แชร์

3. Nama Untuk Anakku

ผู้เขียน: Araya Noona
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-09-04 06:37:37

Happy reading....

Hera sebisa mungkin tersenyum tanpa beban saat kedua orang tuanya dan orang tuan Jayden datang berkunjung. Mereka terlihat begitu bahagia walau hanya bisa melihat bayi Hera dan Jayden dari balik kaca transparan. Bayi lucu itu masih dalam inkubator. Bahkan Hera sendiri masih belum diizinkan untuk melihat sang anak dari dekat. 

"Dia tampan sekali," puji Elvis, ayah Jayden merangkul bangga sang anak yang sedang berdiri di sampingnya.

"Tentu saja. Bukankah dia putraku?" kata Jayden juga ikut memuji bayi kecil itu mengundang tawa dari mereka semua.

"Jayden, Hera, apakah kalian sudah punya nama untuk bayi tampan kalian itu?" tanya ibunda Hera, Anne.

Jayden dan Hera saling menatap. Setelah kepergian Jayden hari itu dia tidak pernah datang ke rumah sakit untuk menjenguk Hera. Dia terlalu sibuk menghabiskan waktu bersama Elena dan juga mengurus pekerjaannya. Hingga dua hari berlalu, barulah dia datang bersama orang tuanya dan orang tua Hera. Itu pun karena terpaksa.

Hera dan Jayden tidak punya waktu untuk berdiskusi tentang nama anak mereka. Bahkan Hera berpikir Jayden tidak akan peduli sama sekali.

"Tentu saja."

Namun jawaban Jayden membuat Hera menatapnya bingung.

"Juan Xavier," lanjut Jayden.

"Wah! Nama yang sangat bagus, Jayden," kata Jane, ibunda Jayden.

Mereka semua tersenyum puas dengan jawaban Jayden. Namun tidak dengan Hera. Dia malah menatap tajam Jayden di sana.

Seharusnya aku yang memberi nama pada putraku, bukan pria brengsek itu. Jerit batin Hera. Dia tidak terima Jayden yang memberi nama pada anaknya. Walau tak bisa dipungkiri Jayden ayah dari anak itu. Dia juga punya hak.

***

"Jadi kapan kau bisa pulang, Nak?" tanya Anne seraya memegang tangan putrinya yang masih terlihat pucat.

"Hanya tinggal menunggu keadaan bayiku membaik, Ibu," jawab Hera tersenyum tipis.

Orang tua Jayden dan Jayden sudah pulang lebih dulu. Hera yakin jika Jayden tidak akan kembali lagi ke sana, jadi dia harus mempersiapkan jawaban jika sampai orang tuanya bertanya.

Anne mengelus pipi sang anak pelan. "Kau baik-baik saja, Nak?" tanya wanita itu dengan nada sedikit khawatir.

"Aku baik-baik saja, Bu. Memangnya kenapa?" Hera sebisa mungkin menyembunyikan rasa paniknya. Apakah sangat terlihat jelas jika dia sedang tidak baik-baik saja? Padahal Hera sudah merasa menyembunyikan masalahnya dengan baik.

"Tapi kau tidak terlihat seperti itu, Nak. Apa kau ada masalah dengan Jayden?" 

Naluri seorang ibu memang tidak pernah salah. Jika saja Hera sudah tidak memikirkan apapun, dia pasti sudah menceritakan segala apa yang diperbuat Jayden padanya. Namun Hera tidak bisa melakukannya membuat dia hanya memeluk sang ibu. Bersembunyi di balik tubuh wanita yang telah melahirkannya.

"Aku tidak apa-apa, Ibu. Sungguh. Aku baik-baik saja," lirih Hera mulai terisak.

Anne sangat tahu jika putrinya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tapi sebagai seorang ibu dia tidak bisa memaksa Hera untuk bercerita apalagi jika itu menyangkut rumah tangganya dengan Jayden.

Anne sebisa mungkin tidak ikut campur. Hal yang juga diminta pada besannya. Biarlah anak-anak mereka sendiri yang membereskan masalah mereka. Tapi jika mereka yang datang untuk bercerita, Anne juga tidak akan keberatan.

"Baiklah jika kau tidak ingin bercerita. Ibu hanya berharap agar kau selalu bahagia. Apalagi sekarang kau sudah punya Juan," kata Anne mengelus lembut rambut Hera.

"Iya, Bu. Hera juga selalu mengharapkan hal yang sama," kata Hera. Itu bukan hanya kata-kata namun sebuah doa.

Mereka mengurai pelukan saat mendengar suara riuh dari dua orang pria menghampiri ruang inap Hera. Itu suara Jayden dan Andrew, ayah Hera.

Hera dan sang ibu hanya tersenyum tipis melihat kedua pria itu masuk. Jika sedang berada dalam situasi seperti sekarang, Hera seakan lupa jika dia dan Jayden sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Mereka terlihat seperti keluarga besar yang bahagia. Penuh canda dan tawa. Hera terkekeh miris seperti sedang mengejek takdirnya sendiri.

"Sayang, kata dokter kau sudah bisa pulang lusa," kata Jayden mendekat ke arah Hera lalu mengelus rambut wanita itu lembut.

Hera mendongak. Tersenyum miring melihat sang suami dengan segala sandiwaranya. Mungkin jika Hera belum tahu kebusukan Jayden keadaannya pasti akan berbeda. Di mana dia akan sangat bersyukur memiliki Jayden bersamanya.

"Apakah anak kita sudah baik-baik saja?" 

Seperti Jayden, Hera pun memainkan perannya dengan baik.

"Ya, karena dia anakku jadi dia harus kuat," jawab Jayden.

Dalam tatapan Hera, Jayden sudah bisa menebak wanita itu sedang menyumpahserapahi dirinya dalam hati. Dan hal itu yang memang diinginkan Jayden. Hera terluka dalam permainannya sendiri.

"Dia memang harus seperti itu." Hera berkata penuh penekanan.

"Kalian ini membuat ayah dan ibu iri saja," kata Andrew menatap bahagia anak dan menantunya itu tanpa tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Jayden tiba-tiba merangkul Hera. "Kau tahu 'kan ayah jika aku sangat mencintai putrimu ini?"

Bullshit! 

"Tentu saja, Nak. Dan ayah juga yakin jika Hera pun demikian. Iya 'kan, Hera?" 

Dua pria itu menatap Hera menuntut jawaban. Dengan senyum tipis wanita itu mengangguk pelan. Mereka bisa saja tersenyum bahagia namun Anne tidak bisa tertipu dengan semua itu. Dia mengenal putrinya lebih dari siapapun.

Senyum yang dipancarkan Hera bukanlah yang sebenarnya. Ada sesuatu yang coba dia tutupi di balik senyum itu.

"Hera, bagaimana jika kau tinggal bersama ibu dan ayah beberapa hari ke depan?" 

Dan Anne tidak akan bisa diam saja melihat putrinya seperti itu. Dia harus mencari tahu. Walau dia harus tetap bersabar menunggu Hera mengatakan semuanya.

"Kenapa tiba-tiba ibu ingin Hera tinggal bersama ibu dan ayah?" tanya Jayden heran.

"Ibu sangat merindukan Hera. Lagipula menjadi ibu baru bukan hal yang mudah. Ibu akan mengajari Hera bagaimana caranya merawat bayi dengan baik," kata Anne. Itu adalah alasan paling masuk akal. "Bagaimana, Hera. Kau mau 'kan tinggal bersama ibu dulu?" tanya Anne menatap Hera.

Bagai sedang bersama dewi keberuntungan, Hera langsung mengangguk. "Tentu, Bu." Hera lalu menatap Jayden. "Bagaimana, Jay. Tidak apa-apa 'kan aku tinggal bersama ibu dulu?" tanya Hera.

Sial!

Jayden tidak punya pilihan lain. Jika menolak, alasan apa yang harus dia berikan.

Sekarang kau menang Hera.

"Baiklah. Jika memang itu yang kalian inginkan," jawab Jayden pada akhirnya.

To be continue....

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Nurhasan Dinomo
menarik sekali
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   125. Pernikahan Hera Dan Haidar

    Happy reading....Hari yang tunggu akhirnya tiba. Pernikahan Haidar dan Hera. Para tamu sudah mulai memenuhi tempat duduk yang disediakan. Pernikahan yang di gelar di luar ruangan itu terlihat begitu mewah nan elegan. Warna putih mendominasi tempat itu. Di ujung altar Haidar sudah terlihat sangat gagah dengan balutan toxedo warna hitamnya. Senyum tak pernah luntur dari wajahnya namun perasaan gugup juga tak bisa dihindari. Haidar sampai harus menarik napas lalu menghelanya beberapa kali untuk menetralkan degub jantung yang berpacu. Mengobrol dengan beberapa teman juga bisa mengalihkan sedikit rasa gugupnya.Tak jauh beda dengan Haidar, Hera yang terlihat sangat cantik dengan gaun mewah namun tetap terlihat elegan itu pun merasa sangat gugup. Mungkin ini adalah pernikahan kedua untuk Hera, tapi hal itu tak sedikit pun bisa menyingkirkan rasa gelisahnya. Mungkin karena dulu dia menikah karena perjodohan membuat Hera tak terlalu memikirkan pernikahan tersebut namun kali ini dia akan men

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   124. Semuanya Berubah

    Happy reading.....Semuanya beransur membaik setelah kejadian mengerikan malam itu. Viona terpaksa ditembak mati oleh polisi karena dianggap mengancam keselamatan Hera. Kejadian malam itu juga termasuk rencana para polisi. Mereka tahu jika Viona pasti kembali. Namun soal penembakan sama sekali di luar rencana. Mereka tidak menyangka jika Viona memiliki senjata. Dan satu-satunya jalan agar Hera tak lagi terluka, mereka harus membekuk Viona. Dengan menembak mati wanita itu.Sampai saat ini Haidar masih belum menyangka jika Viona kini telah tiada. Belum lagi dia harus meninggal dengan cara yang begitu tragis. Masih teringat dengan jelas dalam benak Haidar bagaimana Viona menyatakan cintanya di saat terakhir. Selama ini Haidar pikir Viona hanya bercanda soal perasaannya. Betapa wanita itu sangat mencintai Haidar. Namun apa yang bisa Haidar lakukan? Haidar hanya mencintai Hera dan tidak akan pernah mencintai wanita lain lagi. Walau itu berarti Haidar harus menyakiti wanita yang juga sanga

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   123. Viona Kembali

    Happy reading...."Selamat malam, Hera. Apakah kau merindukanku?" tanya Viona mengulas senyum miring. Terlihat begitu mengejek Hera yang hanya bisa berbaring lemah. Wanita itu merapikan helai rambutnya yang jatuh di pipi kemudian berjalan ke arah Hera."Aku kecewa karena kau masih saja selamat," kata Viona. "Apakah kau memiliki sembilan nyawa hingga bisa bertahan sampai sekarang?" lanjutnya bertanya.Namun siapa yang bisa menjawab. Bahkan Hera masih harus dibantu banyak alat medis yang hampir menutupi sebagian tubuhnya.Viona menghela napas panjang. Duduk di samping Hera seraya menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan."Kau begitu beruntung. Dicintai banyak orang," kata Viona dengan raut wajah sendu. "Terutama Haidar." Pancaran mata Viona tidak bisa berbohong. Dia begitu iri pada Hera. Wanita itu kemudian bangkit. Mengambil sesuatu dari dalam saku jaket yang ia kenakan.Sebuah pistol yang didapatkannya dari orang asing beberapa hari yang lalu. Barang ilegal yang sebenarn

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   122. Malam Yang Dingin

    Happy reading....Polisi terus melacak keberadaan Viona namun hingga tiga hari berlalu setelah kejadian naas itu, mereka tak kunjung menemukan wanita yang menjadi pelaku penculikan Hera dan Elena. Entah ke mana wanita itu kabur. Keluarga Hera dan Haidar juga sudah mengetahui semuanya. Shila dan Thomas adalah orang yang paling kecewa pasalnya mereka sudah menganggap Viona seperti anak sendiri. Awalnya mereka tidak percaya Viona akan berbuat hal sejahat itu namun setelah pihak kepolisian memperlihatkan video yang diberikan Elena, barulah mereka percaya.Shila sampai pingsan tak kuasa menerima kenyataan sosok yang dianggap seperti putrinya sendiri kini menjadi seorang kriminal."Hiks ... ini semua salahku. Aku yang telah gagal mendidik Viona," kata Shila terisak pilu. Thomas membawa tubuh Shila yang bergetar ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan istrinya itu."Ini bukan salahmu," katanya menepuk pelan punggung Shila.Sementara kedua orangtua Haidar larut dalam kekecewaannya, Haidar m

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   121. Tidak Akan Puas

    Happy reading....Tubuh Haidar gemetar hebat. Tangannya yang berlumur darah Hera masih belum ia bersihkan. Beberapa juga mengenai baju yang ia kenakan. Keadaan yang tak jauh beda dengan pria yang duduk di sampingnya, Jayden.Kini mereka sudah berada di rumah sakit. Tepatnya di depan UGD. Hera dan Elena yang terluka parah kini sudah ditangani oleh dokter. Keluarga Hera, Haidar dan Elena juga sudah berada di sana. Menunggu kabar putri dan calon menantu mereka.Tak lama kemudian, tiga orang pria menghampiri mereka."Selamat malam. Maaf mengganggu ... tapi kami harus membawa Pak Jayden ke kantor polisi," kata salah satu dari mereka.Mungkin karena sudah terlalu panik mereka jadi lupa jika Jayden masih berstatus buronan polisi. Pria yang sejak tadi menunduk itu kini mendongak. Jayden baru akan bangkit namun Haidar mendahuluinya."Tidak bisakah kalian menunggu sebentar? Istri Jayden sedang berada di dalam sana. Sedang sekarat!" kata Haidar emosi. Menurutnya para polisi itu tidak punya hati

  • Terjebak Pernikahan Yang Salah   Terimakasih!!

    Halo semuanya! Araya di sini. Terima kasih banyak yah udah mampir di ceritaku. Walaupun mungkin cerita ini masih jauh dari kata sempurna namun aku seneng banget jika cerita ini bisa menghibur kalian di sela-sela aktifitas sehari-hari. Aku juga gak nyangka jika cerita ini bisa dibaca sebanyak itu. Jujur aku gak pernah punya ekspetasi yang tinggi karena sadar akan kemampuanku yang belum seberapa. Namun melihat orang-orang menyukai karyaku itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku semangat membuat karya yang lebih baik lagi kedepannya Nantikan cerita-cerita lain yang aku publish di sini. Jadi tetap stay yah. Oke deh sampai jumpa dicerita lainnya

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status