Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 119. Berpaling Darimu

Share

119. Berpaling Darimu

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-07-13 18:35:02

Di dalam ruang terapi yang serba putih itu, seorang dokter pria berusia lima puluhan dengan kumis tipis yang telah memutih sebagian, tengah memeriksa hasil audiometri terbaru Lorenzo. Wajahnya yang biasanya serius kini menampakkan senyum tipis yang melegakan.

"Kabar baik, Lorenzo," kata dokter itu sambil melepas kacamata bacanya dan menatap Lorenzo yang duduk di hadapannya dengan postur tegak.

"Telinga kanan anda sudah pulih sepenuhnya. Fungsi pendengaran telah kembali normal seperti sedia kala."

Lorenzo menghela napas dalam-dalam, udara mengalir keluar dari paru-parunya membawa sebagian kecil beban yang telah menumpuk selama berminggu-minggu. Namun, ekspresinya tetap kaku.

"Bagaimana dengan yang kiri?" tanyanya dengan suara yang tenang, meski dalam dadanya bergolak kegelisahan.

Dokter menarik napas dalam sebelum menggeleng perlahan, ekspresinya berubah prihatin. "Kami minta maaf. Saat ini implan koklea yang cocok untuk kondisi Anda masih belum tersedia. Kami membutuhkan wa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   124. Umpan Sempurna

    "Sebaiknya kita menepi terlebih dahulu," kata Lorenzo dengan suara yang tenang. Ella menangguk dengan canggung. Ia bergerak lebih menuju mobilnya dengan langkah yang lambat karena masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Ponselnya berdering, memaksanya untuk mencari benda yang terjatuh di bawah dashboard. Layar menunjukkan nama ayahnya—Thomas. Matanya mendelik teringat sesuatu. Laptop ayahnya! Ella menyisir rambutnya ke belakang hinga berantakan. Kalut menyerangnya, ia harus segara mengantarkan laptop ayahnya. Namun kini masalah baru menumpuk di atas masalah yang belum terselesaikan. Ella menarik napas dalam-dalam, ia memilih mengabaikan panggilan Thomas. Prioritas utamanya adalah menyelesaikan masalah di depannya terlebih dahulu. Setelah menepikan mobilnya, Ella keluar dari mobil dan menghampiri Lorenzo yang berdiri di depan pintu mobilnya. Pria itu tampak begitu tenang dan terkendali, kontras dengan keadaan batin Ella yang bergejolak. Setiap langkahnya terasa berat

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   123. Pelukan Familier

    Lorenzo De Luca. Pria yang ia cari tahu identitasnya melalui internet pagi ini, kini muncul di depannya. Namun, ada yang berbeda dari pria itu pagi ini. Pria yang semalam tiba-tiba muncul di hidupnya, memperkenalkan diri sebagai tunangannya dengan percaya diri dan tatapan yang hangat, kini menatapnya dingin. Ella pikir, pria ini pasti marah padanya karena membuat mobil mahalnya itu penyok. Pria yang menjulang tinggi di depannya terdiam heran dengan kening berkerut. Matanya yang dingin itu memindai penampilannya dari kepala hingga kaki, menilai setiap detail yang ada pada gadis itu. Keheningan yang menegangkan tercipta di antara mereka. Pria itu tersenyum tipis, sangat tipis hingga Ella bahkan tidak menyadarinya. Sebaliknya, Ella merasa terintimidasi oleh tatapan itu. "Aku minta maaf, apa kau terluka?" kata Ella memecah keheningan. Nada bicaranya rendah, tapi sarat dengan kelembutan yang tulus menutupi kepanikannya. Namun, matanya tidak bisa berbohong. Tatapannya mengekspresikan

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   122. Jam Sibuk

    Rasa penasaran terus menggerogoti jiwa Ella sejak semalam. Wajah Lorenzo tidak pernah lepas dari benaknya sejak pertemuan mereka semalam. Dan pagi ini, ia duduk tegak di depan laptop, handuk putih melilit rambut basahnya. Jari-jari lentiknya menari di atas keyboard mencari informasi personal tentang Lorenzo. Namun, semakin dalam ia menggali, semakin dalam pula kerutan di keningnya. Lorenzo De Luca, pria berusia tiga puluh empat tahun itu ternyata adalah CEO dari Luca Enterprises, sebuah perusahaan besar multi-industri yang di bidang manufaktur otomotif dan transportasi udara dengan jangkauan internasional. Perusaah itu telah memproduksi kendaraan mewah untuk kalangan elite dan memiliki satu maskapai yang cukup terkenal di berbagai kalangan. Setiap artikel yang ia baca hanya menampilkan citra positif dari profesinya, pencapaiannya, dan reputasi perusahaannya. Tidak ada berita tentang kehidupan pribadinya atau bahkan keluarganya. Tidak ada gosip, tidak ada skandal, tidak ada ko

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   121. Dia Bukan Milikmu

    Daren memasukkan tangannya ke dalam saku celana dengan gerakan yang lambat. Ia membalikkan tubuhnya, kini sempurna menghadap Lorenzo. Menatap langsung ke mata Lorenzo dengan tatapan yang penuh kesenduan. "Aku menemukan strip obat di kamarnya saat dia tinggal bersamaku di Chicago. Temozolomide. Obat itu tertinggal di kamarnya,” jelasnya dengan suara yang dingin. "Aku menyelidiki obat itu, dan mengetahui bahwa itu adalah obat yang hanya diberikan untuk pengidap tumor otak yang ganas,” lanjut Daren. Lorenzo mendengarkan dengn seksama sembari melipas fangan di depan dadanya. Udara malam dingin yang menusuk seolah mendukung perasaan mereka saat ini. Membekukan hati mereka dari kekacauan emosional yang menyesakkan. "Aku curiga, aku khawatir bahwa Ella mengonsumsi obat ini tanpa memberitahuku, tanpa memberitahu siapa pun.” Suara Daren mulai bergetar menahan emosi yang siap meledak. "Untuk memastikannya, aku bahkan nekat pergi ke villa keluarganya di Basseterre. Aku menyelinap masuk sep

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   120. Amnesia Parsial

    Tatapan tajam Lorenzo langsung menusuk pada Daren dan mata keduanya bertemu dalam pandangan yang penuh dengan kebencian. Ia beralih menatap Thomas dan Karen. Mata gelap Lorenzo berkilat berbahaya, menuntut penjelasan, tapi mereka semua membisu seribu bahasa. Rahangnya mengeras, tangannya terkepal. Suasana di ruang makan yang tadinya hangat kini berubah mencekam. Daren berdehem, ia dengan mudah membaca bahasa tubuh Lorenzo yang mengancam mereka semua. "Ella," kata Daren dengan suara yang lembut dan protektif. "Tidak apa-apa, sayang. Biar aku yang bicara dengannya. Kau istirahatlah di kamarmu." “Kau yakin tidak apa-apa?” tanya Ella skeptis, sesekali ia melirik Lorenzo dengan waswas. "Tentu saja," balasnya sembari mengusap kepala Ella membuat Lorenzo meradang karena Daren seolah sengaja menyentuh Ella untuk mengujinya. Ella mengangguk, kemudian berbalik melangkah ke kamarnya. "Keluar, kita perlu bicara,” kata Daren setelah Ella pergi. Kemudian mendului Lorenzo melangkah ke pelat

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   119. Berpaling Darimu

    Di dalam ruang terapi yang serba putih itu, seorang dokter pria berusia lima puluhan dengan kumis tipis yang telah memutih sebagian, tengah memeriksa hasil audiometri terbaru Lorenzo. Wajahnya yang biasanya serius kini menampakkan senyum tipis yang melegakan. "Kabar baik, Lorenzo," kata dokter itu sambil melepas kacamata bacanya dan menatap Lorenzo yang duduk di hadapannya dengan postur tegak. "Telinga kanan anda sudah pulih sepenuhnya. Fungsi pendengaran telah kembali normal seperti sedia kala." Lorenzo menghela napas dalam-dalam, udara mengalir keluar dari paru-parunya membawa sebagian kecil beban yang telah menumpuk selama berminggu-minggu. Namun, ekspresinya tetap kaku. "Bagaimana dengan yang kiri?" tanyanya dengan suara yang tenang, meski dalam dadanya bergolak kegelisahan. Dokter menarik napas dalam sebelum menggeleng perlahan, ekspresinya berubah prihatin. "Kami minta maaf. Saat ini implan koklea yang cocok untuk kondisi Anda masih belum tersedia. Kami membutuhkan wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status