Share

Bab 301 : Apa Kamu Cemburu?

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-04-12 12:20:38

Darius menatap wajah Maharani yang duduk di dekatnya dengan sorot mata lebih lembut dari biasanya. Di tengah hiruk-pikuk kantin rumah sakit yang mulai lengang, dia memberanikan diri meraih tangan wanita itu di atas meja.

"Aku siap menjadi ayah dan suami yang baik untuk kamu, Maharani Putri," ujar Darius pelan, suaranya benar-benar mengalun lembut.

Bahkan dia mengecup punggung tangan Maharani dengan penuh kasih. Tidak berhenti di situ, Darius menggeser duduknya mendekat, membuat jarak di antara mereka makin tipis.

Maharani terpaku. Tatapan mata mereka saling bertaut, menciptakan debar yang tak menentu di dalam dada.

Satu tangan Darius yang lainnya ingin sekali menyentuh pipi kemerahan wanita itu, rasanya pasti lembut sekali menyusuri rambut hitam itu dengan jemarinya, tetapi dia teringat nasihat Denver. Jangan terburu-buru.

Tunjukkan perhatian kecil terlebih dahulu.

Dia menarik napas perlahan, lalu mengurungkan niat itu, sekalipun menggebu da

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 302 : Menginap

    Maharani berdiri kaku di tengah angin yang menerpa. Pertanyaan Darius barusan masih bergema di kepalanya. ‘Kamu cemburu sama bibimu sendiri?’ Kalimat itu sederhana, tetapi rasanya bagai petir yang menyambar siang bolong. Ya, meskpiyn sekarang malam. Bibir Maharani bergerak-gerak, tetapi tak satu pun kata keluar. Kelopak mata wanita itu berkedip pelan, menghindari tatapan Darius yang begitu intens. Mengoyak dinding yang dia bangun dengan kokoh. Perlahan, Maharani hanya menggeleng, sungguh dia tak sanggup memberikan jawaban. Darius terkekeh. Tanpa menunggu persetujuan, dia meraih pinggang Maharani dengan satu tangan dan mengajaknya berjalan pelan di trotoar. "Udara malam lumayan segar, ya?" gumam pria itu, tetapi suaranya terdengar bagai godaan. Maharani masih diam, tidak dipungkiri sekarang merasa nyaman dan hangat di dekat pria itu. Dia juga membiarkan langkahnya sejajar dengan Darius. Jalanan sepi di sekitaran, hanya lampu jalan yang temaram menemani mereka. Darius sesekali

    Last Updated : 2025-04-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 303 : Boleh Aku Bantu Kamu, Sayang?

    “Bagaimana perkembangannya?! Aku tidak mau gagal! Dia harus dihukum seberat-beratnya,” geram Denver yang membayangkan ketika Dewi terbaring lemah di atas meja operasi.Saat ini Denver sedang duduk di depan meja pengacara sambil menyilangkan kaki. Wajah tampan pria itu terlihat serius, tetapi sorot mata karamelnya menyimpan dendam dan luka."Sidang perdana Dania akan dilaksanakan dua minggu lagi. Semua berkas dan bukti sudah siap," ujar sang pengacara sambil meletakkan beberapa map dokumen di atas meja.Denver mengangguk pelan. "Jadi, tidak ada celah baginya untuk mengelak lagi?"Dia meraih map dari atas meja lalu membacanya dengan seksama. Matanya pun sangat tajam meresapi kata demi kata."Tidak. Kami sudah mengunci dan memastikan semua sisi. Dengan bukti dan kesaksian yang kita miliki, Dania tidak akan bisa lolos. Dia akan mendapat hukuman yang setimpal."Denver menghela napas lega. Dia berdiri dan menjabat tangan pengacaranya. "Terima kasih. Kamu sudah bekerja sangat baik. Kirimkan s

    Last Updated : 2025-04-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 304 : Hasrat Terlarang

    Untuk sesaat, Maharani bergeming mendengar ucapan Darius. Dia benar-benar tidak mengerti maksud pria di hadapannya. Apa yang dimaksudnya dengan ‘membantu’? Sesaat kemudian, dia mulai sadar bahwa Darius pastinya sudah sering membantu dan mengedukasi ibu-ibu yang kesulitan menyusui setelah melahirkan.“Rani ... Sayang?” panggil Darius dengan suara lembut, yang membuat Maharani sedikit tersentak dari lamunan.Maharani menatap pria itu dengan pandangan penuh kebingungan, matanya masih tampak lelah. Dengan bibir gemetar, dia pun bertanya, “Caranya, Dok?”“Oke, sekarang kamu rileks, berbaliklah,” pinta Darius dengan penuh perhatian. Dia membantu Maharani memutar tubuhnya, hingga wanita itu akhirnya duduk membelakangi dirinya.Perlahan, Darius memijat bahu dan punggung Maharani dengan gerakan konstan, sangat lembut dan penuh perhatian. Rasanya nyaman, membuat tubuh wanita itu rileks, tetapi dada yang terasa penuh masih

    Last Updated : 2025-04-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 305 : Meminta Restu?

    "Tidak perlu!" sela Darius, sebelum Denver mengetahui perbuatannya tadi pagi. "Biar aku yang memeriksanya," lanjut pria itu dengan suara agak serak, mencoba terdengar tenang padahal jelas gugup. Denver memicingkan mata. Tatapan mata karamelnya bergeser dari Maharani ke Darius. Kedua orang itu tampak kikuk. Sebagai pria dewasa, tentu dia tahu apa yang bisa terjadi di antara dua orang dengan ketegangan semacam itu. Akan tetapi, Denver tidak akan membiarkan Darius lolos begitu saja. Dia melangkah mendekat, berdeham singkat, lalu berkata dengan suara berwibawa khasnya, "Aku dokternya. Aku lebih berhak memeriksa Maharani sebagai pasien." Senyum penuh kemenangan mengembang di wajah Denver. Tatapan menusuknya seolah berkata bahwa Darius baru saja kehilangan satu babak dalam permainan ini. "Aku ... calon suaminya," sahut Darius dengan senyum tidak kalah lebar. Kini dia berdiri lebih tegak, menatap Denver dengan percaya diri yang dipaksakan. "Benarkah, Maharani? Atau perlu kupanggil satpa

    Last Updated : 2025-04-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 306 : Kehangatan Ini Bagai Mimpi

    Melihat ayahnya melangkah mantap mendekat dengan wajah kaku dan rahang mengeras, membuat Dewi maju satu langkah. Dia berdiri di depan Maharani, melindungi sahabatnya dari tatapan intimidatif Danis yang tajam seperti pisau. Bahu pria itu tegak, dadanya sedikit membusung, sorot iris hitamnya dingin, menyapu dengan penilaian yang tak menyenangkan. “Ayah … aku yang mengundang Rani ke sini,” ucap Dewi lembut dan tegas. Sungguh dia tidak mau Maharani merasa terancam, trauma, atau menyesal datang ke rumahnya. Kini tatapan Dewi dan Danis terkunci satu sama lain, seolah saling menantang tanpa kata. “Kamu masuklah, temani Denver di belakang,” ujar Danis, suaranya datar dan tak terbantahkan. Akan tetapi, Dewi menggeleng dengan tegas. Detik berikutnya, tubuh Maharani bergeser dari belakangnya. Dewi menoleh dan tertegun melihat Darius menggenggam tangan Maharani dengan erat, menunjukkan bahwa pria itu tak akan mundur. Maharani menunduk sesaat. Jantungnya berdetak kencang. Di balik genggaman

    Last Updated : 2025-04-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 307 : Sensasi Yang Menantang

    “Siapa itu, Dok?” Suara Maharani tercekat. Tubuhnya seketika menegang, membuat napasnya tersendat dan terasa pendek.Darius menggeleng, lalu menggenggam erat tangan Maharani dan membawanya masuk ke dalam rumah. Langkah mereka pelan dan hati-hati, mengendap-endap dengan napas ditahan, berusaha mencari tahu siapa sosok yang tadi mengintip.Akan tetapi, ketika mereka tiba di pintu belakang, suara yang mereka dengar justru bukan langkah mencurigakan—melainkan desahan rendah dan rintihan yang tidak seharusnya terdengar di tempat ini.Darius memejamkan mata sejenak, lalu melongok ke dalam, menahan napas. Rupanya, sosok bayangan yang dilihatnya tadi adalah...“Sayang, jangan di sini. Bisa dilihat orang nanti.” Suara manja perempuan terdengar lemah dan menggoda.“Tidak akan ada yang lihat kita, Mon ange. Semua orang ada di depan,” bisik suara pria dengan nada sensual yang membuat kulit merinding.Darius berdecak kecil. Dengan cepat, dia menarik Maharani, menggiringnya kembali melewati area dap

    Last Updated : 2025-04-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 308 : Denver Frustrasi?

    “Bu, ini test pack-nya,” bisik seorang asisten rumah tangga yang keluar rumah sejak pagi. Dia menyerahkan bungkusan kecil pada Dewi secara diam-diam.Dewi menyambutnya dengan jantung berdebar. Sejak semalam, pikirannya tidak tenang. Di pakaian dalamnya, muncul bercak kemerahan yang tidak biasa. Masih sepuluh hari lagi sebelum jadwal haid, dan itu membuatnya curiga.Dia memilih merahasiakan hal ini dari sang suami. Denver sempat heran karena Dewi tidur lebih awal dari biasanya, lalu bangun kesiangan dengan wajah pucat. Namun, wanita itu hanya tersenyum dan berkata kelelahan.Kini, dia berdiri di kamar mandi, Dewi mengembuskan napas perlahan. Iris hitamnya menatap alat kecil itu dengan ragu-ragu.“Semoga aku hamil … lagi,” bisiknya lirih, sebab suaminya masih berada di rumah pagi ini. Denver memang sengaja datang lebih siang karena rapatnya dilakukan di J&B Pharmacy, bukan rumah sakit.Dengan hati-hati, dia menetesi test pack itu dengan urin. Lalu memejamkan mata. Satu tangannya secara r

    Last Updated : 2025-04-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 309 : Kalian Masa Depanku

    Kamu kenapa, Rani?” tanya Darius yang berdiri tepat di belakang tubuh Maharani. Wanita itu tengah memandangi wajah mungil putranya di balik kaca NICU.Mereka berdua berdiri diam sejak tadi. Setelah semalam menjenguk si kecil, pagi ini Maharani datang lebih awal untuk memberikan ASI. Dia ingin putranya tumbuh sehat dan cepat pulang.“Dia belum punya nama, padahal sudah lahir lebih dari dua minggu,” gumam Maharani pelan, senyum tipis terukir di bibirnya.Ya, awalnya memang bayi ini akan diserahkan pada Dania. Hanya saja, sekarang, sebagai ibu, dia bahkan belum memberinya nama.“Aku sudah punya, ... nama depannya,” ucap Darius tiba-tiba.Pria itu mencium pipi Maharani tanpa aba-aba, membuat wanita itu tersentak kaget.Refleks Maharani menjauh, matanya langsung menyapu sekeliling. Dia tidak habis pikir Darius bisa bertindak begitu terang-terangan di tempat umum. Ingin memaki rasanya, tetapi percuma. Tenaganya hanya akan terbuang sia-sia.“Siapa? Namanya?” desak wanita itu.“Dhava. Madhava

    Last Updated : 2025-04-16

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : BIDADARI CANTIK DI ATAS CATWALK

    Siang itu, butik kecil bernuansa pastel milik Diana tampak tenang. Tirai tipis bergoyang lembut tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di sudut ruangan, Diana sedang memeriksa detail bordiran pada salah satu gaun yang akan digunakan untuk pemotretan pernikahan besok. Jemarinya bergerak perlahan, matanya fokus, dengan senyum yang tetap lembut. “Cantik banget, Diana .…” Suara wanita dari pintu membuat Diana menoleh. “Tante Rani!” seru Diana pelan, senyumnya makin mengembang. Dia segera bangkit dan memeluk teman mamanya itu. Maharani tertawa kecil, lalu menunjuk gaun di tangan Diana. “Kalau kamu yang pakai, pasti tambah sempurna. Sumpah, waktu lihat kamu di catwalk bulan lalu … Tante sampai mikir, ini manusia apa bidadari, sih?” Diana mengerucutkan bibirnya merahnya, lalu menepuk lengan Maharani dengan. “Berlebihan banget, Tante. Tapi makasih, ya. Aduh, jadi malu.” Mereka duduk di sofa mungil dekat jendela. Maharani membuka kotak kecil berisi bros handmade yang ingin dia titipkan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : DOKTER BEDAHKU TAMPAN

    “Dokter, bolehkah kami berfoto bersama sebelum operasi?” Dashel menoleh dengan senyum khasnya. Wajahnya yang sebagian tertutup masker dan sorot mata yang tajam membuat beberapa perawat tak kuasa menyembunyikan rona merah di pipi mereka. “Boleh saja,” jawab pria itu santai sambil mengangkat dua jari ke arah kamera. “Asalkan jangan sampai pasiennya menunggu terlalu lama. Bisa-bisa dia memutuskan kabur.” Si paling usil dari keluarga Denver, kini telah menjelma menjadi salah satu dokter bedah muda yang paling diidolakan di rumah sakit. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis di Johns Hopkins University, sebuah institusi kedokteran bergengsi, Dashel—yang akrab disapa Dash—kembali ke Indonesia membawa pulang segudang prestasi serta rasa percaya diri yang tak terbendung. Akan tetapi, sesungguhnya transformasi Dash bukan hanya terlihat dari gelar dan jas putih yang kini melekat di tubuh atletisnya. Di ruang operasi, dia menjadi sosok yang sangat berbeda dari kesehariannya. Dash sela

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : SI PRESIDIR YANG NYEBELIN

    Pukul tujuh pagi, lantai tertinggi gedung J&B Pharmacy sudah dipenuhi staf yang pucat pasi. Mereka berlarian, merapikan berkas, menyusun slide, mengecek statistik berkali-kali. Hal ini karena ada yang menakutkan, Akashan Draven Bradley mulai menjadi presdir. "Dia sudah di ruang rapat?" bisik salah satu staf. "Sudah. Dari jam enam empat puluh," jawab yang lain pelan, seakan menyebut nama Draven terlalu keras bisa bikin dicoret dari daftar gaji. Di ruang rapat, suasana membeku. Draven duduk di ujung meja panjang, mengenakan jas hitam pekat, dasinya lurus, rambutnya klimis tak bergerak. Tatapannya setajam pisau bedah. “Proyeksi penjualan kalian di kuartal ini ... menyedihkan,” kata Draven sambil menatap grafik. Salah satu kepala divisi mencoba menjelaskan, “Kami mengalami hambatan distribusi karena banjir—” “Jadi kamu biarkan masyarakat tidak dapat obat hanya karena hujan?” Suaranya datar dan dingin. “Kamu kerja untuk perusahaan farmasi. Kalau distribusimu kalah sama cuaca, se

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : KALAU DIRGA JADI DOKTER

    "Jangan pernah bilang menjadi dokter itu mudah." Kalimat itu terngiang di kepala Dirga sejak pagi buta. Entah mengapa, hari ini dia mengenakan jas putih dan berdiri di depan rumah sakit milik ayahnya—bukan sebagai anak pemilik, melainkan sebagai dokter baru. Ya, entah mimpi apa yang menghampirinya semalam. Dirga, si paling anti bau rumah sakit, kini resmi bertugas sebagai residen di Poli Anak. “Dokter Dirga, pasien pertama sudah menunggu di dalam,” ujar seorang perawat sambil tersenyum manis. Dirga mengangguk, mencoba tampak tegar. Namun, tangannya gemetar saat membuka pintu ruang periksa. Di sanalah bencana pertama dimulai. “Aku tidak mau disuntik!!” jerit seorang bocah lima tahun sambil melempar botol minum ke arah wajah Dirga. “Tenang … Dokter tidak gigit, sungguh.” Seketika boneka putih mendarat keras tepat di antara alisnya. Hari pertama, tiga pasien anak menangis, satu muntah di pangkuannya, dan satu lagi kabur lewat jendela kecil. Sesampainya di rumah, Dirga duduk lema

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 338 : Kehidupan Bahagia 6 D

    12 Tahun Kemudian"Berisik banget sih! Bisa nggak sekali aja nggak nangis?" teriak Draven dari ambang pintu kamarnya.Anak laki-laki berusia 13 tahun itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kesal. Dia mendelik ke arah Diana—adik perempuannya—yang lagi sesenggukan di tengah lorong lantai dua.Diana, dengan mata berkaca-kaca, mendongak marah. "Bukan bantu aku, malah ngomel! Huh!" serunya sambil mengusap kasar air mata."Bantu apa? Kamu tuh cengeng!" balas Draven sengit.“Dash ambil cokelatku lagi, padahal sisa sedikit tahu!” lontar Diana dengan bibir merah mudanya.Sebelum pertengkaran makin memanas, suara pintu kamar terbuka terdengar dari sisi lainnya. Seketika Diana berlari ke arah sumber suara, meninggalkan Draven yang masih berwajah masam.Diana berdiri tepat di depan seorang remaja laki-laki yang baru saja keluar dari kamar. Rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam.“Kak Dirga,” rajuk Diana, sambil menerjang ke pelukan kakaknya.Dirga telah tumbuh menjadi pemuda tampan berus

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 337 : Mimpi yang Terwujud

    Satu Tahun Kemudian--Birmingham, InggrisUdara musim semi yang sejuk menyapa kota Birmingham saat mobil yang dikemudikan Darius melaju pelan memasuki area Rumah Sakit JB. Di sebelahnya, Maharani menatap keluar jendela dengan kening berkerut."Kenapa ke rumah sakit?" tanyanya heran, sambil merapikan pakaiannya.Darius hanya tersenyum tipis, tidak menjawab.Maharani makin bingung. "Kita mau sakit? Atau mau jenguk seseorang?"Darius menggeleng pelan, tetap dengan ekspresi datarnya yang membuat Maharani makin penasaran."Darius ... ada apa sebenarnya?" tanya Maharani lagi, sedikit merajuk."Ikut saja dulu," sahut Darius tenang, sambil menggandeng tangan istrinya.Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit yang bersih dan wangi. Sesekali Maharani melirik ke kanan dan kiri, mencoba mencari petunjuk apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya mereka tiba di sebuah poli, dan seorang dokter bule menyambut dengan ramah."Good afternoon, Mr. and Mrs. Darmawan," sapa dokter itu.Maharani yang masih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 336 : Aku Pusing, Ma, Pa

    "Waaa! Waaah!" Dirga panik bukan main saat mendengar tangisan nyaring menggema dari boks bayi di ruang keluarga. Dia buru-buru mengintip ke sumber suara yang mengganggu acara televisi kesukaannya. "Dash jangan nangis dong ... Kamu ‘kan udah minum susu tadi," bujuk Dirga sambil mengelus pipi sang adik dengan tangan kecilnya. Belum sempat Dashel tenang, tangisan lain menyusul. Dirga nyaris melompat kaget. "Aduh, Di ... jangan ikut-ikutan, ya," keluhnya. Sambil setengah berjongkok, Dirga mengambil botol susu yang tadi diletakkan pengasuh di meja dekat boks, mencoba menyerahkannya pada Diana. Dirga menoleh dengan wajah bingung, kedua tangannya sudah sibuk masing-masing memegang satu botol susu. Dia mencoba menyeimbangkan keduanya sambil terus berbicara setengah memohon, setengah bingung, "Diam, ya, ssst ... sebental lagi Mama pulang, kok ... Sabal." Dirga bagai seorang kapten kapal kecil mencoba menenangkan tiga anak buahnya yang memberontak bersamaan. Ya, memang Draven agak lebih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 335 : Kekompakan Papa Denver dan Dirga

    Dua bulan setelah kelahiran tiga malaikat kecil mereka, kediaman Denver dan Dewi berubah menjadi kehebohan yang tiada henti. Meskipun sudah ada empat pengasuh yang disiapkan, untuk Dirga, Draven, Dashel, dan Diana—tetap saja pagi ini kacau balau. Di sudut kamar, Dewi tengah sibuk memompa ASI sembari menyusui Diana. Tubuhnya agak membungkuk, dengan rambut disanggul seadanya, dan wajah cantik itu terlihat sedikit pucat. Sementara itu, Dirga mondar-mandir dari kamar ke kamar, keningnya berkerut karena kesal. "Aduh, di mana, ya, kaus kaki dino?" rengeknya, suara kecil itu sungguh nyaring memenuhi seluruh rumah. Pengasuh sudah menawarkan beberapa pasang kaus kaki yang lain, tetapi Dirga menggeleng keras. "Dirga, ini kaus kakinya sudah dicuci bersih. Pakai saja ini, ya?" bujuk pengasuhnya lembut. "Bukan itu!" Dirga berteriak kecil, lalu berlari ke kamar Dewi. Sayang, yang dicarinya tidak ada. Dengan langkah kecil yang mantap, dia menuju kamar bayi dan menemukan Dewi sedang menyusu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 334 : Sibling Goals 2

    Pukul delapan pagi, suasana ruang presidential suite sudah jauh berbeda dari kemarin. Aroma antiseptik khas rumah sakit masih tercium, tetapi kini bercampur dengan tawa kecil dan desah lega yang menghangatkan udara di sekitar.Di ranjang besar berseprei putih bersih itu, Dewi duduk sembari bersandar lemah. Ya, tubuhnya masih tampak pucat, tetapi mata sipit itu berbinar lembut. Di pelukannya, Dirga sedang berbaring, melepas rindu katanya. Satu tangan mungil itu menggenggam erat piyama rumah sakit Dewi, tidak mau terpisah lagi.“Aku sayang Mama,” bisik anak itu.Dengan jemarinya, Dewi membelai rambut putra pertamanya. Dia menunduk dan mencium kening mungil itu beberapa kali, tentu penuh rasa rindu yang menyesak dada.“Mama juga sayang banget sama Kakak Dirga,” balas Dewi, diikuti senyum merekah.Sedangkan Denver berdiri di sis ranjang. Dia memeriksa kondisi Dewi. Tangan pria itu sesekali menyentuh pergelangan tangan istrinya, mengecek denyut nadi yang masih terasa lemah, tetapi stabil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status