Share

Bab 3 Ketegangan di Ruang Rapat

Alland dan Vindy saat ini sedang berada di ruangan pertemuan, suasana di ruangan itu terasa dingin dan sunyi. Banyak sekali barang-barang mewah dan megah yang tertata rapi, belum lagi toples-toples cantik berisi kue yang menghiasi meja. Bunga Lily, Matahari, Mawar, dan Tulip juga ikut menghias agar ruangan itu terasa indah. Di dalam ruangan itu keduanya disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing, Alland dengan laptopnya sementara Vindy sibuk dengan berkas-berkasnya. Tak lama kemudian pintu ruangan diketuk dari luar, dengan tegas Alland menyuruh orang itu untuk masuk. Alland menatap Vindy yang sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya, pintu kemudian terbuka dan menampilkan sosok pria muda yang Alland kenal.

”bagaimana kabarmu, Alland?" tanya pria itu.

”Seperti yang kamu lihat, Aaron," balas Alland, "Bagaimana kabarmu sendiri?"

"Ya, diriku baik-baik saja. Aku kemari untuk mengundang dirimu makan malam di sebuah Restoran terkenal," ujar pria itu.

”Kapan itu?" tanya Alland dingin.

"Besok malam," balas Aaron.

"Jam berapa?" tanya Alland.

”Jam setengah delapan malam di Restoran Rose. Kalau perlu kau ajak juga kekasihmu itu agar dia bisa berteman dengan Anna," balas Aaron.

"Kau beruntung jadwalku kosong besok malam. Tentu saja aku akan mengajaknya karena dia harus selalu bersamaku kemana-mana," ujar Alland.

"Baiklah, Alland. Sampai jumpa besok malam dan aku akan kembali ke Kantor milikku!" tegas Aaron.

Alland hanya mengangguk dan pria itu akhirnya pergi dari hadapan mereka. Setelah kepergian Aaron, Alland menatap Vindy yang sejak tadi berdiri dan hanya diam tanpa bersuara.

"Jadi, Vindy. Apa penyebab kedua orangtuamu meninggal?" tanya Alland.

"Mereka mengalami kecelakaan, Tuan Harrison. Sampai saat ini jasadnya belum juga ditemukan," balas Vindy.

”Kecelakaan apa?" tanya Alland lagi.

"Pesawat terbang," balas Vindy pelan.

"Apa kamu tahu mereka naik pesawat apa?" tanya Alland.

"Ya, Tuan. Pesawatnya adalah JD2467," balas Vindy, "Mereka berencana pergi ke London, Inggris."

Alland mengangguk paham dan dia mengirimkan pesan kepada sahabatnya yang merupakan seorang Hacker terkenal.

"Siapa nama kedua orangtuamu?" tanya Alland.

"Arsene Daffano dan Vilia Marcella Daffano," balas Vindy.

"Baiklah. Aku sudah minta sahabatku untuk mencari informasi tentang kecelakaan itu. Saya akan mengabari kamu lagi nantinya," ujar Alland.

"Terimakasih, Tuan. Saya benar-benar bersyukur karena anda membantuku," ujar Vindy.

Alland hanya mengangguk dan tersenyum tipis, dia kembali fokus pada pekerjaannya.

"Tuan. Tuan Kevin sebentar lagi akan sampai. Tuan Rudolf baru saja mengabari,” ujar Vindy.

"Baiklah. Siapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk pertemuan kali ini," ujar Alland.

"Baik, Tuan."

Vindy pun pergi meninggalkan Alland sendirian di ruang pertemuan.

***

Vindy tidak bisa berhenti tersenyum di dalam lift menuju lantai paling bawah Perusahaan Harrison Corporation, dia mulai merasakan adanya rasa ketertarikan terhadap Alland Edbert Edric atau Erland Dallin Harrison. Detak jantungnya berdetak sangat kencang, saat berada satu ruangan bersama Alland. Vindy tidak menyadari bahwa pintu lift terbuka, banyak pasang mata yang menatap aneh kearahnya. Ada juga yang berbisik sinis satu sama lain dan memandang tidak suka pada Vindy, meski begitu banyak pasang mata yang memandangnya dengan tatapan ramah bersahabat.

"Vindy!" teriak seseorang dari kejauhan.

Vindy yang mengenali suara tersebut lagi melirik kearah gadis itu.

"Hai," sapa gadis itu dengan ramah.

"Erlina," ujar Vindy dengan nada lembut.

Gadis itu tersenyum dan langsung memeluk erat Vindy.

"Terimakasih ya," ujar Erlina.

"Terimakasih untuk apa, Erlina?" tanya Vindy bingung.

"Terimakasih karena kamu telah mengungkapkan kebenaran tentang Pak Gabriel dan Pak Keenan kepada Tuan Harrison. Pemilik Perusahaan Harrison Corporation dan aku mengucapkan selamat atas pengangkatan kamu sebagai Sekretaris pribadi Tuan Erland," balas Erlina.

Vindy terkejut bukan main dan dia hanya diam saja.

"Kenapa melamun? Aku lupa menceritakan siapa Pemilik Perusahaan ini saat pertama kali kamu bekerja," ujar Erlina.

Vindy hanya mengangguk dan tersenyum hangat.

"Terimakasih ya, Erlina. Berkat kamu juga aku menjadi Sekretaris pribadi dari sahabat baik Tuan Erland. Kamu jangan sedih ya Vindy karena kita akan berpisah, tapi aku akan mengatur waktu untuk bisa berkumpul denganmu," ujar Erlina, "Kamu tahu, Vindy. Kita juga akan berpisah dengan Vilia dan Elvira juga."

"Sama seperti kamu dan aku. Mereka juga akan menjadi Sekretaris dari sahabat baik Tuan Erland," ujar Erlina.

"Aku sangat bahagia mendengarnya," ujar Vindy.

Vindy memeluk erat sahabatnya.

"Jadi kalian bersahabat?" tanya seorang pria yang baru saja datang.

Keduanya tampak terkejut dan sontak menatap kearah pria, dengan balutan setelan jas formal berwarna hitam. Vindy menyadari siapa pria tersebut lewat nama tag yang tertera pada pakaiannya, Vindy langsung membungkuk hormat.

"Tuan X," hormat Vindy.

"X?" tanya pria itu heran.

"Silahkan, Tuan. Anda sudah ditunggu Tuan Erland di ruang pertemuan dan saya akan mengikuti dari belakang," balas Vindy.

Pria itu hanya menghela nafas panjang, bukan itu jawaban yang dia inginkan dari Vindy. Pria itu akhirnya pergi dari hadapan Vindy serta Erlina, Erlina mengisyaratkan untuk mengikuti pria tersebut.

***

Sesampainya di ruangan...

Erland mempersilahkan sahabatnya untuk duduk dan meminta Vindy untuk menyiapkan minuman dan makanan, agar selama perbincangan serius berlangsung. Mereka bisa menikmatinya tanpa harus menunggu lama, Erland adalah sosok Owner yang patut dijadikan motivasi.

"Apa dia Sekretaris pribadimu?" tanya pria itu.

"Ya. Ada apa?" tanya Erland dingin.

"Dia sangat unik. Baru kali ini aku dipanggil Mr. X," balas pria itu.

Erland mengangguk paham.

"Ya. Maka dari itu aku menjadikannya sebagai Sekretaris pribadiku!" tegas Erland, "Mommy juga sangat menyukainya dan berharap aku mengajaknya lagi, ketika nanti diriku mengunjunginya."

Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Lalu, gadis mana yang kamu berikan padaku untuk menjadi Sekretaris pribadiku. Apakah Erlina sahabat baik gadismu?" tanya pria itu.

"Ya, kau benar. Apa kamu mau membawanya langsung setelah kita selesai berbincang penting?" tanya Erland.

"Besok saja. Aku ingin melihat mereka menghabiskan waktu dahulu,” balas pria itu.

Tak lama kemudian Vindy datang membawa minuman dingin dan kue bolu.

"Kamu pergi kemana?" tanya Erland.

"Saya baru selesai membuat kue bolu," balas Vindy.

"Kamu bisa membuat kue bolu?" tanya Erland antusias.

"Ya, Tuan. Sejak berusia 15 tahun aku sudah bisa membuatnya termasuk makanan yang lembut lainnya,” balas Vindy.

"Saat ini kamu tinggal bersama dengan siapa?" tanya Erland.

"Saya tinggal bersama Nenek," balas Vindy.

Erland mengangguk dan tersenyum.

"Duduklah. Kita akan memulai perbincangan penting ini," ujar Erland.

Vindy hanya mengangguk dan akhirnya mereka berbincang-bincang dengan fokus. Disela-sela pembicaraan, Erland malah asik menikmati kue bolu buatan Vindy. Kini kue itu hanya tersisa beberapa potong lagi, Mr. X hanya diam dan tampak berdoa agar kue bolu itu tidak habis.

"Aku sudah kenyang. Xavier kau habiskan kuenya," ujar Erland.

Erland meminum jus lemon miliknya dan akhirnya perbincangan penting selesai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status