"Tuh si ulat keket manggil kamu lagi, samperin sana, Arum bising dengan suaranya yang cempreng melingking pula" pintaku."Iya ...."Dengan langkah gontai Mas Ariel beranjak meninggalkanku yang tengah sibuk mengatur perlengkapan untuk ke Bali."Bali, bukankah sama dengan ...?"Segera aku mengambil ponsel dan mengirim pesan ke Ibu melewati aplikasi yang berlogo warna hijau.{Bu, Mas Ariel mau ke Bali besok jam 10 pagi, katanya hari Sabtu pagi baru dia balik.}{Wah, bagus itu, pokoknya besok ibu kesana setelah suamimu memang betul-betul berangkat, jadi ibu ada waktu untuk menyusun rencana kembali}{Oke, cuma kenapa ya Bu, pikiran Arum selalu ke Kiran pegawai Ibu yang baru, terus bukannya dia dan anaknya juga liburan ke Bali}{Apa kamu curiga sama Kiran, apakah dia wanita ke tiga suami yang kamu lihat di cafe kemarin}{Nggak tau juga sih Bu, cuma terlintas aja di pikiran Arum}{Kalau menurut Ibu, gimana}{Sebenarnya dari dulu Ibu memang agak kurang suka dengan Kiran tetapi melihat anaknya
"Sama dong, ada kamu di sini nanti ketularan penyakit darah tinggi juga," jawabku dengan ketus."Mah, aku ke kantor dulu ya, Rum jagain Raina aku sibuk mungkin aku pulang malam soalnya mau ketemu teman-temaku dulu di caffe.""Iya, Mbak biasa juga gitu.""Oh ya Mbak, kata Mamah itu obatnya sudah habis minta belikan lagi.""Obat apa Mah?" tanya Mbak Sukma yang bingung.Kulihat mereka bermain mata dan memberi kode satu sama lain."Oh ... itu ya Mah, nanti aku beliin lagi obatnya," jawabnya sedikit gugup."Memang obat apa sih Mah?" tanyaku pura-pura tidak tahu.Namun belum sempat menjawab Mbok Tini datang dari arah dapur dan membawakan sebuah botol kecil berwarna merah itu."Maaf Bu, tadi pas Mbok bersih-bersih di dapur saya menemukan botol ini, mungkin Ibu ada ke dapur mau minum obat ini tapi lupa bawa ke kamar," jelas Mbok Tini."Oh ya ini sudah yang Mamah cari, terima kasih ya Mbok, berarti nggak usah belikan obat ini lagi," sahut beliau dengan gembira."Obat apa sih itu, Bu?" tanya Ib
Gimana anakku Ran, sudah selesai atau belum soalnya aku ada janji mau ketemu orang jam 2 an.""Sudah beres dari setengah jam yan lalu, cuma katanya dia masih grogi nggak percaya gitu atas penampilan barunya, coba deh kamu bujuk dia keluar.""Oke.""Rum .... Arum, cepatan keluar toh nduk, ngapain ngeram kaya telur di sana, piye toh?""Katanya mau berubah, mau menunjukkan sama suamimu yang brekele itu kalau kamu itu juga cantik, pintar, ayo dong nanti bentar lagi mau ketemu Pak Alex 'kan, harus PD dong, masa calon pimpinan perusahaan katrok, nggak lucu'kan?""Duh, Ibu apaan sih, Arum jadi tambah grogi toh Bu.""Makanya, jangan di rumah terus, nggak terbuka tuh pikiran, sekarang kamu harus buktikan bahwa kamu mampu juga membesarkan perusahaan almarhum papah mertuamu toh, Nduk."Perasaanku bercampur aduk antara rasa bahagia, sedih, gugup, grogi, dan dendam atas perlakuan Mas Ariel terhadapku.Hanya karena harta warisan mereka memberikan cinta dan kasih sayang yang palsu, kini aku terjebak
Tatapan yang tajam itu mengingatkanku kepada seseorang yang pernah singgah di hatiku dulu."Baiklah kita fokus ke masalahnya."Saya salut dengan perubahan Nak Arum, iya kan Bu Sekar?""Iya Pak, saya juga sudah mendengar masalah ini, ternyata sampai seperti," jawab Ibu."Jujur saya masih bingung dengan masalah ini, apalagi selama 5 tahun ini tidak ada keretakkan sampai separah begini.""Saya pikir karena Arum setiap di tanya katanya nggak ada masalah, kalau dia ke rumah nggak pernah cerita walaupun dalam hati saya bahwa ada yang tidak beres dengan dia.""Ternyata mereka membuat Arum selalu menuruti keinginan mereka melalui ramuan yang di berikan oleh dukun.""Untungnya setiap mau tanda tangan peralihan harta ke tangan suaminya selalu tidak jadi, katanya ada saja masalah, heran juga saya Pak," terang Ibu kepada Pak Alex."Ini ada bukti dari rekaman suara dari mamahnya Ariel dan Lira.""Lira ... mantan kekasih Ariel?""Iya, Bapak kenal?" tanya Ibu."Maksudnya Lira Anggraini?" Pak Alex m
Aku masuk kembali di caffe itu, sengaja aku memakai kacamata hitam dan memakai masker agar penyamaranku tidak terbongkar, lalu kumencari tempat yang pas untuk mendengar pembicaraan mereka di samping.Tak lupa juga aku merekam semuanya dengan detail. Nasib baik memang sedang berpihak kepadaku.Sekitar setengah jam mereka mengakhiri percakapan yang begitu intens.Lira tak segan-segan memeluk mesra pria itu di depan umum."Apakah dia berselingkuh dengan pria lain?" gumamku."Kasihan kamu Mas Ariel, istrimu yang sexy itu telah berselingkuh dengan pria lain."Setelah mereka pergi dan hilang dari pandanganku, segera aku memesan ojek online.Kurang dari 10 menit ojek yang aku pesan telah datang.Sampai di rumah, kurebahkan tubuh ini yang seharian lelah mencari bukti. Untung saja mereka tidak ada di rumah, sehingga tidak ada yang tahu kalau penampilanku sudah berubah.Ibu datang menghampiriku di kamar dan bertanya kepadaku perihal apa yang kudapat dari mengikuti Lira."Bagaimana Rum, ada bukt
Sampai di ruangan Mas Ariel aku segera membukanya dan duduk di kursi kehormatan.Nuansa warna putih gading yang begitu indah masih sama sewaktu aku dulu pertama kali menginjakan kaki di kantor ini."Pak Wahyu saya minta data keuangan, sekarang, apakah ada masalah selama 5 tahun ke depan setelah Pak Ariel yang memegang kendali?""Maaf Bu, se ... sebenarnya setahun belakangan ini perusahaan sedikit mengalami masalah, bahkan hampir di nyatakan gulung tikar.""Banyak penanam modal sudah enggan berinvestasi di perusahaan kita lantaran Pak Ariel tidak menepati janjinya dan bila ada keuntungannya tidak di bagikan ke mereka sesuai perjanjian kerjasamanya," terang Pak Wahyu"Terus mengapa tidak di laporkan polisi saja dengan tuduhan penggelapan uang," tanyaku balik pada Pak Wahyu."Waktu itu hampir mau di laporkan polisi, tetapi Pak Ariel dan Bu Sukma memohon agar tidak di jebloskan ke penjara dan berjanji akan mengganti semua kerugian perusahaan.""Mengapa saya tidak di beri tahu masalah di
Pak Wahyu memberikan sebuah amplop putih panjang kepada MbaK Sukma."Apa ini Arum?""Buka saja, Mbak jangan malu-malu."Mbak Sukma membukanya dan seketika sangat murka setelah membaca isi surat itu yang menyatakan bahwa Mbak Sukma mendapat Surat Peringatan ke 3 yang artinya jika ketahuan telat lagi maka akan di pecat."Kamu sekarang berani sama saya, ada apa Arum, kenapa kamu ini?""Saya ini bukan karyawan biasa yang seenaknya kamu pecat begitu saja, saya juga berhak atas perusahaan ini, Arum," jawabnya dengan emosi."Memang Mbak Sukma juga ada saham di sini tetapi hanya 10%, Mas Ariel 20%, sedangkan saya di beri hak sebesar 70% untuk mengelola perusahaan, jadi saya berhak memutuskan siapa yang pantas atau tidak bekerja di sini."Jika tidak suka silahkan kalian ke luar dari sini tetapi jika ingin maju bersama dan memulihkan nama baik perusahaan ayo kita bersama-sama membangunnya kembali," jawabku dengan semangat.Para staf devisi karyawan yang hadir di ruang meeting itu saling berpand
Setelah selesai sholat Mr.L mengajakku makan siang, dia pun bertanya kepadaku."Kamu mau makan apa?""Maaf, aku sudah makan!""Kapan kamu makan?""Tadi aku buat acara syukuran di kantor sebagai hari pertamaku kerja di sana.""Terus apa yang kamu lakukan?""Bukankah kamu sudah lihat semuanya, kenapa bertanya lagi?" Sungutku."Darimana kamu tahu saya sudah melihatnya sendiri?""Karena kamu sudah memasang CCTV di kantor dan menghubungkannya lewat HP mu.""Bagus, ternyata kamu cukup pintar."Aku mendengkus kesal, padahal aku hanya asal ngomong ternyata itu benar adanya.Baiklah kita warung pinggir jalan saja, di perempatan jalan itu ada warung kecil, kata orang mie pangsitnya sangat enak.""Emmmh."Sampai di warung kecil, di sana cukup ramai sampai banyak orang mengantri untuk duduk."Aduh si Bapak sudah banyak pelanggan coba tempatnya si gedein gitu, kasihan mereka yang berdempet-dempet, nggak jelas banget, terus mau makan kaya apa tuh lihat masih antri, keburu nih?""Coba kamu lihat beg