Share

Terjebak Obsesi Cinta Mafia Kejam
Terjebak Obsesi Cinta Mafia Kejam
Penulis: Iamyourhappy

Suara Tembakan

“Lalu tema apa yang akan kamu bawakan?” suara dari seseorang pria melalui ponsel.

“Romeo and Juliet,” jawab seorang perempuan yang tengah berbaring telungkup di atas ranjang. Rambutnya panjang dengan dress berwarna putih. Namanya Alesha Caroline, perempuan cantik berusia 22 tahun.

“Aku tebak, kamu yang jadi Juliet. Terus aku yang jadi Romeo..”

Alesha tertawa pelan. “Come on Aldrich, gak ada Romeo yang meninggalkan Juliet bertahun-tahun dan gak pernah pulang. Terus Juliet lagi yang mau nyamperin Romeo.”

Sedikit menyindir kekasihnya yang tidak pernah pulang beberapa tahun terakhir. Sudah dua tahun terakhir Aldrich tidak pulang. Katanya, pekerjaan di sana semakin banyak dan tidak bisa ditinggal.

“Sorry…” Aldrich menunjukkan ekspresi bersalahnya. “Tapi aku bukan bang Toyib kok—”

“Aldrich,” sargah Alesha kesal. Aldrich itu mirip pelawak—bawaannya memang bercanda terus.

Aldrich tertawa ringan. “Beneran sayang. Nanti kalau aku sudah dapat uang banyak dan harta yang berlimpah, aku bakal pulang terus lamar kamu. Kamu bisa keluar dari Panti dan kita bisa hidup bahagia.”

Itu adalah cita-cita mereka berdua. Aldrich bekerja merantau di Italia untuk mencari harta yang banyak supaya bisa mengajak Alesha menikah dan keluar dari Panti Asuhan. Panti Asuhan mendidik dan membesarkan anak-anak dengan sistem kerajaan. Mereka dilatih berprilaku seperti tuan putri. Kemudian saat mereka dewasa akan ada orang-orang dari kalangan atas yang mengadopsi.

Alasan mengapa Alesha masih berada di Panti Asuhan padahal umurnya sudah dewasa, karena Alesha berbakat. Alesha menghasilkan pundi-pundi uangnya sendiri dengan melakukan pertunjukkan balet. Panti Asuhan tetap tidak bisa melepaskannya. Harus ada seseorang dengan ekonomi mapan yang menjemputnya.

Alesha tersenyum. “Semoga semesta bisa mendengar doa dari pria yang gak pernah berdoa ini.”

“Semesta selalu mendukungku untuk memperjuangkan hubungan kita,” Aldrich mengedipkan mata. “Alesha my princess. I love you.”

Tentunya Alesha sudah biasa. Selain pelawak, Aldrich juga perayu. “I love you more my big boy.”

“Bye the way siapa yang jadi Romeonya?”

“Alex.”

“Come on, babe. Alex? Dia bahkan lebih pantas jadi Juliet daripada Romeo.”

Alesha terperanjat melihat kilatan senter yang masuk di sela-sela jendela kamarnya. Itu pasti penjaga Panti yang melakukan pengecekan apakah semuanya sudah tidur atau belum di jam 10.

“Sepertinya kamu harus tidur.”

Alesha mengerucutkan bibirnya sambil mengangguk. “See you di Italia. Ti amo.” Setelah itu segera menutup ponselnya, menaikkan selimut sampai sebatas leher.

Kemudian berpura-pura tidur saat petugas mulai membuka pintu kamar satu persatu.

~~

Hanya ada beberapa siswa dari Akademi balet yang terpilih melakukan Pertunjukkan di Italia. Salah satunya adalah Alesha. Kini ia sudah menginjakkan kaki di Italia. Alesha memejamkan mata—seperti keluar dari penjara, ia benar-benar bisa menghirup udara bebas tanpa menghawatirkan apapun.

Sebelum berlatih, untuk bersantai sejenak mereka diajak ke sebuah pantai. Di sana benar-benar indah. Selama ini Alesha hanya bisa melihatnya di layar ponselnya. Ia memotret lautan biru yang terbentang di depannya. Kemudian mengirimkan kepada kekasihnya.

“Kak Alesha,” panggil seseorang dari samping Alesha.

“Ya?” Alesha menoleh.

“Aku harap, aku bisa kayak kak Alesha. Bisa nolak diadopsi dan punya pacar yang ganteng dan humoris kayak kak Aldrich.” Freya benar-benar berharap nasibnya akan sama seperti Alesha.

Alesha mengangguk. Mengusap bahu perempuan yang usianya berada di bawahnya. “Kamu pasti bisa Freya. Bunda gak pernah nolak permintaan anak-anaknya yang berbakat. Jadi kamu harus semangat supaya bisa buktiin kalau kamu berprestasi.”

Alesha memilih menyendiri. Ia berjalan sembari memotret apa yang menurutnya menarik. Pandangan terhenti pada sebuah benda yang baru saja terjatuh. Alesha mengambilnya—kotak yang berisi batangan rokok yang masih penuh. Pemiliknya mungkin adalah gerombolan orang-orang yang berpakaian hitam yang mulai berjalan menjauh.

Alesha segera berlari menyusul. “Sir,” panggilnya.

Belum sempat berbicara. Salah satu orang di sana menunjukkan lima jari, artinya menolak.

“Tapi barang anda terjatuh.” Alesha menggunakan bahasa inggris.

“Tidak menerima pengemis,” jawab salah satu dari mereka.

Alesha mengerjapkan mata. “Saya hanya ingin mengembalikan barang ini pada anda.”

Kini semua mata menatapnya. Beberapa pria yang di sana menggeleng lelah. Menganggap Alesha benar-benar seperti pengemis yang meminta uang.

“Kenapa membuat keributan? Ingin mati?” tanya seorang pria yang menggunakan kacamata hitam. Auranya sungguh berbeda dengan pria lain. Nampak dingin dengan suara rendahnya. Kini berjalan mendekat ke arah Alesha.

Alesha mengernyit sebentar. Dengan berani mengambil tangan pria itu. “Ini milik anda yang tadi terjatuh.” Lalu mendongak, menatap pria itu. “GWS ya, Pak. Mati jangan dibuat mainan,” ucapnya dalam bahasa Indonesia.

Kemudian segera berbalik dan menjauh. Berlari menyusul rombongannya yang sudah masuk ke dalam bis. Tidak diketahui oleh Alesha jika pria tadi tengah menahan emosinya yang ingin segera meledak. Tangannya meremas kotak yang berisi rokok itu hingga hancur.

~~

Alesha kini telah siap. Ia sudah mengenakan sebuah gaun berwarna putih gading. Romeo and Juliet, kisah klasik yang sampai kini masih menjadi kisah romantis kesukaannya. Alesha bahagia bisa menjadi Juliet, meski Romeo-nya bukan Aldrich.

“Al, gue nervous banget, please.” Alex mengambil tangan Alesha dan mengusapnya beberapa kali.

Alesha merasakan jika tangan Alex benar-benar dingin. Ia juga gugup, wajar saja karena ini adalah pengalaman pertama mereka melakukan pertunjukkan di Negara orang.

“Kita pasti bisa. Semuanya pasti berjalan lancar.” Alesha mengusap punggung tangan Alex. “Gue pergi sebentar.” Alesha segera berlari keluar.

Ia tersenyum saat melihat seorang pria yang menggunakan pakaian serba hitam dengan tangan yang membawa sebuah bunga. Alesha langsung berlari kemudian menghambur di pelukan Aldrich.

“I miss you so much,” ucap Alesha dengan perasaan yang membuncah. Mencium beberapa kali pipi Aldrich dari samping. Ia benar-benar bahagia bisa bertemu kekasihnya.

Aldrich mengangkat tubuh Alesha dengan ringan, memutarnya beberapa kali. Setelah itu mengecup dahi Alesha beberapa detik. “I miss you too. Rasanya ingin mati karena menahan rindu.”

“ALESHA WAKTUNYA SIAP-SIAP,” teriak gurunya. Alesha tidak rela melepaskan genggaman tangannya.

“Nanti ketemu lagi.” Aldrich mengusap puncak kepala Alesha.

Alesha mengangguk. Ia membawa bunga pemberian Aldrich ke dalam. Berjalan mundur masuk ke dalam gedung. Tidak lupa sebelum benar-benar masuk—Alesha membuat hati dengan tangannya untuk Aldrich.

Acara sudah mulai—Alesha melakukan skenarionya. Alex mengangkat tubuhnya, setelah itu ia melakukan gerakan memutar. Sudah 15 menit pertunjukkan berlalu. Sesekali Alesha menatap Aldrich yang duduk di kursi tengah, memastikan jika kekasihnya tetap berada di sana untuk menontonnya sampai akhir.

DOOR

DOOR

Semua orang yang di sana terkejut. Alesha berhenti. Tubuhnya lemas—hanya dalam kurun waktu seperkian detik, ia sudah mendapati kekasihnya tengah tergeletak dengan kepala yang berlumuran darah karena tertembak.

“Aldrich…”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status