Share

Bab 2 Di Mana Wanita Itu

Apa yang dilakukan oleh Diandra tidak jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh Papanya di masa lalu. Mungkin, ini yang dinamakan hukum karma yang berimbas pada dirinya. Melupakan seseorang yang pernah menyatu dengan kita sama saja memisahkan tulang dari daging, itu yang dirasa oleh Sanjaya.

Brata berbalik dengan kedua tangan yang terkepal, rasa kecewa jelas terlihat dalam matanya. "Papa tidak ingin ada penolakan Sanjaya! Hari Senin—Papa harap kamu sudah ada disana."

Sanjaya mengabaikan ucapan Brata, pandangannya tetap lurus kedepan. Kali ini berargumen pun percuma.

Kobaran api dari tungku-tungku raksasa semakin membuat Sanjaya marah atas apa yang dilakukan oleh almarhum istrinya. Inilah salah satu alasan Sanjaya tidak meninggalkan kota yang berbatasan dengan kota Jakarta, dimana pabrik daur ulang besi tua dileburkan berdiri kokoh dan tak pernah padam, nyaris sama seperti kobaran api di dalam hatinya.

Pabrik itu beroperasi selama 24 jam, dengan tiga kali pergantian shift. Tidak satu haripun mesin itu dimatikan, bahkan pada hari-hari besar selama Sanjaya memimpin. Melihat kobaran api dan uap-uap panas seolah membantunya mengeluarkan seluruh emosi yang tertanam di jiwa, membuat Sanjaya selalu terjaga akan kemarahan dan cintanya pada Diandra. Wanita yang begitu tega mengkhianatinya.

Seorang pria dengan setelan jas navy memasuki ruangan dan sedikit membungkuk, menghadap pada Tuanya.

"Apa semua sudah siap?" tanya Sanjaya tanpa memalingkan wajah.

"Sudah Tuan, Minggu malam ada beberapa barang baru," jawabnya tanpa mengangkat wajah.

"Siapkan semuanya, kita berangkat besok pagi!"

Setelah mendengar semua permintaan Tuannya, pria berkulit sawo matang itu segera keluar dari ruangan dengan kaca besar. Dari atas sana Sanjaya bisa melihat seluruh bagian dan memastikan mesin beroperasi dengan baik. Tapi hari ini, dirinya dipaksa meninggalkan ruang kerja yang lebih mirip kamar pribadinya. Seperti menarik roh dari raganya, Sanjaya kembali merasa kehilangan.

*

Enam orang wanita berpakaian sama dengan topeng di wajah mereka mulai menuruni tangga. 

Tarian erotis mulai mereka lakukan hingga pandangan mata pria hidung belang langsung berbinar menatap penuh nafsu.

Pakaian mereka begitu minim dengan heels sepanjang lima centi dengan tali yang melilit indah sepanjang betis mereka.

Pandangannya hanya diam sambil sesekali menyesap wine, menatap satu persatu penari seksi di hadapannya yang mulai mengangkat kaki mereka dan mengaitkannya pada tiang besi. Mereka berputar, meleok-leokan tubuh mereka, berusaha menggoda para pria hidung belang.

Dengan instruksi dari seorang, para penari mulai turun dari panggung dan berjalan mendekat kearah Sanjaya. Sang cassanova malam ini.

Sanjaya meyesap winenya seblum mengucapkan apa yang dia inginkan. "Tunjukkan kehebatan kalian ledis, yang terbaik akan memuaskan hasratku malam ini."

Sanjaya memang ingin wanita terbaik yang dapat melayaninya di ranjang, melepaskan seluruh hasrat dan amarahnya sebelum kembali ke kota itu, kota dimana semua duka dimulai.

Salah satu dari wanita berjongkok di hadapan Sanjaya, membuka celah pahanya agar tubuh kecilnya bisa masuk dan terbenam. Dia mulai menarik zipper.

Sanjaya hanya memejamkan mata, berusaha menikmati setiap sentuhan wanita itu, sementara wanita lainya membelai dadanya, mengecapi cuping dengan ujung lidah, berusaha membuatnya terangsang.  

Tapi, ingatan akan wanita bertopeng beberapa malam lalu kembali memenuhi benaknya, memancing gairahnya. Seluruh lekuk tubuh dapat diingat, bahkan satu bintik pun dia tahu dimana letaknya, terutama bibir sensual wanita itu yang terasa tebal namun mampu membuat hasratnya menggila.

Sanjaya mengerang, tidak percaya dengan keinginannya. Padahal tidak satu malam pun Sanjaya menghabiskan malam dengan wanita yang sama.

Saat matanya terbuka, Sanjaya menarik rambut wanita yang membelai dadanya, menempelkan bibirnya pada bibir wanita itu, lalu mulai melumatnya dengan kasar, mengenyahkan semua ingatanya.

Tapi, ciuman itu hanya sesaat. Sanjaya tidak menemukan apa yang dia cari. Dia menginginkan wanita itu. Wanita yang mampu membuatnya melupakan Diandra untuk sesaat.

Sanjaya bangun dari duduknya dengan gerakan cepat sampai membuat dua wanita cantik di hadapannya terjengkang ke belakang.

"Panggil Madam-mu!"

Kedua wanita itu bagun dengan sedikit terhuyung, antara takut dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Pria di hadapan mereka sangat marah, sorot matanya tajam dengan dadanya yang bergemuruh. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan resleting celananya yang masih terbuka.

"Apa yang dilakukan oleh mereka? Kenapa Tuan Sanjaya sangat marah?" gumam Madam Gesya sedikit geram. 

Hal ini tidak pernah terjadi selama Sanjaya menjadi pelanggannya selama tiga tahun. Tapi sekarang, pria itu terlihat begitu gelisah.

Wanita bertubuh gempal dengan kipas di tangannya berjalan dengan langkah lebar ke arah Sanjaya, mengabaikan ucapan beberapa pelanggannya yang meminta wanita terbaik.

"Dimana wanita itu!" tanya Sanjaya tidak ingin menunda lagi.

Madam Geysa menautkan alisnya, merasa bingung dengan apa yang dimaksud oleh pria dihadapannya ini yang terlihat begitu marah.

"Wanita mana yang Tuan maksud?" tegas Madam Gesya bingung.

Gairahnya sudah di ubun-ubun, dengan tidak sabar Sanjaya menjawab, "Wanita kemarin!"

Sanjaya sadar semua orang tengah menatapnya, dia hanya acuh sambil menarik zipernya dan membuat benda tumpul itu kecewa.

Raut wajah menyesal terlihat di wajah Madam Gesya yang terlihat cantik walau tertutup dengan make up tebal. Dia terlihat begitu bingung dengan pertanyaan Sanjaya.

"Maaf Tuan, wanita itu hanya ada malam itu bersama, Tuan. Dia tidak bekerja lagi," jawabnya penuh sesal. Kali ini dia tidak bisa memuaskan Tuanya.

Sanjaya berkacak pinggang, sorot matanya semakin tajam, membuat Madam Gesya mengerut dan tubuhnya terlihat sedikit ringkih karena takut.

"Aku menginginkannya malam ini. Bagaimanapun caranya dia harus berada di kamarku, tidak lebih dari satu jam!" tegas Sanjaya mulai melangkahkan kakinya. Dia sangat menginginkan wanita itu.

"Maaf Tuan, dia hanya bekerja untuk satu kali saja. Dia bukan wanita tetap disini." Madam Geysa melirik dengan takut. 

Tapi, mau bagaimana lagi, wanita itu memang tidak bekerja dengannya, dan mungkin tidak akan pernah.

Sanjaya membalik tubuhnya, tatapannya tetap sama, bahkan rasa sakit dikepala mulai dia rasakan. "Saya tidak ingin mendengar alasan. Cepat cari wanita itu dan bawa ke kamarku, atau—aku hancurkan gedung ini!"

Sanjaya mulai melangkah kembali, tapi hanya beberapa langkah, karena langkah selanjutnya dia mendengar penolakan dari madam Geysa.

"Saya tidak takut dengan ancaman apapun, Tuan. Anda tahu dengan baik peraturan disini, bahkan Anda menikmati hasilnya. Jika tidak, Anda tidak mungkin dapat menikmati wanita terbaik yang Anda nikmati seperti kemarin malam!" tukasnya tak kalah tajam.

"Omong kosong, seharusnya Madam bisa menekan orang-orang Madam, dan menyeret wanita itu!" Kali ini Sanjaya tidak bisa mengendalikan emosinya lagi.

"Maaf Tuan, saya tidak bisa." Lagi-lagi penyesalan terlihat diwajah Madam walau suaranya terdengar tegas, tanpa bantahan.

"Berikan identitas wanita itu, saya sendiri yang akan mencarinya," desak Sanjaya.

Tapi, sepertinya Sanjaya kali ini harus kecewa, karena melihat gelengan di kepala wanita itu dengan wajah yang semakin menunduk.

"Maaf Tuan, saya tidak bisa sekalipun Anda menembak mati saya dan seluruh orang-orang saya."

Madam Geysa bukan tidak takut mati, jelas dia takut. Tapi, hidup setelah memberikan informasi tentang wanita itu pun percuma, dia tidak akan lagi mendapatkan wanita yang sama, dan ini semua karena peraturan.

Ya, ini memang karena peraturan yang dibuat sejak dulu sebelum dirinya memimpin. 

Tidak semua wanita menjual dirinya dengan sukarela, atau hanya sekedar tuntutan profesi. Tapi ada juga yang melakukannya karena terdesak dan tidak ingin diketahui identitasnya.

Sanjaya mencengkram kuat rahang wanita gempal itu, "Baik, jika itu memang mau kalian!"

Setelah mengatakan itu, Sanjaya mendorong kuat dangu yang dia cengkraman hingga Madam meringis dan hampir jatuh jika tidak segera ditangkap. 

"Aggrrahh…! Dimana wanita itu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status