Elyana menjawab dengan pelan, "Bukan seperti itu, aku hanya emmhhhh—"
Tiba-tiba, ucapan selanjutnya tertelan kembali ke dalam perut. David memegang wajah mungkin Elyana dan membungkam mulut itu dengan ciuman panas penuh provokasi. David tidak membiarkan gadis itu menyelesaikan ucapannya.
Di ruangan yang cukup sempit itu kini terasa panas dan sesak. Seorang pria gagah dengan dada yang lebar, duduk di atas kursi mobil dengan seolah wanita di bawahnya.
David terus menciumi bibir Elyana dan menyusuri luhur putih itu dengan bibirnya.
Entah waktu sudah berlalu berapa lama, David dan Elyana sudah ada di kursi belakang dengan posisi Elyana masih berada di bawah tubuh David. Pria itu menciumnya dengan satu tangan masuk ke bawah rok jeans milik wanita itu.
"Ahmmh, Dav-David!" desah Elyana disela ciuman panas mereka. "Ja-jangan ... ahhh!"
Elyana menahan tangan besar itu agar tidak berjelajah masuk semakin jauh ke dalam pakaiannya. Itu
Halo readers, terima kasih masih setia membaca "Terjebak Pernikahan dengan CEO". Semoga kalian semua terhibur ^_^ Jangan lupa untuk meramaikan kolom komentarnya, ya! Dengan komentar yang positif. Berikan vote-nya juga, ya! Makasih ....
Satu bulan sudah berlalu. Di pagi hari, Elyana menerima telepon dari Judis setelah ponsel barunya diaktifkan. Asisten pribadi Tuan Besar Louis tersebut mengabarkan bahwa Yuan Louis sakit hingga dirawat di rumah sakit. Mendengar berita itu, Elyana merasa sedih dan khawatir. Ia harus segera kembali ke kota Lyon untuk melihat keadaan kakeknya. Walau bagaimanapun, Yuan Louis adalah satu-satunya orang tua yang Elyana miliki saat ini. Ia tidak ingin sesuatu terjadi pada kakeknya. "Nanti siang, aku akan ingin ke Kota Lyon untuk mengunjungi seseorang. Mungkin, aku akan tinggal selama satu minggu di sana. Boleh, kan?" ucap Elyana pada David. David yang sedang menyantap sarapan paginya segera meletakkan garpu dan sendok di atas piring. Keningnya tiba-tiba mengerut ketika mendengar permintaan Elyana. "Ke Kota Lyon? Satu minggu? Mengunjungi siapa kau di sana?" tanya David dengan nada mengintrogasi. "Itu ... kerabat dekat," jawab Elyana sed
Di malam hari, Elyana masih berada di ruang rawat Yuan Louis bersama dengan Rosyana. Mereka melihat kakeknya sudah tertidur pulas di atas tempat tidur pasien, tidak ada yang berani untuk berbicara sedikit pun. "Ikut aku!" ucap Rosyana tiba-tiba, sambil menarik pergelangan tangan Elyana, berjalan keluar dari ruang rawat. "Eh, apa yang kau lakukan?" sergah Elyana. Tidak suka diseret keluar secara paksa. "Lepaskan tanganku! Aku bisa jalan sendiri." Ia menghempaskan tangan Rosyana, mengikuti langkahnya berjalan di lorong rumah sakit. Tiba-tiba langkah Rosyana terhenti. Dengan gerakan cepat mendorong tubuh Elyana, dan ditekan ke dinding. "Aahhhh," ringis Elyana, menahan sakit ditekan cukup keras oleh kakaknya. "A-apa yang kau lakukan, Ros? Lepaskan aku!" "Kau ... El, kabur dari rumah di hari pertunanganmu. Aku ... harus menanggung semuanya rasa malu. Baru bercerai dan sudah harus bertunangan kembali. Itu semua karena ulahm
"Elyana tunggu!" David melepas pautan bibir mereka. Menatap wanita itu dengan heran. "Ada apa denganmu? Apa benar ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?" Jika "Tidak", tidak mungkin Elyana seagresif ini. Wanita ini berinisiatif untuk memulai. Padahal, tidur pun mereka selalu terpisah, tidak pernah di atas tempat tidur yang sama karena Elyana selalu menolak. Tapi sekarang .... "Ti-tidak!" jawab Elyna gugup. Membuat David semakin curiga. "Hem, tidak?" "Iya, tidak! Tidak ada yang aku sembunyikan darimu." David mengangkat kedua alisnya, sedikit percaya dengan apa yang Elyana katakan. Mungkin wanita itu berinisiatif karena sudah siap dengan malam pertama mereka. David cukup senang jika itu benar. "Baiklah jika ini yang kau inginkan. Kau tidak bisa menyesal lagi," ucap David. Lalu, ia mulai turun dari atas t
Keesokan harinya. Pagi hari, di ruang rawat Yuan Louis sudah ada Elyana, Rosyana, satu orang asisten rumah tangga dan juga asisten pribadinya—Judis. Elyana meminta izin pada kakeknya untuk pergi keluar. "Awas, jika sampai kabur lagi, aku tidak akan memaafkanmu," ucap Yuan Louis dengan penuh peringatan. Ia belum rela, cucu kesayangannya ini pergi lagi dari rumah dan meninggalkan dirinya. Walau bagaimanapun, Elyana adalah nona kedua di keluarga Louis, ia tidak mengijinkan cucunya tinggal di luar, jauh dari keluarga. Itu tidak baik, baginya, juga bagi nama baik keluarga Louis. "Tidak, Kek! Aku bukan mau kabur." Elyana mendekat ke arah kakeknya. Menenangkan Yuan Louis dengan mengelus punggung tangannya. "Hanya ingin menemui seorang teman. Aku berjanji, sebelum Kakek diperbolehkan pulang ke rumah, aku tidak akan pergi ke mana pun." "Menemui seorang teman?" Tiba-tiba
David masih tidak mendengar panggilan Elyana. Ia terus berjalan sampai ke lantai bawah. Di luar gedung restoran pun, pria ity masih mengabaikan Elyana. "David! Tunggu!" Elyana tidak tahan. Ia berteriak cukup keras untuk menghentikannya. Akhirnya, pria itu mau berhenti. Elyana segera mendekatinya. "Ada apa denganmu? Apa kau marah karena kejadian semalam?" tanyanya pada David. "Jika kau marah, aku minta maaf!" Setelah keintiman yang mereka lakukan semalam, sekarang harus bertengkar .... Rasanya sungguh konyol. David hanya menoleh sekilas, menatap Elyana lalu memalingkan muka. Sama sekali tidak menjawab apapun. "David!" lirih Elyana. Ia tidak mengerti, harus bagaimana agar pria itu mau memaafkan dirinya. Elyana mendekat, ingin meraih tangannya untuk meminta maaf. Tapi pria itu mengangkat tangan untuk menghen
Rasa panas di tubuhnya kini semakin menjadi. Elyana panik juga sangat takut. Takut jika rasa panas dan gatal di tubuhnya ini disebabkan oleh obat yang tadi pria itu berikan. "Ah, bagaimana ini?" Bagaimana jika dirinya dimanfaatkan oleh ketiga orang itu? "Tidak ... tidak! Ini tidak boleh terjadi." Elyana terus menggelengkan kepalanya, mengusir semua pikiran buruk yang ada di kepalanya. "Aku harus segera melarikan diri," ucapnya dengan wajah merah, dan rambut yang sudah basah karena keringat. Elyana mulai mencari celah untuk melarikan diri. Ada sebuah jendela yang sangat besar di kamar itu, ia segera berlari ke arah sana. Matanya memeriksa setiap sudut jendela dengan teliti. Jendela tua itu sudah tidak memiliki kunci lagi, Elyana segera mendorongnya dengan kuat. Seketika, jendela bisa terbuka. Ketika jendela sudah terbuka lebar, ia bingung, bagaimana dir
Pagi hari, Elyana berbaring di tempat tidur pasien dengan mata yang masih terpejam. Kondisinya masih sangat lemah, karena semalam ia baru selesai menjalani operasi di kakinya. "Siapa yang mengirim Elyana ke rumah sakit? Cepat, cari tahu keberadaannya!" teriak Yuan Louis pada asisten pribadinya. "Bisa saja orang itu yang mencelakai Elyana hingga cedera." "Maaf, Tuan! Kemarin, setelah mengirim Nona ke rumah sakit dan membayar biaya operasi, orang itu segera pergi. Pihak rumah sakit memberitahu kondisi Nona Kedua karena melihat nama belakang pada kartu identitasnya," jelas Judis dengan yakin. Karena, hampir semua orang tahu bahwa Judis adalah asisten pribadi Tuan Besar Louis. Dan di kartu identitas Elyana, tertera nama Louis, membuat para petugas rumah sakit segera memberitahu Judis tentang kondiri Nona Kedua mereka. "Aish, sial!" maki Yuan Louis, kesal. "Mengapa setelah mencelakai Elyana, oran
"Tuan Alex?" gumamnya ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel. 'Mau apa dia menghubungiku?' Dengan enggan, ia menekan tombol hijau pada layar ponsel. "Halo, Tuan!" sapanya dengan pelan, khas para pelayan yang sedang menyapa tuannya. "Tuan, Tuan! Ini aku, Nosy!" sergahnya, membuat Elyana kaget. "Oh, Nyonya! Ada apa, Nya?" "Hey, pelayan jelek .... Untuk apa kabur dari rumah, hah? David bilang, sudah dua minggu kau kabur dari rumah. Apa kau ingin mencoreng nama baik keluarga Danu? Seorang istri kabur dari rumah, jika orang lain tahu, apa pandangan mereka pada keluargaku," sergahnya lagi dengan marah. Nosy sangat marah dan kesal, ketika menerima telepon dari David—tadi pagi, mengatakan bahwa putri mereka kabur dari rumah. Jika sampai David ingin menceraikan anak dari keluarga Danu, habislah Alex dan Nosy.