Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 75. Pawang Lorenzo

Share

75. Pawang Lorenzo

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-06-12 22:01:22

Suara tamparan itu bergema keras di seluruh ruangan. Lorenzo terhuyung mundur satu langkah, keseimbangannya hilang karena kejutan dan kekuatan pukulan yang tidak disangkanya. Pipi kirinya langsung memerah, bekas jari Ella tercetak dengan jelas.

Gadis itu benar-benar memukulnya dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya, penuh dendam. Mata hitam Lorenzo melebar, syok hebat. Bahkan Daren yang sudah melangkah maju, bersiap untuk hal-hal buruk pun seketika terdiam di tempatnya. Ia juga sama terkejutnya dengan Lorenzo.

“Aku sangat kecewa padamu, Lorenzo,” kata Ella dengan suara yang bergetar karena amara yang mendalam. Air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk mata.

“Kau menginginkan aku di saat kau bahkan tidak bisa melihat aku sebagai diriku sendiri!” makinya, suaranya naik beberapa oktaf.

Ella melangkah lebih dekat, kepalanya mendongak menatap nyalang Lorenzo. “Hanya Seline, Seline, dan Seline yang ada di pikiran dan hatimu! Tidak pernah ada aku. Tidak pernah ada Gabriella Jovianne di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   79. Ciuman Perpisahan

    Mobil hitam itu perlahan berhenti beberapa meter di depan mereka. Pintu mobil terbuka, sepasang kaki panjang melangkah keluar, kemudian sosok itu berjalan cepat menghampiri mereka. Ella menyipitkan mata, berusaha mengenali wajah yang samar-samar terlihat di di bawah cahaya lampu jalan yang redup.“Lorenzo, kau baik-baik saja?” Suara itu terdengar berat dan sangat khas dengan aksen Italia.Lorenzo seketika menurunkan kewaspadaannya yang sempat meninggi melihat kedatangan Alessio. “Ya, tidak apa-apa,” jawab Lorenzo santai.Alessio sesaat melirik Ella dengan tatapan heran yang sulit disembunyikan. Alisnya sedikit terangkat. Bertanya-tanya, bagaiman gadis itu bisa berada di sini dan bagaimana gadis ini bisa tiba di lokasi lebih cepat darinya. Namun pertanyaan teralihkan ketika ia melihat bangkai mobil Lorenzo yang tergeletak mengenaskan di pinggir jalan.“Ini gila,” gumamnya tidak percaya, menggelengkan kepala sambil menatap nanar reruntuhan mobil mewah itu. “Benar-benar gila.”“Ayo, seba

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   78. Antara Hidup dan Mati

    Dengan gerak cepat dan hati-hati, Ella mengendap-endap memasuki garasi. Merampas kunci mobil Daren yang tergantung di dekat pintu garasi. Ia masuk ke mobil yang berwarna abu-abu metalik. Mesin mobil menyala dengan dengung halus. Jari-jari Ella bergetar ketika mengatur navigasi di layar dashborad agar susuaiengan alamat yang Lorenzo berikan.Ella mulai menginjak pedal gas dan perlahan ia menambah kecepatan mobilnya. Jalan raya pada malam itu sepi. Hampir tidak ada mobil yang berlalu lalang selain mobilnya. Jantungnya berdebar seiring GPS di layar dasboard yang membentuk peta besar menunjukkan ia semakin dekat dengan Lorenzo.Tangannya mencengkeram setir begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya menyipit saat melihat sorot lampu mobil di kejauhan dari arah yang berlawanan. Namun, tiba-tiba di pertigaan muncul siluet truk besar yang melaju dengan kecepatan tinggi dan menghantam kuat mobil sedan hitam dari arah berlawan.Mata Ella membuatlat, mulutnya terbuka lebar disertai je

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   77. Telepon Darurat

    Jantung Ella mulai berdetak lebih cepat. Napasnya terhenti sepersekian detik. Tangannya langsung terasa dingin seperti es. Dengan perlahan, ia mendekat ke pintu dan menempelkan telinga ke celah pintu, berusaha mendengar dengan lebih jelas.“Rem mobilnya sudah dirusak. Kemudian truk itu akan datang dari arah berlawanan tepat pada waktu yang sudah ditentukan. Lorenzo tidak akan memiliki kesempatan sedikitpun untuk menghindar, dan semuanya akan terjadi malam ini, paling lambat dalam dua jam ke depan.”“Lalu apa ada laporan terbaru saat ini?” Suara Daren terdengar sangat tenang.Suara Marlo berlanjut dengan nada yang tegas dan penuh kepastian. “Ya, kami telah mendapat kabar bahwa pria itu sudah masuk ke dalam perangkap kita. Orang yang ditugaskan untuk mengawasinya melaporkan bahwa sekarang Lorenzo sedang dalam perjalanan menuju tempat yang kita tentukan.”Ella mundur dari pintu dengan langkah yang goyah, tubuhnya hampir kehilangan keseimbangan karena syok hebat. Ella menggigit bibirnya g

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   76. Pembunuhan Berkedok Kecelakaan,

    Kesadaran Ella kembali secara perlahan. Kepalanya berdenyut-denyut dan terasa berat, membuatnya meringis. Pandangannya masih kabur ketika ia mencoba meperhatikan sekitarnya. Ia mengerjap berkali-kali, mencoba memfokuskan pandangannya.“Ella? Kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?”Suara Daren terdengar lembut, meski ekspresi wajahnya dan tubuhnya masih tegang, penuh kekhawatiran. Ia duduk di sisi ranjang, tubuhnya sedikit membungkuk ke arah Ella. Gadis itu mencoba mengubah posisinya, dibantu oleh Daren dengan hati-hati, mneyangga punggungnya.“Aku baik-baik saja,” balasanya dengan suara serak yang terdengar lemah.Tangan Daren membelai lembut rambut Ella, menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga gadis itu. “Dokter bilan kau kelelahan. Kau pasti sangat stress dan tertekan dengan kebaradaan Lorenzo, ya?”Tangan Daren bergerak perlahan menyelipkan helai rambut Ella yang meutupi wajahnya ke belakang telinganya. “Dokter bilang kau mengalami kelelahan ekstrem. Kau pasti sangat stres da

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   75. Pawang Lorenzo

    Suara tamparan itu bergema keras di seluruh ruangan. Lorenzo terhuyung mundur satu langkah, keseimbangannya hilang karena kejutan dan kekuatan pukulan yang tidak disangkanya. Pipi kirinya langsung memerah, bekas jari Ella tercetak dengan jelas.Gadis itu benar-benar memukulnya dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya, penuh dendam. Mata hitam Lorenzo melebar, syok hebat. Bahkan Daren yang sudah melangkah maju, bersiap untuk hal-hal buruk pun seketika terdiam di tempatnya. Ia juga sama terkejutnya dengan Lorenzo.“Aku sangat kecewa padamu, Lorenzo,” kata Ella dengan suara yang bergetar karena amara yang mendalam. Air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk mata.“Kau menginginkan aku di saat kau bahkan tidak bisa melihat aku sebagai diriku sendiri!” makinya, suaranya naik beberapa oktaf.Ella melangkah lebih dekat, kepalanya mendongak menatap nyalang Lorenzo. “Hanya Seline, Seline, dan Seline yang ada di pikiran dan hatimu! Tidak pernah ada aku. Tidak pernah ada Gabriella Jovianne di

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   74. Kemarilah, Sayang

    Mata hitam Lorenzo menyapu setiap sudut ruangan sambil megembuskan rokoknya. Aroam temabaku kini bercamur dengan aroma kopi yang mulai memudar. Pandangannya bergerak mencari tanda-tanda sosok yang dicarinya. Kemudian pandangannya beralih pada Daren yang berdiri tegak dengan postur penuh kewapsadaan.“Di mana dia?” tanya Lorenzo dengan suara yang terdengar tenang.Daren menarik napas dalam, ia menyelipkan tangan di saku celananya, kemudian dengan gerakan yang dibuat santai, ia duduk di kursi berlengan yang berhadapan langsung dengan Lorenzo.“Siapa?” Daren berpura-pura tidak tahu, ia menatap Lorenzo dingin sembari mengangkat dagunya, menantang.Lorenzo menghisap rokok dalam-dalam. Asap yang dihembuskannya mengepul pelan, hingga Daren bisa mencium arom tembaku yang kuat.“Jangan bermain-main denganku, Daren Mathew,” balas Lorenzo dengan nada yang rendah. “Kau tahu persis siapa yang kucari. Bawa dia padaku. Sekarang.”Mata hitamnya menatap tajam ke arah Daren, aura intimidasi yang dipanc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status