu, Denver langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu bersandar di dada bidangnya."Tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil anak kita," bisik pria itu di atas kepala Dewi.Dewi terdiam sesaat dalam dekapan hangat itu, mendengar detak jantung Denver yang stabil. Rasanya … begitu menenangkan."Aku … takut

    Last Updated : 2025-01-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 133: Tidak Ingin Jadi Istrimu!

    "Kamu yakin mau pergi sendirian? Ibu bisa minta tolong Rani antar kamu, Wi," tutur Astuti menatap cemas pada Dewi.Sedangkan yang ditatap justru berusaha tegar dan tenang. Jemarinya mengusap lembut bahu Astuti sebelum beralih mendekati ranjang bayi, tempat putranya terlelap nyaman dan hangat. Setelah mandi dan minum susu, bayi mungil itu tidur lagi."Mama berangkat dulu, ya, Sayang. Baik-baik sama Nenek." Jemari Dewi mengelus pipi lembut bayinya. Ada rasa syukur karena bisa melihat makhluk mungil itu lagi di pagi ini."Bu, titip anakku, ya," ujarnya pada Astuti yang membalas dengan anggukan penuh pengertian.Dewi meninggalkan apartemen dengan langkah mantap. Namun, makin dekat ke rumah tahanan, napasnya terasa berat. Hatinya berdebar, bukan karena rindu, melainkan karena ketakutan yang tak terhindarkan.Ini kali pertama dia bertemu Bima setelah semuanya berubah. Statusnya masih sebagai istri pria itu, tetapi hati dan jiwanya sudah lama ingin bebas.Saat keduanya duduk berhadapan, Bima

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 134 : Kepedihan Lalu

    "Kenapa kamu melamun?"Suara berat itu mengempaskan lamunan Dewi tentang Bima. Dia mengerjap, lalu menoleh ke arah Denver yang tengah menatapnya dalam-dalam. Seolah pria itu bisa membaca isi hatinya hanya dengan sekali pandang.Dewi membuka bibir, tetapi tidak ada suara yang keluar. Bahkan bukan tentang Bima, tetapi lebih ke perasaan aneh yang bergemuruh dalam dada setiap kali Denver menatapnya seperti ini."Apa yang dia katakan?" Suara Denver lebih rendah sekarang, juga menekan. "Dia mengancammu, hmm? Bilang padaku, Dewi," desaknya.Dewi tersentak dan buru-buru menggeleng. "Oh … bukan apa-apa."Dia tersenyum canggung, mencoba meraih bayi dari gendongan Denver. Namun, alih-alih menyerahkannya, pria itu malah menggeser tangan ke belakang, membuat posisi bayi makin jauh.Dewi hampir kehilangan keseimbangan dan tanpa sadar tangannya bertumpu pada dada bidang pria itu.Kedekatan ini … terlalu berbahaya."Kamu tahu ini terlalu dekat, bukan?" bisik Denver, suaranya serak dan napasnya mengha

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 135: Dia Menghilang

    Setelah makan malam singkat dengan latar sedikit romantis, tetapi berujung berbagi kesedihan, Denver menggendong putra kecilnya dan memberikan bayi itu botol susu."Kalau sudah besar nanti, Papa harap kamu jadi seorang dokter, terserah mau ambil spesialis apa pun," kata Denver sambil menatap dalam mata jernih putranya, yang bibirnya kuat menyedot susu dari botol.Interaksi itu membuat hati Dewi menghangat. Pemandangan ini seperti impian yang sejak lama dia harapkan.Ini terlalu indah jika harus berakhir. Dia ingin membangun rumah tangga bahagia bersama pasangannya. Tentu saja, awalnya dia mengira pria itu adalah Bima.Tangan Dewi yang sedang melipat pakaian bayi terhenti saat air matanya mengalir tanpa bisa dia cegah. Dia buru-buru menyekanya sebelum Denver menyadari."Kenapa harus jadi dokter seperti Papanya? Bukankah bagus kalau dia menentukan sendiri?" timpal Dewi dengan dagu terangkat, membuat Denver menatap dengan intens."Tentunya anakku itu harus banyak menolong orang-orang, Dew

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 136: Siapa Dia?

    “Ada apa, Nak?” tanya Astuti yang turun dari mobil sambil menggendong tas. Wanita paruh baya itu mengikuti arah pandang Dewi.Sekilas tidak ada apa pun di sana, selain seseorang yang berdiri memandang arah mereka. Astuti menoleh pada Dewi.“Kamu kenal Bapak itu, Wi? Kok, lihat kita terus,” bisik Astuti yang kemudian melindungi tubuh Dewi agar tidak dipandangi pria di depan pintu itu.Dewi merasakan desir aneh di dadanya. Ada yang tidak biasa dengan cara pria itu menatapnya—tajam, tetapi bukan dengan kebencian seperti yang biasa dia terima dari orang-orang yang menghakiminya. Seolah pria itu mengenalnya, seolah dia … mencari sesuatu dalam dirinya.Seketika Dewi menyentuh dadanya, mencoba menenangkan degupan jantung yang mulai tidak beraturan. Namun, meski tubuhnya terus bergerak ke depan, pikiran gadis itu tertinggal di sana—bersama tatapan pria misterius itu.“Dewi, kamu sudah datang?”Suara berat Denver terdengar di dekat telinga Dewi, sebelum tangan besar pria itu dengan usil mencubi

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 137: Sampai Kapan Harus Begini?

    ‘Bapak itu … kenapa tatapannya terasa tidak asing? Apa … sebelumnya kami pernah bertemu?’ batin Dewi.Perasaan itu menggelitik dada Dewi, seperti ada sesuatu yang belum dia sadari sepenuhnya. Gadis itu mencoba mengingat, tetapi tidak satu pun memori tentang pria itu muncul di benaknya.“Sayang … kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Denver dengan tangan refleks menyentuh pergelangan tangan Dewi, memeriksa denyut nadi gadis itu. “Ini salahku, seharusnya kamu tidak perlu bertemu Mama,” tegas Denver.Dewi mendongak, menatap Denver yang berdiri di sampingnya. Dia menggeleng, lalu berusaha tersenyum, meskipun kaku dan tidak mendengar jelas apa yang diucapkan oleh Denver.“Minumlah. Konon katanya cokelat ini bisa bikin mood kamu membaik,” kata Denver menyodorkan secangkir cokelat dengan bentuk cokelat padat di bagian atasnya.Mata sipit Dewi makin menyipit menatap cangkir di hadapannya. Ini pertama kali dia minum cokelat dengan bentuk agak unik. Namun, dia ingat sedang duduk di Ta&Ma Café mili

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : BIDADARI CANTIK DI ATAS CATWALK

    Siang itu, butik kecil bernuansa pastel milik Diana tampak tenang. Tirai tipis bergoyang lembut tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di sudut ruangan, Diana sedang memeriksa detail bordiran pada salah satu gaun yang akan digunakan untuk pemotretan pernikahan besok. Jemarinya bergerak perlahan, matanya fokus, dengan senyum yang tetap lembut.“Cantik banget, Diana .…” Suara wanita dari pintu membuat Diana menoleh.“Tante Rani!” seru Diana pelan, senyumnya makin mengembang. Dia segera bangkit dan memeluk teman mamanya itu.Maharani tertawa kecil, lalu menunjuk gaun di tangan Diana. “Kalau kamu yang pakai, pasti tambah sempurna. Sumpah, waktu lihat kamu di catwalk bulan lalu … Tante sampai mikir, ini manusia apa bidadari, sih?”Diana mengerucutkan bibirnya merahnya, lalu menepuk lengan Maharani dengan. “Berlebihan banget, Tante. Tapi makasih, ya. Aduh, jadi malu.”Mereka duduk di sofa mungil dekat jendela. Maharani membuka kotak kecil berisi bros handmade yang ingin dia titipkan di b

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : DOKTER BEDAHKU TAMPAN

    “Dokter, bolehkah kami berfoto bersama sebelum operasi?”Dashel menoleh dengan senyum khasnya. Wajahnya yang sebagian tertutup masker dan sorot mata yang tajam membuat beberapa perawat tak kuasa menyembunyikan rona merah di pipi mereka.“Boleh saja,” jawab pria itu santai sambil mengangkat dua jari ke arah kamera. “Asalkan jangan sampai pasiennya menunggu terlalu lama. Bisa-bisa dia memutuskan kabur.”Si paling usil dari keluarga Denver, kini telah menjelma menjadi salah satu dokter bedah muda yang paling diidolakan di rumah sakit. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis di Johns Hopkins University, sebuah institusi kedokteran bergengsi, Dashel—yang akrab disapa Dash—kembali ke Indonesia membawa pulang segudang prestasi serta rasa percaya diri yang tak terbendung.Akan tetapi, sesungguhnya transformasi Dash bukan hanya terlihat dari gelar dan jas putih yang kini melekat di tubuh atletisnya. Di ruang operasi, dia menjadi sosok yang sangat berbeda dari kesehariannya. Dash selalu se

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : SI PRESIDIR YANG NYEBELIN

    Pukul tujuh pagi, lantai tertinggi gedung J&B Pharmacy sudah dipenuhi staf yang pucat pasi. Mereka berlarian, merapikan berkas, menyusun slide, mengecek statistik berkali-kali. Hal ini karena ada yang menakutkan, Akashan Draven Bradley mulai menjadi presdir. "Dia sudah di ruang rapat?" bisik salah satu staf. "Sudah. Dari jam enam empat puluh," jawab yang lain pelan, seakan menyebut nama Draven terlalu keras bisa bikin dicoret dari daftar gaji. Di ruang rapat, suasana membeku. Draven duduk di ujung meja panjang, mengenakan jas hitam pekat, dasinya lurus, rambutnya klimis tak bergerak. Tatapannya setajam pisau bedah. “Proyeksi penjualan kalian di kuartal ini ... menyedihkan,” kata Draven sambil menatap grafik. Salah satu kepala divisi mencoba menjelaskan, “Kami mengalami hambatan distribusi karena banjir—” “Jadi kamu biarkan masyarakat tidak dapat obat hanya karena hujan?” Suaranya datar dan dingin. “Kamu kerja untuk perusahaan farmasi. Kalau distribusimu kalah sama cuaca, sebaikn

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : KALAU DIRGA JADI DOKTER

    "Jangan pernah bilang menjadi dokter itu mudah."Kalimat itu terngiang di kepala Dirga sejak pagi buta. Entah mengapa, hari ini dia mengenakan jas putih dan berdiri di depan rumah sakit milik ayahnya—bukan sebagai anak pemilik, melainkan sebagai dokter baru.Ya, entah mimpi apa yang menghampirinya semalam. Dirga, si paling anti bau rumah sakit, kini resmi bertugas sebagai residen di Poli Anak.“Dokter Dirga, pasien pertama sudah menunggu di dalam,” ujar seorang perawat sambil tersenyum manis.Dirga mengangguk, mencoba tampak tegar. Namun, tangannya gemetar saat membuka pintu ruang periksa.Di sanalah bencana pertama dimulai.“Aku tidak mau disuntik!!” jerit seorang bocah lima tahun sambil melempar botol minum ke arah wajah Dirga.“Tenang … Dokter tidak gigit, sungguh.”Seketika boneka putih mendarat keras tepat di antara alisnya.Hari pertama, tiga pasien anak menangis, satu muntah di pangkuannya, dan satu lagi kabur lewat jendela kecil.Sesampainya di rumah, Dirga duduk lemas di meja

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 338 : Kehidupan Bahagia 6 D

    12 Tahun Kemudian"Berisik banget sih! Bisa nggak sekali aja nggak nangis?" teriak Draven dari ambang pintu kamarnya.Anak laki-laki berusia 13 tahun itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kesal. Dia mendelik ke arah Diana—adik perempuannya—yang lagi sesenggukan di tengah lorong lantai dua.Diana, dengan mata berkaca-kaca, mendongak marah. "Bukan bantu aku, malah ngomel! Huh!" serunya sambil mengusap kasar air mata."Bantu apa? Kamu tuh cengeng!" balas Draven sengit.“Dash ambil cokelatku lagi, padahal sisa sedikit tahu!” lontar Diana dengan bibir merah mudanya.Sebelum pertengkaran makin memanas, suara pintu kamar terbuka terdengar dari sisi lainnya. Seketika Diana berlari ke arah sumber suara, meninggalkan Draven yang masih berwajah masam.Diana berdiri tepat di depan seorang remaja laki-laki yang baru saja keluar dari kamar. Rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam.“Kak Dirga,” rajuk Diana, sambil menerjang ke pelukan kakaknya.Dirga telah tumbuh menjadi pemuda tampan berus

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 337 : Mimpi yang Terwujud

    Satu Tahun Kemudian--Birmingham, InggrisUdara musim semi yang sejuk menyapa kota Birmingham saat mobil yang dikemudikan Darius melaju pelan memasuki area Rumah Sakit JB. Di sebelahnya, Maharani menatap keluar jendela dengan kening berkerut."Kenapa ke rumah sakit?" tanyanya heran, sambil merapikan pakaiannya.Darius hanya tersenyum tipis, tidak menjawab.Maharani makin bingung. "Kita mau sakit? Atau mau jenguk seseorang?"Darius menggeleng pelan, tetap dengan ekspresi datarnya yang membuat Maharani makin penasaran."Darius ... ada apa sebenarnya?" tanya Maharani lagi, sedikit merajuk."Ikut saja dulu," sahut Darius tenang, sambil menggandeng tangan istrinya.Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit yang bersih dan wangi. Sesekali Maharani melirik ke kanan dan kiri, mencoba mencari petunjuk apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya mereka tiba di sebuah poli, dan seorang dokter bule menyambut dengan ramah."Good afternoon, Mr. and Mrs. Darmawan," sapa dokter itu.Maharani yang masih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 336 : Aku Pusing, Ma, Pa

    "Waaa! Waaah!" Dirga panik bukan main saat mendengar tangisan nyaring menggema dari boks bayi di ruang keluarga. Dia buru-buru mengintip ke sumber suara yang mengganggu acara televisi kesukaannya. "Dash jangan nangis dong ... Kamu ‘kan udah minum susu tadi," bujuk Dirga sambil mengelus pipi sang adik dengan tangan kecilnya. Belum sempat Dashel tenang, tangisan lain menyusul. Dirga nyaris melompat kaget. "Aduh, Di ... jangan ikut-ikutan, ya," keluhnya. Sambil setengah berjongkok, Dirga mengambil botol susu yang tadi diletakkan pengasuh di meja dekat boks, mencoba menyerahkannya pada Diana. Dirga menoleh dengan wajah bingung, kedua tangannya sudah sibuk masing-masing memegang satu botol susu. Dia mencoba menyeimbangkan keduanya sambil terus berbicara setengah memohon, setengah bingung, "Diam, ya, ssst ... sebental lagi Mama pulang, kok ... Sabal." Dirga bagai seorang kapten kapal kecil mencoba menenangkan tiga anak buahnya yang memberontak bersamaan. Ya, memang Draven agak lebih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 335 : Kekompakan Papa Denver dan Dirga

    Dua bulan setelah kelahiran tiga malaikat kecil mereka, kediaman Denver dan Dewi berubah menjadi kehebohan yang tiada henti. Meskipun sudah ada empat pengasuh yang disiapkan, untuk Dirga, Draven, Dashel, dan Diana—tetap saja pagi ini kacau balau. Di sudut kamar, Dewi tengah sibuk memompa ASI sembari menyusui Diana. Tubuhnya agak membungkuk, dengan rambut disanggul seadanya, dan wajah cantik itu terlihat sedikit pucat. Sementara itu, Dirga mondar-mandir dari kamar ke kamar, keningnya berkerut karena kesal. "Aduh, di mana, ya, kaus kaki dino?" rengeknya, suara kecil itu sungguh nyaring memenuhi seluruh rumah. Pengasuh sudah menawarkan beberapa pasang kaus kaki yang lain, tetapi Dirga menggeleng keras. "Dirga, ini kaus kakinya sudah dicuci bersih. Pakai saja ini, ya?" bujuk pengasuhnya lembut. "Bukan itu!" Dirga berteriak kecil, lalu berlari ke kamar Dewi. Sayang, yang dicarinya tidak ada. Dengan langkah kecil yang mantap, dia menuju kamar bayi dan menemukan Dewi sedang menyusu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 334 : Sibling Goals 2

    Pukul delapan pagi, suasana ruang presidential suite sudah jauh berbeda dari kemarin. Aroma antiseptik khas rumah sakit masih tercium, tetapi kini bercampur dengan tawa kecil dan desah lega yang menghangatkan udara di sekitar.Di ranjang besar berseprei putih bersih itu, Dewi duduk sembari bersandar lemah. Ya, tubuhnya masih tampak pucat, tetapi mata sipit itu berbinar lembut. Di pelukannya, Dirga sedang berbaring, melepas rindu katanya. Satu tangan mungil itu menggenggam erat piyama rumah sakit Dewi, tidak mau terpisah lagi.“Aku sayang Mama,” bisik anak itu.Dengan jemarinya, Dewi membelai rambut putra pertamanya. Dia menunduk dan mencium kening mungil itu beberapa kali, tentu penuh rasa rindu yang menyesak dada.“Mama juga sayang banget sama Kakak Dirga,” balas Dewi, diikuti senyum merekah.Sedangkan Denver berdiri di sis ranjang. Dia memeriksa kondisi Dewi. Tangan pria itu sesekali menyentuh pergelangan tangan istrinya, mengecek denyut nadi yang masih terasa lemah, tetapi stabil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status