Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 135. Kesalahan Manis

Share

135. Kesalahan Manis

Author: feynaa
last update Huling Na-update: 2025-07-26 22:13:54

Pagi itu suasana di ruang makan terasa lebih dingin dari biasanya. Cahaya hangar matahari yang menembus jendela tidak mampu menghangatkan suasana di antara Ella dan Daren yang duduk berhadapan di meja makan.

Ella duduk dengan gusar, tangannya mengaduk-aduk sereal dalam mangkuk keramik dengan gerakan berputar. Mata cokelatnya yang peka menangkap setiap detail perubahan pada pria yang telah berbagi hidup bersamanya selama bertahun-tahun.

Daren duduk dengan punggung tegak, rahangnya mengetat. Mata birunya yang biasanya hangat kini kosong. Pria yang biasanya selalu mengisi keheningan pagi dengan percakapan ringan yang selalu berhasil membuatnya tersenyum kini terlihat sedang dalam suasana hatinya yang buruk.

Sejak semalam setelah ia selesai berbincang dengan Lorenzo di teras, pria itu terlihat murung.

Lorenzo bukan hanya telah berhasil merusak momen kencan romantisnya dengan kedatangannya yang tidak diundang, tapi juga berhasil mengganggu ketenangan Daren karena ancaman kematian itu.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   135. Kesalahan Manis

    Pagi itu suasana di ruang makan terasa lebih dingin dari biasanya. Cahaya hangar matahari yang menembus jendela tidak mampu menghangatkan suasana di antara Ella dan Daren yang duduk berhadapan di meja makan. Ella duduk dengan gusar, tangannya mengaduk-aduk sereal dalam mangkuk keramik dengan gerakan berputar. Mata cokelatnya yang peka menangkap setiap detail perubahan pada pria yang telah berbagi hidup bersamanya selama bertahun-tahun. Daren duduk dengan punggung tegak, rahangnya mengetat. Mata birunya yang biasanya hangat kini kosong. Pria yang biasanya selalu mengisi keheningan pagi dengan percakapan ringan yang selalu berhasil membuatnya tersenyum kini terlihat sedang dalam suasana hatinya yang buruk.Sejak semalam setelah ia selesai berbincang dengan Lorenzo di teras, pria itu terlihat murung.Lorenzo bukan hanya telah berhasil merusak momen kencan romantisnya dengan kedatangannya yang tidak diundang, tapi juga berhasil mengganggu ketenangan Daren karena ancaman kematian itu.

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   134. Dia Memilihku

    Tetesan hujan pertama jatuh tepat ketika mereka turun dari wahana roller coaster. Langit yang tadi biru cerah kini berubah menjadi kelabu. Daren tanpa berpikir panjang menarik Ella merapat pada tubuhnya, membentangkan jaket kulitnya di atas kepala gadis itu sebagai pengganti payung. Ella tersenyum tipis merasakan kehangatan tubuh Daren yang melindunginya dari dinginnya hujan. Hujan semakin deras, memaksa mereka berlari lebih cepat mencari tempat berteduh. Daren menarik Ella menuju deretan toko dan restoran yang berjejer tidak jauh dari wahana permainan. Namun, senyuman Ella langsung pudar ketika ia menyadari Lorenzo juga ikut menyusul mereka, ekspresi wajahnya gelapnya tajam, penuh dengan emosi yang menunjukan kejengkelan. Ia lengah sehingga membuat Daren punya kesempatan menyentuh Ella. Mereka memasuki sebuah restoran kecil yang hangat. Bau masakan yang lezat langsung menyambut mereka, memberikan kontras suasana yang nyaman dari dinginnya hujan di luar. Daren, dengan penuh per

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   133. Kencan Bertiga

    Sore itu, langit Chicago menampilkan gradasi jingga yang memukau. Taman hiburan dipenuhi tawa anak-anak dan aroma manis permen kapas yang menguar di udara. Ella berjalan di samping Daren, tangan mereka saling bertaut. Senyum hangat menghiasi wajah mereka kontras dengan angin dingin yang beriup menerbangkan helai-helai rambut cokelat dan dress putih berbunga-bunga kecil yang dikenakannya. Mata Ella berbinar-binar penuh perhatian. Di sebelahnya, pria berambut pirang itu selalu berusaha membuat Ella nyaman, selalu sabar menghadapi segala tingkah lakunya yang terkadang sulit ditebak. "Daren, aku mau ice cream," pinta Ella dengan suara sedikit manja. Daren tertawa kecil mendengar jawaban itu. "Baiklah, tunggu di sini, Tuan Putri, aku akan membelikannya untukmu." Ella mengangguk dengan senyum geli. Ia duduk di kursi besi yang berada di bawah pohon maple. Mata memperhatikan sekitarnya, lalu tatapannya terhenti pada sosok pria betubuh tegak dan besar yang menghampirinya dengan tatapan in

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   132. Pria yang Tepat

    Cahaya pagi yang lembut menerobos melalui tirai jendela rumah dua lantai klasik di pinggiran danau. Ella berdiri di dapur, mengenakan kemeja tidur sutra berwarna krem yang jatuh anggun hingga pertengahan pahanya. Tangannya bergerak menyeduh sereal, makanan instan untuk sarapan. Suasana hangat pagi hari kontras dengan suasana hatinya yang dingin akibat pertengkarannya dengan Daren semalam dan sampai hari ini mereka belum berdamai. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Ella tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang datang karena di rumah ini hanya ada ia dan Daren. Ella mencoba acuh tak acuh, dengan kehadiran Daren. Tanpa suara, sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya, pria itu memeluknya dari belakang. Tubuh hangat Daren menempel di punggungnya, dan Ella merasakan napas pria itu menggelitik tengkuknya. Gerakan tangan Ella di atas mangkuk serealnya terhenti. "Ella," panggilnya dengan suara serak, khas orang bangun tidur. "Aku minta maaf. Aku tahu semalam aku keter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   131. Jangan Menolakku

    "Kau bicara seolah ini salahku. Seolah aku yang menginginkan keadaanku jadi seperti ini, seolah aku yang ingin melupakanmu. Aku tidak meminta ini semua. Aku juga mau mengingat semua itu." Suara Ella bergetar lirih, dipenuhi frustrasi yang mendalam. Matanya yang berlinang tangisan memandang pria di sampingnya dengan tatapan yang campur aduk antara marah, sedih, dan putus asa. Tangannya bergetar, mengepal di pangkuan, mencoba menahan gelombang emosi yang menyesakkan dadanya. Lorenzo memejam matanya sejenak, ia tidak pernah seemosional ini sebelumnya. Bahkan di pertengkaran-pertengkaran mereka sebelumnya, Lorenzo masih bisa mengendalikan dirinya dan tetap tenang. Namun, sekarang rasanya jauh berbeda, Ella sudah terlalu terikat kuat padanya baik fisik maupun hatinya. Wajah pria itu melunak. Ia menatap Ella dan perlahan menangkup wajah Ella dengan lembut, mereka saling menatap dalam, menyalurkan segala badai emosi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Aku tidak menyalahkanm

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   130. Kerinduan yang Pedih

    "Cukup. Diamlah!" sergah Ella dengan suara bergetar, tangannya mengepal erat di sisi tubuh. Wajah Ella merah padam bagaikan kepiting rebus. Rasa malu yang mendalam mencengkram dadanya membuatnya sulit bernapas. Mata cokelatnya memandang Lorenzo dengan tatapan penuh tanda tanya dan terkejut. Bagaimana mungkin pria yang ia anggap asing ini ternyata mengetahui setiap detail paling rahasia tentang tubuhnya? Ini membuatnya berpikir bahwa meraka memang pernah menjalin hubungan yang intim di masa lalu yang kini hilang dalam ingatannya. Namun, semakin keras dia berusaha mengingat, semakin sakit kepalanya. Mata cokelatnya berkilat dengan kebingungan, tapi ada kilatan kemarahan juga di sana yang membuat rahangnya mengeras. Ia terdiam sejenak, banyak sekali pertanyaan yang muncul di benaknya hingga ia tidak tahu pertanyaan mana yang akan ia lontarkan terlebih dahulu. "Jika memang kau tunanganku, kenapa orang tuaku merencanakan pertunanganku dengan Daren seolah kau tidak pernah ada di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status