Share

Bab 3 Alasan Kelise

Dengan sekali tendang, Sanjaya membuat meja terguling dan semua barang di atasnya hancur. 

Beberapa orang sudah menyingkir, menjauh, musik sudah dimatikan. Mereka tahu sedang terjadi sesuatu yang tidak baik, tapi tidak ingin ikut campur, Sanjaya sepertinya salah satu orang berpengaruh dan mereka tidak ingin mengambil resiko.

"Cari wanita itu, atau aku leburkan tempat ini menjadi abu!" Setelah mengatakan itu Sanjaya langsung pergi meninggalkan Madam yang menggigil ketakutan.

Tapi pendiriannya tetap teguh, rumah bordirnya adalah yang terbaik, tidak mudah membangun reputasi ini. Jika dia memberikan informasi tentang wanita yang memang minta kerahasiaan identitasnya, maka di masa depan mungkin tidak akan ada yang mempercayakan diri mereka di tempatnya lagi. Itu sama saja menghancurkan bisnisnya.

*

Sebuah mobil sport berwarna merah darah dengan dengan logo kuda loncat berhenti tepat di depan pintu masuk Bank swasta, anak cabang dari Bank BRC dimana Sanjaya akan bekerja.

"Selamat datang Tu—" ucapan pria berkulit sawo matang langsung terhenti saat Sanjaya mengangkat tangannya.

"Aku tidak ingin mendengar panggilan itu, Kamu tahukan alasannya, Sandy!" 

Sandy menunduk dan sedikit mengangguk, "Baik Pak, saya paham!"

Sanjaya melangkah masuk diikuti oleh Sandy pengawal sekaligus sekretaris Sanjaya.

Saat pria itu masuk semua orang memberi hormat dengan sedikit menundukkan tubuh mereka. Bersiap melakukan briefing di pagi awal kepemimpinannya.

"Tidak usah formal, biasa saja!" tegas Sanjaya.

Sanjaya tidak haus hormat, dia hanya ingin ketenangan dan melakukan tugasnya dengan baik. Karena itulah dia ada disini, disalah satu anak cabang Bank BRC dan menolak kepemimpinan di kantor pusat.

"Siapa saja tim marketing disini?" tanya Sanjaya dengan memandang satu persatu wajah karyawannya.

Tujuh orang melakukan hand up. Sanjaya kemudian mengalihkan pandangannya pada Sandy. "Shandy, saya ingin data tim marketing lengkap ada di ruangan saya."

"Baik Pak," jawab Sandy sambil melirik Tuannya.

Namun, padangan Sanjaya terpaku pada seorang wanita yang baru saja masuk kedalam dengan rambutnya yang sanggul rapi, terlihat sedikit kemerahan jika berdiri tepat di bawah sinar matahari.

Wanita itu tengah melakukan fingerprint dan mulai berjalan dengan begitu gemulai, itulah yang ada didalam benak Sanjaya yang melihat wanita itu seperti seorang bidadari yang turun dari kahyangan 

Wanita itu memakai rok span diatas lutut dengan blazer berwarna biru tua. Namun, sepertinya Sanjaya tidak memperdulikan penampilan wanita itu, fokusnya hanya tertuju pada satu titik. Bibir penuh wanita itu yang di dilapisi oleh gincu berwarna nude.

"Apa kamu tahu ini jam berapa?" tanya Sanjaya menahan gejolak dalam tubuhnya yang mulai berdesir hebat.

Wanita itu mematung dengan bola matanya yang terbuka lebar, menatap lurus ke arah Sanjaya sampai netra mereka bertemu, tapi dengan cepat wanita itu menunduk, memutus kontak di antara mereka, dan Sanjaya tahu wanita itu menghindarinya.

"7:30 Pak."

Tubuh Sanjaya membatu dengan detak jantung yang sangat kuat. Suara itu, suara itu terdengar begitu familiar di telinganya. 

Tapi, apakah dia pemilik suara yang sama, yang telah membuatnya mengerang dan mendesah dalam waktu yang bersamaan? Tapi, sepertinya tidak mungkin, tidak mungkin pegawainya melakukan hal serendah itu jika melihat dimana dia bekerja. Bisa saja wanita ini meminjam uang perusahaan, bukan malah melelang tubuhnya.

"Kenapa baru datang? Kamu tahukan, Bank buka jam delapan tepat?!"

Sanjaya tahu wanita ini sama sekali tidak terlambat, tapi ada sesuatu dalam diri wanita itu yang membuatnya sedikit tertarik, terutama bibir penuhnya yang penuh misteri ditambah dengan suaranya yang tidak asing. Anggap saja Sanjaya gila karena berpikiran mesum terhadap pegawainya, tapi peduli setan, dia ingin segera membuktikannya dan kembali menikmati tubuh wanita itu.

Dengan sedikit tergagap, wanita itu menjawab ucapan Sanjaya, "Ma-maaf Pak, tadi sedikit ma—"

"Jangan bilang karena macet, itu jawaban klise yang paling tidak ingin saya dengar!"

"Maaf, Pak. Tapi, memang macet," tukas wanita itu dengan sungguh-sungguh.

Sanjaya tidak benar-benar mengacuhkannya, dia hanya ingin tahu lebih dalam tentang wanita ini dan membuktikan apa yang ada dalam pikirannya. Tidak mungkin ada suara yang begitu mirip, bahkan sama persis. Bukan hanya satu, tapi tiga jika dihitung dengan mendiang istrinya.

"Tim marketing, ikut saya, kita meeting pagi ini!" Setelah mengatakan itu Sanjaya langsung melangkah pergi, meninggalkan wajah-wajah tegang yang menatapnya tidak percaya. 

Acara briefing berhenti dengan tiba-tiba.

Setelah Sanjaya menjauh, Rena salah satu marketing menarik tangan wanita yang baru saja datang, "Lo kok, telat? Gak baca wa gue, yah?"

Wanita itu menggeleng dengan lemah, terlihat begitu frustasi.

"Udah, ngerumpinya nanti aja. Bos baru kita ini calon pewaris Bank BRC. Jadi mending cari aman aja, lah. Ayo!" ujar Andika memperingati.

"

Di ruangan rapat, tepatnya di lantai dua dimana Sanjaya memulainya dengan menatap satu persatu wajah yang ada disana, yang totalnya ada delapan orang dan berhenti cukup lama pada wanita incarannya.

"Siapa saja tim funding dan tim lending?" tanya Sanjaya sedikit bersemangat mencari tahu di tim mana wanita itu berada.

"Kami tim funding." ujar salah satu pegawai dengan mengangkat tangannya.

Sanjaya menahan senyum saat melihat wanita itu ikut mengangkat tangannya diantara empat orang lainnya.

"Okey, good. Empat founding dan empat lending. Bulan ini kita harus melebihi target, paling tidak 50 persen dari bulan kemarin. Berapa target kita bulan lalu?" 

"26 miliar, Pak," jawab Sahrul sedikit ragu.

"Good, bisa lebih terperinci? Kamu, jelaskan rinciannya!" tunjuk Sanjaya pada salah satu tim lending.

"Deposit hampir 20 miliar, bancassurance 800 juta, 50 aplikasi kartu kredit dan tabungan lima miliar," jawab Salma mantap.

"Bagus." Sanjaya bangun dari duduknya dan berjalan ke arah whiteboard, mulai menuliskan sesuatu di sana.

"Saya ingin bulan ini kita mendapatkan 50% dari target bulan lalu, dan mendapat nilai yang lebih tinggi. Cek target kalian sebelumnya dan dikalikan dua!"

Sanjaya tahu ini tidak mungkin, dan sangat mustahil. Tapi sesuatu jika tidak ditekan jelas tidak akan maksimal hasilnya.

"Kamu." tunjuk Sanjaya pada wanita yang diincarnya, "ke ruangan saya dan ikut prospek hari ini!" Setelah mengatakan itu dia langsung meninggalkan ruang rapat, meninggalkan semua orang yang langsung gaduh setelah kepergiannya

"Gila, 50 m, dalam satu bulan?!" tanya Rani pada semua orang dan sentak semua orang mengangguk

"Ini pemerasan otak namanya!" pekik Andika dari tim funding sambil mondar-mandir di ruangan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status