Share

Kekasih Pura Pura

Di tengah kebingungan Rashika memikirkan rencana untuk besok, ia kembali dibuat terkesiap.

"Oh, astaga! Bagaimana aku lupa?" Ucap gadis itu terhenyak.

"Kenapa?" Tanya Neha melihat reaksi Rashika yang memelas.

Tanpa menjawab pertanyaan Neha, Rashika mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dengan terburu-buru. Ia mencari nomor seseorang dan segera memanggilnya.

"Hello, Rashika!"

"Hello, Tuan Kabir, maaf aku mengganggumu," ucap Rashika canggung.

"Tidak apa-apa, Rashika. Apa ada yang penting sehingga kau menelponku? Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu." Ucap Kabir sembari menggoda Rashika.

"Bukan begitu, Tuan. Aku hanya ingin meminta sesuatu,"

"Katakan saja! Apa yang bisa aku lakukan?" Tanya Kabir Singh pula.

Rashika bergidik mendengar setiap perkataan lelaki itu. "Astaga, perkataannya begitu berlebihan, lagipula aku tidak akan meminta dia untuk menjadi suamiku," celetuk Rashika di dalam hatinya.

"Begini Tuan, pertemuan kita tadi bisakah anda merahasiakannya dari ayahku? Anda tahu sendiri 'kan bagaimana ayahku, jadi tolong anda rahasia tentang kekasihku itu untuk sementara. Aku mohon, Tuan!" Ucap Rashika dengan nada memelas.

Terdengar tawa kecil dari Kabir Singh. "Hehehe, jangan khawatir, aku tidak akan mengatakan apapun sampai aku bertemu dengan kekasihmu besok. Kau tenang saja, Rashika!" Jawabnya.

Rashika tersenyum lega mendengar jawaban Kabir Singh. "Terima kasih, Tuan. Kalau begitu sampai jumpa besok siang, salam!" Ucap Rashika dan langsung mengakhiri panggilannya.

Kabir Singh pun tak sempat mengucapkan salam balik kepada Rashika. Ia hanya tersenyam senyum dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

Rashika memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Neha melihat raut wajah Rashika yang tampak sedikit tenang.

"Kau sudah memikirkan bagaimana rencana besok?" Tanya Rashika menatap sahabatnya itu.

Neha manggut-manggut. "Rash, aku punya rencana, tapi aku harap kau setuju dengan rencanaku ini." Ujar Neha dengan sungguh-sungguh.

"Katakan!"

"Kau ingat laki-laki yang mengirimiku surat waktu itu, kan?" Ucap Neha mengingatkan.

Rashika kembali terbayang pada sosok laki-laki yang mendatangi Neha dan memberikan surat cinta itu untuknya.

"Pelayan itu?" Tanya Rashika melebarkan kedua matanya.

"Iya. Bagaimana kalau kita meminta bantuannya saja, minta dia untuk berpura-pura menjadi pacarmu dan bertemu dengan lelaki tua itu besok." Ujar Neha memberikan idenya.

Rashika menghela nafasnya dengan kesal. "Neha, apa kau tidak punya laki-laki lain selain pelayan itu?" Dengus Rashika.

"Apa salahnya? Aku rasa dia cukup tampan, dia juga sangat manis. Heh, lagipula ini hanya sandiwara saja, 'kan?" Ucap Neha menyikut lengan Rashika.

Rashika terdiam sejenak memikirkan ide gila sabahatnya itu. Hal yang belum pernah Rashika lakukan selama ini, sungguh sangat jauh dari karakternya.

"Lagipula ke mana kita akan mencari laki-laki yang mau berpura-pura menjadi pacarmu? Waktunya juga sangat mendesak. Kau harus berpikir cepat!" Tutur Neha menambahkan.

Neha mungkin benar, ke mana lagi ia harus mencari pacar bohongan, pikirnya pula.

"Baiklah. Tapi kau yakin dia mau membantuku?" Tanya Rashika merasa kurang yakin.

"Aku akan bicara dengannya. Kau tenang saja, aku yakin dia pasti mau mendengarkan aku. Lagipula dia kan tergila-gila padaku." Celetuk Neha dengan percaya diri.

"Terserah padamu. Aku hanya tahu beres, kau hanya perlu pastikan bahwa dia tidak akan mengacaukan rencanaku." Ucap Rashika memberikan amanat.

"Ya. Aku mengerti."

"Ya, sudah ayo kita temui dia sekarang!" Ujar Rashika sembari melangkah pergi.

"Secepat itu?"

****

Neha menepikan mobilnya di depan sebuah resto pizza terbesar di kota itu. Rashika tampak tidak asing dengan tempat tersebut, karena mereka sudah terbiasa menghabiskan waktu di sana bersama dengan Neha.

Rashika kemudian turun dari mobil diikuti oleh Neha. Mereka berdua lalu melangkah masuk untuk menemui seseorang di sana.

"Selama datang!" Sapa seorang pelayan di depan pintu masuk.

Rashika dan Neha masuk dan terlihat sibuk mencari sosok yang mereka ingin temui segera.

"Permisi kami sedang mencari Sidarth, apa dia masuk hari ini?" Tanya Neha kepada salah seorang pelayan.

"Oh, Sid. Dia sedang mengantar pesanan, Nona." Jawab pelayan wanita itu.

"Oh, begitu. Ya sudah, terima kasih," balas Neha pula.

Pelayan tersebut kembali melanjutkan pekerjaannya. Rashika mulai terlihat gusar karena tidak bertemu dengannya.

"Rashika, sementara menunggu dia kembali sebaiknya kita duduk di sana saja, ayo!" Ajak Neha sambil mengajak sahabatnya itu duduk di meja dekat jendela.

"Kau yakin dia tidak akan lama?" Tanya Rashika sembari berjalan mengikuti Neha.

"Yakin. Aku rasa sebentar lagi dia akan kembali." Jawab gadis itu sambil menghenyakkan pinggulnya.

Neha menatap raut wajah Rashika yang masih terlihat cemas. "Kau jangan terlalu khawatir, tenang saja! Dia pasti bisa membantu kita." Ucap Neha mencoba menenangkan hati sahabatnya itu.

"Yah, aku harap begitu."

"Oh, ya, bagaimana kalau kita memesan makanan dulu?" Tanya Neha sambil melihat menu berbagai macam jenis Pizza dengan aneka rasa.

"Makan lagi? Bukankah beberapa waktu yang lalu kita habis makan banyak?" Ucap Rashika memandang Neha.

Neha tersenyum lebar. "Hehehe, tapi aku ingin sekali makan pizza, sudahlah kita pesan saja!" Ucap Neha tidak peduli. Tanpa pikir panjang ia beranjak untuk memesan makanan.

Rashika menghela nafas. "Terserah kau saja," sahut gadis itu mengalihkan pandangan.

Setelah cukup lama mereka menunggu lelaki yang bernama Sidarth, mereka juga sampai menghabiskan separuh pizza dengan keju mozarella dan toping sosis diatasnya.

Sidarth muncul dari pintu setelah mengantar beberapa pesanan. Seorang teman yang sesama pelayan dengannya datang menghampiri lelaki itu.

"Hei, Sid! Ada gadis yang mencarimu," ucapnya memberitahu.

"Apa? Gadis?"

Sidarth tampak tersenyum-senyum dan merapikan sisi-sisi rambutnya. Ia memasang wajah tengilnya dan terlihat begitu bersemangat.

"Di mana gadis yang mencariku?" Tanya Sidarth kemudian. Pelayan tersebut menunjukkan tempat di mana Neha dan Rashika duduk menunggu kedatangannya.

"Nona Neha," gumamnya tampak senang bertemu dengan gadis itu.

Sidarth tergesa-gesa ingin segera sampai di tempat Neha, sang gadis pujaan hatinya.

"Nona Neha!" Sapa Sidarth sembari menunggingkan senyuman.

Neha dan Rashika terlihat sumringah dengan kedatangan Sidarth. Mereka sudah menghabiskan waktu hampir satu jam demi bertemu pria itu.

"Hai, Sid!" Sapa Neha tersenyum pula.

Sidarth terlihat canggung bertemu dengan Neha. "Nona kau ingin bertemu denganku?" Tanya Sid kembali.

"Iya. Tapi aku minta maaf karena waktu itu aku tidak bisa menemuimu," ucap Neha dengan raut wajah manjanya. "Oh, ya, kau jangan memanggil aku nona, panggil Neha saja!" Lanjut gadis itu kemudian.

"Baiklah, Neha." Ucap Sidarth agak malu-malu.

"Oh, ya, silakan duduk dulu! Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," ucap Neha sambil menunjukkan kursi di samping Rashika.

"Tapi, Nona," Sidarth merasa tidak enak karena ini masih jam kerjanya. Kalau sampai Tuan Batra melihatnya bersantai, pria gendut itu pasti akan mengomelinya.

"Tidak apa-apa, duduk saja! Aku akan bicara nanti dengan managermu kalau sampai dia menegurmu," ucap Neha berlagak.

"Baiklah." Sidarth pun duduk di samping Rashika. Ia masih belum bisa mengalihkan pandangannya dari Neha, entah kenapa ia begitu sangat tertarik pada gadis yang ceplas ceplos itu.

"Oh, ya, Sid ini temanku, namanya Rashika." Ucap Neha memperkenalkan.

"Iya, aku sudah tahu. Dia 'kan selalu bersamamu setiap hari di sini." Sahut lelaki itu pula.

Rashika tampak tidak menyukai nada perkataan lelaki itu yang seperti meremehkan dirinya.

"Oh, ya, Sid aku perlu bantuanmu,"

"Katakan! Apa yang bisa aku lakukan?" Tanya Sidarth yang sangat bersemangat.

"Menjadi kekasih pura-pura,"

Perkataan Neha membuat senyuman di wajah Sidarth menguncup. Sebelumnya ia terlihat begitu senang.

"Kekasih pura-pura?" Tanya lelaki itu pula.

"Iya, kekasih pura-pura."

Ada rasa kecewa terbesit di hati Sidarth, namun ia juga menyadari siapa dirinya. Tidak mungkin gadis berpendidikan seperti Neha akan jatuh hati kepada pemuda biasa seperti dirinya.

"Ah, Nona, bercanda. Jangankan kekasih pura-pura menjadi kekasih sungguhan pun aku bersedia," ucap Sidarth sumringah.

Rashika tampak terkesiap mendengar ocehan Sidarth. "Apa? Kekasih sungguhan? Hei, kau tidak melihat siapa dirimu?" Sahut Rashika sudah merasa muak.

"Ada apa denganmu? Aku bicara dengan nona Neha bukan padamu." Pungkas Sidarth dengan muka tengilnya.

Neha menepuk jidatnya karena Rashika bisa mengacaukan rencananya.

"Hei, kenapa kalian berdebat?" Sergah Neha menghentikan percakapan mereka.

Keduanya pun langsung terdiam dan kembali mengalihkan pandangan pada Neha.

"Sid, sebenarnya aku memintamu untuk menjadi kekasih pura-pura sahabatku, Rashika." Ucap Neha menjelaskan maksudnya yang sebenarnya.

Sidarth menatap Rashika sambil melebarkan kedua matanya. "Apa? Pura-pura menjadi kekasihnya? Huh?" Tanggap Sidarth bergidik.

Rashika mengerutkan dahinya. "Kenapa? Apanya yang salah?" Tanya Rashika pula. Ia tidak suka dengan tatapan Sidarth yang seperti jijik melihatnya.

"Tentu saja salah. Jangankan menjadi kekasih sungguhan, kekasih pura-pura pun aku tidak sudi." Pungkas lelaki itu.

"KAU!"

****

To be continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status