Share

Masalah Baru Lagi

Rashika dan Neha berjalan mendekati meja pria yang melambaikan tangannya kepada mereka. Ada rasa canggung dan kesal terbesit dibdalam hati Rashika setelah mengetahui kenyataan pria tersebut.

"Paman Thakur sudah buta, dia memilihkan pria untuk menjadi suamimu yang usianya hampir sama dengannya?" Oceh Neha dengan pelan di sela-sela langkah mereka.

Rashika menatap Neha tanpa berkata apapun.

"Oh ya ampun, Rassshh aku rasa kau benar-benar cocok dengannya," ledek Neha sembari cengingisan.

"Sudah tutup mulutmu! Jangan membuat aku tambah kesal." Rutuk Rashika semakin mendekati meja pria tersebut.

Saat Rashika dan Neha hampir sampai, Kabir Singh berdiri sembari menyambut kedatangan Rashika.

"Salam!" Ucap pria itu dengan Ramah.

Rashika menempelkan kedua telapak tangannya. "Salam!" Balasnya tersenyum kecil. Neha juga memberi salam pada Kabir.

"Silakan duduk!" Kabir mempersilakan Rashika dan temannya itu untuk duduk. Dengan perasaan campur aduk, Rashika duduk di kursi yang agak jauh dari Kabir. Neha lalu duduk di sampingnya.

Rashika tersenyum-senyum kesal saat Kabir menatapnya.

"Aku pikir kau akan datang sendirian," ucap Kabir memulai percakapan.

"Tidak. Aku bersama temanku, kebetulan kami juga ada janji." Jawab Rashika senyum-senyum palsu.

Kabir tampak mengangguk-angguk. "Oh ya, ayahmu pasti sudah mengatakannya, tentang ... tentang kita." Ucap Kabir yang to the point.

Rashika menghentikan senyum palsunya. Tidak disangka ternyata pria ini tipe orang yang tidak sabaran, pikirnya. Rashika lalu menyikut Neha dengan sikunya memberi kode.

"Eh iya, Paman, apa kami bisa memesan minuman?" Tanya Neha sehingga membuat raut muka Kabir menjadi terlihat cemberut.

"Maaf maksudku Rashika dan aku belum makan siang juga," ucap Neha tampak gelagapan karena kesalahan perkataannya.

"Oh, tentu saja. Silakan kalian ingin memesan apa?" ucap Kabir kemudian dan bertanya pula.

Neha mengambil menu di depannya dan mengangkatnya agak tinggi hingga menutupi wajahnya dan juga Rashika.

"Kau sudah gila? Kenapa kau memanggil dia paman? Memang dia pamanmu?" bisik Rashika membesarkan pupilnya.

"Aduh maaf, aku keceplosan. Habis mau bagaimana lagi, aku seperti sedang berhadapan dengan ayahmu." Balas Neha berbisik pula.

"Sekarang bagaimana?" Tanya Rashika mulai kebingungan menghadapi pria itu.

Neha terdiam sejenak karena memikirkan sesuatu. "Kau tenang saja, serahkan semuanya padaku." Ucap Neha dengan penuh percaya diri.

"Kalian sudah menentukan makanan apa yang ingin dipesan?" Tanya Kabir hingga membuat kedua wanita itu terkesiap.

"Iya. Kami berdua ingin memesan menu no 7 dan 6 saja," jawab Neha sambil menunjukkannya.

Kabir melihat lalu melambaikan tangan pada salah seorang pelayan. Sang pelayan pun datang menghampiri mereka.

"Aku ingin memesan," ucap Kabir menunjukkan angkanya.

"Baik, Tuan. Mohon bersabar menunggu!" Ucap pelayan itu dan berlalu pergi.

Sementara menunggu makanan yang dipesan Rashika dan Neha datang, Kabir menatap Rashika sembari tersenyum-senyum. Neha menangkap pemandangan itu, ia pun berinisiatif untuk membuyarkan pandangan Kabir.

"Oh ya, Paman eh maksudku, Tuan. Berapa usia anda sekarang?" Tanya Neha hingga membuat Rashika membelalakan kedua matanya.

"Astaga! Neha berani-beraninya dia bertanya seperti itu padanya," ucap Rashika di dalam hatinya. Ia khawatir kalau pria itu akan tersinggung dengan pertanyaan Neha.

"Maaf, Tuan atas pertanyaan dari temanku." Sela Rashika merasa tidak enak hati.

"Tidak apa-apa. Aku senang kalau kita saling terbuka. Saat ini aku sudah berusia 48 tahun. Usia yang terlalu mapan, bukan?" Ucap Kabir dengan gaya santainya.

Rashika dan Neha ternganga dan sangat terkejut mendengar usia lelaki itu. Tidak hanya terlalu mapan tapi ini sudah terlalu kematangan.

"Aku tahu kalian pasti sangat terkejut mendengar usiaku itu. Tapi, yah, beginilah aku. Karena profesiku aku kesulitan dalam mencari pendamping. Kebanyakan dari mereka, mereka takut kalau putri mereka akan menjadi janda kalau sampai aku tewas dalam menjalankan tugas." Tutur Kabir mengingat pekerjaannya saat ini.

Neha terpaku menatap lelaki paruh baya itu.

"Tapi, Rashika, aku juga tidak akan memaksamu untuk menerimaku. Aku juga menyadari bahwa usiaku tidak lagi muda," ucap lelaki itu lagi.

"Aku mengerti, Tuan." Jawab Rashika singkat.

"Tapi kalau kau sudah mempunyai kekasih, aku akan memilih mundur. Tapi, yah, itulah kalau kau masih sendiri dan bersedia menerimaku, tentu saja aku akan sangat senang." Lirih Kabir dengan penuh pengharapan pula.

Rashika bergidik ngeri mendengarnya. Ia bahkan tidak pernah bermimpi untuk menikah dengan pria yang bahkan usianya jauh lebih tua darinya.

"Sebenarnya Rashika sudah mempunyai pacar, Paman." sergah Neha tiba-tiba.

"Oh ya?"

"Iya. Maaf maksudku, Tuan." Ucap Neha meralat perkataannya.

"Benarkah itu?" Tanya Kabir menatap Rashika di depannya.

"Astaga! Apa lagi yang direncanakan Neha kali ini? Dia benar-benar selalu membuat aku dalam masalah." Gerutu Rashika di dalam hatinya.

Rashika menelan salivanya dan berkata, "iya itu benar, tuan. Aku mempunyai kekasih tapi ...." Ucapan Rashika terhenti sejenak.

"Tapi kenapa?" Kabir kembali bertanya karena penasaran dengan kehidupan Rashika.

"Tt-ttapi ayah tidak merestui hubungan kami." Jawab Rashika dengan nada pelan.

Kabir mengerutkan dahinya. Ia berpikir kembali untuk meminang Rashika untuk menjadikannya istri. Lelaki itu meraih cangkir kopi di depannya dan menyeruput kopi itu.

"Kalau aku boleh tahu, apa alasan ayahmu tidak merestui hubungan kalian?" Tanya Kabir kembali.

Rashika tidak menyangka bahwa pria di depannya begitu ingin tahu kehidupan pribadinya. Rashika menolehkan pandangannya kepada Neha, gadis yang membuat ia semakin terjebak. Cerita apa lagi yang harus ia karang kali ini?

"Sebenarnya ayah tidak merestui kami karena dia bukan keluarga berada, Tuan." Jawab Rashika terpaksa mencari alasan.

Kabir mengangguk-angguk mendengar alasannya. "Yah, aku mengerti. Memang cinta tidak memandang status. Kau benar-benar mencintai pria itu?" Tanya Kabir memandang Rashika.

"Mereka saling mencintai, Paman. Cuma ya itu, ayah Rashika bandot tua itu terlalu tamak akan harta." Celetuk Neha ceplas ceplos tanpa memikirkan perkataannya.

Rashika melebarkan kedua matanya menatap Neha. Di dalam hati ia mengutuk temannya itu karena lidahnya yang terlalu ringan.

"Maaf, Paman. Aku memang selalu berbicara seperti ini, tapi aku mengatakan yang sebenarnya. Benarkan, Rash?" Ucap Neha menatap sahabatnya itu.

Rashika tercekat. Perlahan ia menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Neha.

Kabir Singh menghela napasnya baru menyadari sifat asli Tuan Thakur. Pantas saja Tuan Thakur sangat bersikeras agar ia mau menikahi putrinya.

"Ya, ya, aku mulai mengerti sekarang kenapa Tuan Thakur sangat ingin aku menikah dengan Rashika. Tetapi aku juga tidak bisa menolak keinginannya," ucap Kabir yang membuat Rashika dan Neha saling berpandangan. Mereka mengira rencana mengarang cerita akan menyurutkan niat Kabir untuk meneruskan perjodohan itu.

"Apa maksud anda, Tuan?" Tanya Rashika sedikit khawatir.

"Begini saja, aku ingin bertemu dengan kekasihmu itu, dengan begitu aku bisa meyakinkan ayahmu bahwa kalian saling mencintai. Aku akan membantu menyatukan hubungan cinta kalian berdua." Tutur Kabir Singh yang membuat mulut Rashika kembali terbungkam.

"Apa? Masalah baru lagi?" Ucap gadis itu di dalam hatinya.

"Paman maksudmu kau ingin bertemu dengan kekasih Rashika?" Tanya Neha mengulanginya.

"Iya, benar. Biarkan aku menemuinya, aku hanya ingin memastikan bahwa Rashika berada di tangan yang benar. Laki-laki yang betul-betul mencintainya dengan tulus." Ucap lelaki itu lagi.

Rashika melirik kepada Neha. Mereka harus memutar otak mereka kembali untuk mendapatkan lelaki yang akan berpura-pura menjadi kekaksih Rashika.

****

Rashika menggisa-gisa wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Aaaakkh ... aaaaaakkh ...." Teriak gadis itu dengan kesal mengusap wajahnya. Neha menghela napas melihat kelakuan sahabatnya itu.

Setelah menghabiskan waktu makan siang dengan Kabir Singh tadi, Rashika dan Neha pamit pergi dengan alasan ada jam kuliah tambahan. Namun, sebenarnya mereka menghindar mencari cara untuk mengelabui Kabir Singh besok.

Kabir Singh ingin bertemu dengan kekasih Rashika besok di tempat yang sama. Rashika juga terpaksa mengiyakan janji tersebut, meski ia tidak tahu siapa laki-laki yang akan ia bawa besok.

"Kau harus memikirkan cara membodohi laki-laki itu besok," ucap Rashika sembari mengarah telunjuknya ke depan wajah Neha.

"Bagaimana caranya?" Pungkas Neha pula.

"Aku tidak tau. Kau yang harus memikirkan caranya, ide gila ini datang dari dirimu maka kau yang harus memikirkan caranya." Pungkas Rashika dengan jengkel.

****

To be continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status