Share

Bab 3. Bungkam

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-08 14:22:26

Untungnya, tidak ada yang terjadi semalam.

Meski Elena sempat tegang ketika Alex menindih tubuhnya, namun hanya itu. Setelah berhasil mengancam Elena hingga wanita itu tidak bisa berkata tidak, Alex mundur. Dia pergi begitu saja, sempat menyesap rokoknya dalam-dalam. Bahkan sekedar menatap ke arah Elena saja tidak.

Elena mencoba melupakan kekesalannya sendiri. Kekesalan yang membuat dirinya malu. Kenapa dia harus mengharap lebih, padahal baru kemarin dia bertemu Alex. Apa karena Alex tampan? Elena cepat-cepat menggeleng, mencoba untuk menyadarkan diri.

“Nyonya Elena?” sapa Vero, ketika Elena turun ke bawah menuju ruang makan. “Selamat pagi,”

Elena balas tersenyum. Matanya berkeliling mengamati ruangan besar itu. Sebuah meja makan panjang dari marmer hitam berdiri di tengah ruangan, dikelilingi oleh kursi-kursi berlapis kulit dengan detail ukiran emas di sandarannya. Jendela-jendela besar dengan tirai beludru merah marun yang berat membuat cahaya matahari masuk tanpa cela pagi ini, menerangi lantai kayu ek yang berkilauan. 

“Apa yang ingin Anda santap pagi ini, Nyonya?” tanya Vero.

“Aku mau oatmeal hangat dengan stroberi atau pisang, Vero,” jawab Elena penuh senyum. Ketika salah satu pelayan menarik kursi dan mempersilahkan Elena untuk duduk.

“Baik, Nyonya,” Vero segera memerintahkan salah satu pelayan untuk memberitahu koki di dapur.

“Kemana Alex?” tanya Elena penasaran, karena sejak pagi dia menyusuri sudut rumah, dia tidak melihat Alex.

“Tuan Alex sudah berangkat, Nyonya. Beliau hanya berpesan untuk menyiapkan segala yang Anda butuhkan,”

Elena mengangguk. Dia cukup puas dengan keramahan Vero, merasa sedikit aman meski tengah berada di lingkungan asing yang dia sama sekali tidak terbiasa. Kediaman Blackwood sangat besar, nyaris seperti istana.

“Nyonya Victoria,” tukas Vero tiba-tiba. Dia membungkuk ke arah belakang tempat Elena duduk.

Elena spontan berdiri dan memutar tubuh. Victoria Blackwood masuk ke dalam ruang makan dengan langkah anggun dan penuh wibawa. Rambutnya panjang, berwarna abu-abu keperakan, tergerai lembut di bahunya. Victoria mengenakan gaun sutra berwarna ungu tua yang membalut tubuhnya dengan pas. Saat dia mendekati meja makan, aroma parfum mawar yang lembut mengiringi setiap langkahnya. Victoria berhenti di depan Elena, tersenyum tipis namun formal.

Elena tidak sanggup menatap mata Victoria. Dia menundukkan pandangan. Seumur hidup, ini adalah pertama kalinya Elena melihat secara langsung seorang wanita konglomerat. Digdayanya benar-benar tidak bisa diatasi oleh Elena. Dan juga, dengan ini Elena seratus persen yakin jika Victoria adalah ibu kandung Alex. Mereka berdua sama-sama memancarkan aura intimidasi yang kuat.

“Selamat datang di mansion Blackwood. Selamat menjadi bagian keluarga Blackwood,” tukas Victoria, memecah ketegangan.

“Terima kasih, Nyonya … “

“Kenapa kamu memanggilku begitu?” potong Victoria. “Panggil aku Mama,”

Elena sekali lagi menunduk. Namun samar-samar dia mengangguk patuh, sama seperti yang dia lakukan di hadapan Alex.

Elena kira, di rumah ini hanya ada dia dan Alex. Sejak pagi mengelilingi sudut rumah, Elena tidak menyadari keberadaan Victoria.

“Aku tinggal di sisi barat rumah ini,” Victoria menunjuk. “Terpisah dari rumah induk, tapi masih dalam satu pagar. Jika kamu ada waktu, mampirlah,”

“Pasti, Mama,” Elena sudah bisa bicara lebih santai.

Tak lama, pelayan membawa keluar sarapan oatmeal hangat permintaan Elena. Kemudian membawa keluar secangkir teh earl grey, lengkap dengan desert kecil sebagai pelengkap. Pelayan menyerahkan teh itu pada Victoria, yang kini duduk jauh di seberang Elena.

“Semoga kamu menikmati harimu di sini,” ucap Victoria, sambil mengaduk tehnya. 

***

Elena menghembuskan nafas keras, lalu menjatuhkan kepala ke meja marmer ruang makan setelah Victoria pergi. Mereka berdua hanya mengobrol singkat selama belasan menit, tapi Elena sudah sangat terpojok. Aura Victoria sangat mendominasi, seakan bisa mencekik leher Elena hanya dari tatapan.

Vero tersenyum geli melihat tingkah Elena, namun sebisa mungkin dia tahan. Seperti melihat sebuah hiburan di tengah kekosongan rumah besar itu.

“Saya sudah menyiapkan perlengkapan Anda untuk bekerja, Nyonya,” Vero mencoba membangunkan Elena.

“Ya, aku harus bekerja!” Untuk ucapan ini, Elena seakan bicara pada dirinya sendiri.

“Nyonya Elena,” panggil David.

Elena keheranan kenapa David, asisten Alex ada di sini padahal tuannya sudah pergi. Sementara David justru tersenyum dan sempat mengucapkan salam selamat pagi pada Elena.

“Ada yang ingin saya tunjukkan, Nyonya. Atas perintah Tuan Alex. Mari ikut saya,” David mengajak Elena dengan isyarat tangan.

Elena memilih sunyi. Dia berjalan cepat mengikuti langkah kaki David yang ada di depannya. Mereka naik ke lantai atas, menyusuri lorong dengan banyak ruang di sisi kiri dan kanan. Di ujung, Elena bisa melihat kamar pengantin yang semalam dia tempati. Namun bukannya menuju kamar itu, David justru berhenti di depan dua kamar yang saling berhadapan, tepat di sisi kiri dan kanan kamar pengantin yang berada di paling pojok.

“Kamar siapa?” tanya Elena bingung.

Lantas David mengeluarkan kunci dari saku celana dan membuka satu sisi kamar. Tanpa bicara, dia mempersilahkan Elena masuk. Namun tentu Elena menolak.

“Atas perintah Tuan Alex, ini adalah kamar Anda, Nyonya Elena,”

“Kamarku?” Elena menunjuk dirinya. “Tapi … “ Dia teringat akan kamar pengantin di depannya.

“Ini kamar Anda, Nyonya,” sahut David cepat. Kemudian tangannya menunjuk kamar lain di depan kamar itu. “Di depan ini adalah kamar pribadi Tuan Alex,”

Dalam sekejap Elena bisa mengambil kesimpulan. Dia menganga tak percaya. Memandang kamarnya dan kamar Alex secara bergantian.

“Jadi maksudmu, aku dan Alex punya kamar masing-masing?” tanya Elena, berusaha menyimpulkan.

David tidak menjawab, hanya menunduk. Kemudian dia menyerahkan kunci pada Elena.

“Kamar yang semalam Anda tempati adalah kamar pengantin. Tuan berpesan, kamar itu harus dikunci dan hanya Tuan yang memegang kuncinya,” terang David. “Kamar itu hanya digunakan saat Tuan sedang ingin bersama Anda,”

“Apa?” Reaksi Elena meninggi. Tak pernah menyangka Alex akan segila ini. Atau ini adalah hal lumrah yang biasa dilakukan para konglomerat?

Lantas David merogoh sakunya lagi. Kali ini dia menyerahkan sebuah kunci mobil Maserati Levante GranLusso yang berkilauan. “Ini hadiah pernikahan Nyonya, dari Tuan Alex,”

Elena meraih kunci itu dengan ragu-ragu, merasakan beban berat di telapak tangannya. Kunci itu terbuat dari logam berkilau, dengan logo Maserati di bagian tengahnya tersemat sempurna di atas bantalan sutra yang lembut.

Elena mengangkat matanya untuk melihat David, yang masih menatapnya dengan tatapan ramah. “Untuk apa dia memberiku ini?”

“Sepertinya Anda kehilangan mobil karena harus melunasi hutang Latham, Nyonya?” David mengingat instruksi dari Alex. “Mobil ini adalah gantinya,”

“Tapi ini … “ Tangan Elena gemetar sedikit. Tentu harga mobil lusuhnya tidak sebanding dengan harga mobil Maserati ini. Namun Elena memilih untuk menyimpan kunci itu. “Ucapkan terima kasih pada Alex,”

David mengangguk lega. Tugasnya sebentar lagi selesai.

“David, tunggu,” Elena mendadak menghentikan laju kaki David. Dia berjalan penuh kebimbangan mendekati David yang berjalan dua langkah di depannya. “Bisakah aku bertanya sesuatu?”

David tidak menjawab. Dia nampak sedang berpikir. Tapi Elena tidak peduli. Dia sudah menyusun pertanyaan untuk David di dalam kepalanya.

“Semalam ada wanita asing yang menyerangku dari balkon kamar pengantin,” cerita Elena cepat.

Mata David melebar. Nafasnya tercekat mendengar cerita Elena. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang.

“Siapa wanita itu? Kenapa dia bisa masuk? Aku yakin penjagaan di rumah ini sangat ketat,” cecar Elena. Dia yakin kesempatannya untuk bertanya hanya kali ini. Dan dia tidak mau menyia-nyiakan itu.

David menahan nafas. Bola matanya yang gelap melebar. “Nyonya … “ David sengaja berhenti.

“Kamu tahu siapa dia?” desak Elena tak sabar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood   Extra Part 3

    Tabitha awalnya tidak pernah membayangkan akan bekerja bersama David. Asisten Alex yang setia itu. Semua bermula ketika Tabitha diberi tanggung jawab untuk menangani kasus yang cukup rumit. Firma hukum tempatnya bekerja tiba-tiba meminta David untuk menjadi mitra kerja Tabitha dalam menangani kasus ini, mengingat pengalamannya dalam analisis hukum yang mendalam.Tabitha mulai sedikit terganggu. Bukan karena David menonjol atau banyak bicara, melainkan karena David adalah bayangan Alexander Blackwood, mantan suaminya. Dimana ada Alex dan kasus, disitu pasti ada David. David bukan hanya asisten Alex—dia adalah orang kepercayaan yang tahu bagaimana menjaga rahasia dan membaca situasi tanpa perlu diberi tahu. Selama bertahun-tahun, Tabitha dan David hampir tidak pernah berinteraksi langsung, selain salam sopan dan percakapan singkat terkait Alex. "Kenapa kau tiba-tiba di sini?" tanya Tabitha dengan dahi berkerut. "Apakah tidak ada orang lain?"David membenarkan dasinya dengan gerakan lam

  • Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood   Extra Part 2

    Hari itu, suasana di mansion Blackwood terasa berbeda. Para staf pelayan sibuk sejak pagi, membersihkan setiap sudut ruangan, memastikan semuanya dalam keadaan sempurna untuk menyambut kedatangan Adrian dan Lidya. Pintu-pintu besar dibuka lebar, untuk mengundang angin segar sekaligus menandai dimulainya babak baru dalam rumah itu.Adrian berdiri di depan gerbang utama bersama Lidya. Menatap megahnya mansion yang kini akan mereka tinggali. Sekilas, ada keraguan di wajah Lidya. Dia menggenggam tangan Adrian lebih erat.“Kamu yakin ini keputusan yang tepat?” tanya Lidya.Adrian mengangguk. Matanya tetap terpaku pada bangunan besar itu. “Ini rumah keluargaku. Aku tahu banyak kenangan buruk di sini, tapi kita bisa mengubahnya. Aku ingin anak-anak kita tumbuh di tempat ini dengan kenangan yang lebih baik,”Lidya menarik napas panjang, mencoba memahami keyakinan Adrian. Saat mereka melangkah masuk, Elena muncul di ruang tengah sambil menggendong bayi kecilnya yang baru lahir. Di sampingnya,

  • Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood   Extra Part 1

    Elena berusaha mengendalikan napasnya sambil merasakan kontraksi yang semakin kuat. Wajahnya pucat, namun entah dari mana dia mendapatkan kekuatan yang luar biasa untuk bertahan. Di sampingnya, Lina menggenggam tangan Elena erat, memberikan semangat tanpa henti.“Elena, kamu kuat. Sebentar lagi semuanya akan selesai,” ujar Lina dengan suara lembut. Dia terus menggenggam tangan putrinya itu.Elena mengangguk lemah, berusaha mengumpulkan kekuatan. Di luar ruangan, terdengar langkah kaki berlarian tergesa. Alex berlari menuju kamar. Wajahnya penuh kekhawatiran, tetapi ada kebahagiaan kecil yang berkilat dibalik ekspresinya."Maaf aku terlambat, Sayang!" tukas Alex, sama tegangnya seperti Elena."Mana Sophia dan Edward?" tanya Elena di sela-sela kontraksi."Aku sudah menitipkan mereka pada Lidya. Kamu jangan khawatir," jawab Alex. Kemudian dia pun mendekat ke samping Elena. "Aku ada di sini sekarang, menemanimu," ucapnya lirih.Beberapa jam berlalu dalam perjuangan yang tidak mudah. Elena

  • Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood   Bab 123 Akhir

    Dua tahun kemudian …Adrian berdiri di sisi Lidya, memandang dengan penuh cinta saat mereka mengucap janji suci di depan altar. Pernikahan mereka berlangsung sederhana namun intim, dikelilingi keluarga dan sahabat dekat. Adrian yang tetap menjabat sebagai CEO Blackwood, terlihat lebih bahagia berkat kehadiran Lidya. Wanita itu kini tidak hanya menjadi pendamping hidupnya, tetapi juga penasihat terpercaya dalam banyak keputusan besar.Sementara Alex, Elena, dan Sophia memilih menjalani hidup yang lebih tenang di rumah baru mereka. Sebuah vila kecil yang dikelilingi kebun hijau di pinggir kota. Rumah itu sederhana dibandingkan dengan mansion Blackwood yang megah, tetapi memberikan kedamaian. Sophia–yang kini berusia 9 tahun, tumbuh menjadi gadis yang ceria dan cerdas. Dia tetap senang melukis dan sering membantu Elena di kebun kecil mereka.Alex dan Elena memulai bisnis kecil berupa book cafe, menggabungkan kecintaan Elena pada literasi dengan keahlian bisnis Alex. Bisnis itu berkembang

  • Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood   Bab 122 Berkorban untuk Istriku

    Namun para polisi itu tidak terpengaruh oleh teriakan Tuan Thompson. Pemimpin tim penyidik mendekatinya, menatap Tuan Thompson dengan dingin. "Anda memiliki hak untuk tetap diam. Segala sesuatu yang Anda katakan dapat digunakan untuk melawan Anda di pengadilan. Kami menyarankan Anda mengikuti prosedur ini dengan tenang,"Rasanya waktu berhenti bagi Tuan Thompson. Semua ambisi, rencana, dan strategi yang dia bangun selama bertahun-tahun kini runtuh hanya dalam hitungan menit. Dia mencoba berpikir cepat, mencari cara untuk melarikan diri dari situasi ini. Tetapi setiap sudut pikirannya terasa buntu.Ketika borgol akhirnya mengunci pergelangan tangan Tuan Thompson, segala kekayaan yang selama ini dia pamerkan menghilang sepenuhnya. Dia dibawa keluar dari kantor miliknya, melewati para karyawan yang terkejut melihat bos mereka ditangkap polisi. Beberapa dari mereka mulai berbisik-bisik, sementara yang lain hanya memandangi adegan itu dengan ekspresi tidak percaya.Di luar gedung, wartawan

  • Terjebak Pernikahan Kontrak Tuan Blackwood   Bab 121 Kehancuran

    Hari itu, suasana di mansion Blackwood lebih tegang daripada biasa. Sejak kabar tentang penyelidikan keterlibatan Victoria dalam kasus rumah sakit jiwa tersebar luas, mansion berubah menjadi tempat yang mencekam. Sekaligus menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi Victoria.Wartawan berkumpul di gerbang depan, kamera mereka terus mengarah ke pintu utama. Kilatan lampu kamera seperti petir yang menyambar tanpa henti, disertai teriakan pertanyaan para wartawan yang mencoba menembus tembok mansion."Mrs. Blackwood! Apa benar Anda terlibat dalam kasus manipulasi terhadap mantan menantu Anda, Tabitha Hill?""Apa komentar Anda tentang bukti yang sudah ditemukan?""Benarkah ada tekanan hukum yang Anda gunakan untuk mengurung Tabitha di rumah sakit jiwa?"Pertanyaan-pertanyaan itu membahana bak peluru yang dilempar cuma-cuma. Victoria mengamati semua itu dari balik tirai di ruang tamu. Dia yang biasa tenang, kini tampak gelisah. Tangan kirinya memegang erat cangkir teh yang sudah dingin, se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status