Share

Bab 6. Jace yang Gigih

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-15 02:11:28

Lima menit yang lalu Jovie terbangun dari tidurnya. Alih-alih menyambut pagi dengan ceria seperti hari-hari sebelumnya, saat ini dia sedang mengacak-acak rambutnya sendiri sambil berkali-kali mengumpat pada dirinya sendiri.

Semalam, dengan bodohnya dia meninggalkan kliennya sendirian di bar, sedangkan dirinya kabur setelah Jace berbisik padanya bahwa mereka berjodoh. Dia benar-benar melupakan ada klien yang harus dia temani dan menjadi tanggung jawabnya.

Sialnya lagi, Jovie baru mengingat hal itu ketika dia sudah berada di dalam apartemennya. Beruntung setelah itu Jace mengiriminya sebuah pesan bahwa kliennya sudah diamankan olehnya dan akan diantar ke hotel dengan selamat. Meskipun itu berarti, dia jadi memiliki utang budi lagi pada pria itu.

Sesampainya Jovie di hotel, dia sudah bersiap-siap untuk menghadap Corey untuk meminta maaf, karena telah meninggalkan kliennya di bar. Langkahnya pelan saat menuju ke ruangan pemilik hotel itu karena di dalam pikirannya sedang sibuk untuk mencari alasan yang tepat. Tidak mungkin Jovie mangatakan dia melarikan diri setelah mendengar ucapan aneh dari Jace.

Jovie masuk ke dalam ruangan Corey. setelah mengetuk pintu tiga kali. Saat wanita itu melangkah mendekati meja, Corey mendongak dan langsung berdiri.

“Jovie, kau baik-baik saja?” Corey memutar tubuh Jovie, membuat wanita itu kebingungan.

“Baik, tapi ada apa?” tanya Jovie bingung.

“Maafkan aku karena telah tanpa sengaja menempatkanmu dalam masalah. Semalam Jace menghubungiku. Dia menceritakan ada pria yang menggodamu dan sampai membuatmu terluka.”

Meskipun Jovie masih terkejut, tapi dia berusaha untuk tersenyum untuk meyakinkah Corey bahwa dirinya baik-baik saja.

“Tindakan Jace sudah tepat saat menyuruhmu untuk pulang lebih dulu. Aku harus mentraktirnya kapan-kapan karena dia telah membantu klien kita semalam dan membuatmu aman dari pria hidung belang itu.” Corey masih saja menyuarakan pikirannya tanpa memberikan kesempatan Jovie untuk bicara.

“Kau yakin baik-baik saja?” tanya Corey lagi.

Jovie tersenyum. “Tenanglah, Bos. Aku baik-baik saja. Jace terlalu melebih-lebihkan. Aku tidak terluka sama sekali.”

‘Justru dia yang terluka karena aku,’ batin Jovie.

“Syukurlah kalau begitu. Ada hal yang perlu kau sampaikan?” Corey kembali pada mode professional.

Secara teknis, tidak ada lagi yang perlu disampaikan oleh Jovie. Justru dia akan membuat  alasan Jace menjadi kacau jika dia meminta maaf, karena telah meninggalkan klien semalam.

“Tidak ada, aku hanya sedang memeriksa air di kamar mandi lantai ini. sangat tidak sopan jika tidak menyapamu. Kalau begitu, aku permisi.”

Corey terkekeh mendengarnya. “Baiklah, terima kasih untuk kerja kerasnya, Jovie. Kau memang tidak pernah mengecewakan.”

Dengan segera Jovie keluar dari ruangan Corey dan kembali ke ruangannya sendiri. Dia masih tidak percaya dengan sikap Jace yang mencoba untuk melindunginya lagi. Bahkan sampai Jovie masuk ke ruangannya, dia masih memikirkan hal itu. Dua kali dia diselamatkan oleh Jace dari kesalahan pekerjaannya, dan dua kali juga dia diselamatkan dari situasi buruk yang menimpa dirinya.

Kaki Jovie tak sengaja menendang kotak hitam yang masih tersimpan di bawah meja. Helaan napas terdengar sebelum dia meraihnya dan meletakkannya di atas meja.

“Benar, aku harus mengembalikannya,” gumam Jovie sambil mengambil ponsel yang masih berada di dalam tas. Beruntung, dia memiliki nomor Jace, karena di awal Corey sudah memberikan padanya.

“Selamat pagi, Tuan Sherwood. Maaf mengganggu waktumu. Bisakah aku berbicara dengamu sebentar?” ucap Jovie setelah panggilannya diterima.

“Tentu saja, ada masalah apa, Nona Montgomery? Apakah sepagi ini kau sudah merindukanku?”

Jovie mengernyitkan keningnya.

“Ada hal yang ingin kusampaikan, seharusnya aku bisa mengatakannya di telepon, tapi kurasa itu sangat tidak sopan. Bisakah kita bertemu sebentar hari ini?”

“Aku selalu memiliki waktu untukmu, Nona, tapi sayangnya, hari ini aku baru bisa menemuimu malam hari selepas jam makan malam. Apakah tidak masalah? Sebenarnya aku bisa saja membatalkan acara makan—”

“Baik, setelah jam makan malam adalah waktu yang sangat bagus. Di mana aku bisa menemuimu, Tuan Sherwood?”

“Harga diriku sangat tinggi untuk pertemuan dengan wanita cantik. Aku yang akan menemuimu di hotel.”

Jovie mengerutkan keningnya. Tidak ingin berdebat, akhirnya Jovie menyanggupi ucapan Jace. “Baiklah, aku akan menunggumu nanti malam. Terima kasih atas waktunya, Tuan Sherwood. Selamat pagi.”

***

Jace berdendang riang saat berjalan dari parkiran hotel yang berada di luar menuju ke lobby. Panggilan Jovie tadi pagi membuatnya mengira bahwa wanita itu mulai takluk padanya. Ucapannya semalam mengenai jodoh memang sangat jenius.

Satu pesan singkat telah dikirim ke Jovie begitu dia sampai. Saat kakinya melangkah ke lantai lobby, terlihat Jovie keluar dari lift sambil membawa kotak besar yang terlihat familiar di matanya.

“Terima kasih atas kirimannya, tapi kurasa aku tidak membutuhkannya. Aku kembalikan semuanya padamu.” Jovie menyerahkan kotak hitam itu pada Jace.

“Kenapa tiba-tiba kau kembalikan?” Jace merasa heran saat menerima kotak itu dari tangan Jovie.

“Bukan tiba-tiba, tapi aku memang sudah berniat untuk mengembalikannya dari beberapa hari yang lalu,” jawab Jovie tenang.

Jace melirik sebentar pada kotak itu. “Kau tidak perlu mengembalikannya, Nona Montgomery.”

Jovie tersenyum. “Aku tidak mungin memakainya, Tuan Sherwood. Jadi percuma saja kalau kusimpan. Aku takut malah membuat barang pemberianmu menjadi rusak. Meskipun begitu, terima kasih atas perhatiannya.”

Jace memiringkan kepalanya. Tidak ada gunanya untuk berdebat perihal kotak itu untuk saat ini. “Kau sudah makan?”

“Aku baru saja selesai makan saat menerima pesanmu.”

“Kalau begitu, mari kuantar kau sampai ke apartemenmu. Karena kita sudah bertemu, sangat disayangkan kalau tidak berbincang sebentar, bukan?”

Jovie sebenarnya enggan untuk menerima tawaran itu, tapi sepertinya hanya itu satu-satunya waktu yang bisa dia gunakan untuk mengucapkan rasa terimakasihnya.

Jace menutup pintu bagasi belakang untuk meletakkan kotak hitam yang tadi dikembalikan oleh Jovie, baru kemudian dia masuk dan duduk di balik kemudi. Sebelum menyalakan mesin mobilnya, dia menoleh sebentar dan tersenyum pada Jovie yang juga sedang melihatnya.

Saat mobil sudah masuk ke jalan utama Manhattan, Jovie mulai melirik Jace sebelum dia memulai berbicara.

“Tuan Sherwood, aku ingin berterima kasih karena kau telah membantuku berkali-kali.”

“Kau sudah berutang dua kali padaku.”

“Bagaimana caranya untukku membalas utang itu? Mauku traktir makan malam? Atau kau sedang menginginkan barang? Aku akan membelikannya untukmu.”

Jace menghentikan laju mobilnya karena lampu merah, kemudian menoleh pada Jovie dan menatapnya dalam. “Beri aku dua permintaan yang tidak akan pernah bisa kau tolak. Itu caranya balas utang jasa itu.”

“Permintaan apa itu?” tanya Jovie membalas tatapan Jace.

Jace menyeringai, dan kembali melajukan mobilnya. “Tidak sekarang, Nona Montgomery—nanti setelah aku menginginkan sesuatu, aku akan mengatakannya padamu.”

Jovie menyipitkan matanya. “Tapi ingat, aku tidak menerima permintaan yang aneh-aneh.”

Jace tertawa mendengar kekhawatiran Jovie. “Tenang saja. aku tidak akan pernah melakukan hal yang buruk padamu.”

Mereka sampai di depan gedung apartemen Jovie. Wanita itu segera turun dan sekali lagi mengucapkan terima kasihnya pada Jace. Tanpa menunggu Jace pergi, dia melangkah masuk dan segera naik ke unit apartemennya.

Sekitar lima menit setelah dia meletakkan tas kerjanya di atas meja dan membuka kulkas untuk mencari air minum, terdengar suara bel berdering. Meskipun sedikit aneh karena menerima tamu di malam hari, Jovie tetap mengayunkan kakinya cepat untuk membuka pintu.

Betapa terkejutnya dia saat melihat kotak hitam yang tadi dia kembalikan ke Jace sudah berada di hadapannya lagi. Jovie melongok dan melihat ke kiri dan kanan, tidak terlihat sosok Jace di mana pun. Pada akhirnya, dia mengambil kembali kotak itu dan membawanya masuk ke dalam apartemen.

Notes kecil terlihat direkatkan di atas kotak, Jovie mengambilnya setelah meletakkan kotak itu di atas meja.

Nona Montgomery,

Barang yang sudah kuhadiahkan tidah boleh dikembalikan. Simpan saja, suatu saat pasti akan berguna. Tidurlah yang nyenyak malam ini.

-Jace-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Lima – ENDING SCENE

    “Jovie, Kiddos! Bisakah kalian berkumpul di ruang santai sebentar?!” teriak Jace, sepulang dari kantor, di awal liburan musim panas yang telah dinantikan oleh keluarganya.Judith dan Jonan bahkan sampai hampir begadang semalaman karena merayakan hari bebasnya untuk libur selama musim panas. Jika saja Jovie tidak mengomel dan menghentikan paksa kegiatan mereka, sudah dipastikan bahwa mereka berdua tidak akan beranjak dari ruang bermainnya.Tak lama kemudian, Jovie yang sepertinya baru saja selesai mandi, berjalan tergopoh dengan wajah bingung. Rambutnya bahkan masih setengah basah, tidak sempat berlama-lama dikeringkan dengan hair dryer karena teriakan dari Jace. Sementara Judith dan Jonan, mereka berlari dengan tatapan antusias, bercampur dengan sedikit takut. Mungkin saja, hari ini mereka akan dimarahi oleh Jace karena semalam tidak segera tidur.“Ada apa, Jace? Apa ada masalah?” tanya Jovie waspada.Jace tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Hal itu membuat Judith dan Jonan sedi

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Empat

    Keluarga bahagia Jovie telah beberapa bulan ini tinggal di mansion. Sekarang, Judith dan Jonan telah memiliki halaman yang luas untuk bermain. Kamar mereka pun telah masing-masing. Selain itu, Jace juga memperkerjakan beberapa pelayan dan pengasuh pribadi untuk kedua anaknya.Hal itu membuat Jovie menjadi lebih banyak waktu bersantai. Seperti saat ini, ketika dia menemani Jace yang sedang berenang. Wanita itu duduk di kursi malas di pinggir kolam renang, bersantai sambil membaca novel.Setelah beberapa kali putaran bolak-balik, Jace naik dari kolam, menuju ke istrinya yang telah memandangnya sambil tersenyum.“Di mana anak-anak?” tanya Jace.“Sedang tidur bersama pengasuh. Dari pagi mereka membuat para pengasuh kewalahan karena harus menuruti keinginan mereka untuk camping dadakan di halaman depan,” jawab Jovie.Jace tertawa, membayangkan bagaimana sibuknya mengurus dua anak yang sangat aktif itu. “Kurasa mereka tidak akan bangun sampai sore nanti.”Jovie mengangguk setuju. “Tampaknya

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Tiga

    “Hei, Honey. Bisa minta tolong panggilkan Judith dan Jonan untuk makan? Dari tadi mereka terlihat sibuk di kamarnya. Makan siang sebentar lagi akan selesai,” ucap Jovie tanpa mengalihkan pandangannya dari wajan yang berdesis berisik karena potongan daging yang baru saja dia masukkan.“Sure,” ucap Jace.Hari minggu yang cerah, tidak ada jadwal yang mengharuskan mereka untuk pergi. Dari pagi Judith dan Jonan telah sibuk, entah apa yang sedang mereka lakukan. Sementara Jace menikmati waktu santai dengan melihat film dan sesekali bermain game di ponsel.Semenjak berkeluarga, dia benar-benar membuat hari minggu sebagai hari bebas kerja. Entah itu urusan pekerjaan kantor, ataupun urusan di klub. Dia hanya ingin fokus pada keluarga kecilnya.Jace mengetuk pintu kamar si kecil yang masih sharing bedroom. Saat pintu dibuka, Judith dan Jonan melonjak kaget, sambil berusaha menyembunyikan sesuatu di balik tubuh kecil mereka.Jace menyipitkan kedua matanya, kemudian menutup pintu dan mendekat pad

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Dua

    “This is for you, Mom,” ucap Judith, memberikan sebuah surat pada Jovie yang akan dibawa ke ruang operasi oleh perawat.Hari ini adalah jadwal operasi kelahiran anak kedua dari Jovie dan Jace. sementara Judith yang baru datang bersama dengan orang tua Jace, terlihat sangat antusias untuk menyambut kehadiran adiknya.“Apa ini, Sayang?” tanya Jovie, dengan nada lembut yang selalu dia ucapkan pada anaknya.Judith tersenyum, menampilkan gigi kelincinya yang lucu. “Untuk Mom agar semangat. Aku akan menunggu Mom dan adik bayi di sini.”Jovie tersenyum, sambil membuka lipatan kertas berwarna pink muda itu.*Mommy yang paling cantik, semangat ya. Judith tunggu adik bayi lahir. I love you, Mommy!*Senyum haru terukir di wajah Jovie. Dia kemudian merengkuh Judith, dan memeluknya erat. “Terima kasih, Sayang. I love you too.” Ucapnya, kemudian mencium kedua pipi Judith dan kening putrnya tersebut.Orang tua Jace mendekat, memeluk Jovie bergantian dan mengatakan untuk tidak khawatir. Jovie mengang

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Satu

    Kepulan asap tipis membumbung tinggi dari cangkir berisi kopi yang sedang dipegang oleh Jovie. Rutinitas pagi yang selalu dia lakukan di pagi hari. Menikmati morning coffe time di kursi balkon, sembari menunggu suami dan anaknya bangun untuk sarapan.Satu tangan menelusup lembut melalui belakang lehernya, mengalung dan menggantung di depan dadanya. Detik berikutnya, kecupan pagi mendarat di pipi dari Jace yang tidak pernah dia lewatkan selama lebih dari empat tahun pernikahan mereka.“Good morning, Nyonya Sherwood. Apakah tidurmu semalam nyenyak?” tanya Jace, bermanja di pundak Jovie.Jovie meletakkan cangkirnya di atas meja, lalu menarik Jace untuk berada di depannya. Pria tampan itu pindah, berjongkok dengan satu lutut sambil menatap penuh cinta pada Jovie. Meskipun pernikahan mereka telah berlangsung lama, tapi tidak memudar sedikit pun rasa cinta Jace pada istrinya tersebut. Bahkan, setiap hari bertambah lebih besar.“Tentu saja, Tuan. Kau membuatku tidur dengan sangat nyenyak,” u

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Bab 50. Perfect Ending

    “Bisakah sore ini aku ke tempatmu?” tanya Jace, dengan raut wajah serius dengan ponsel menempel di telinganya. Sementara sorot kedua matanya tetap fokus pada laporan penjualan yang tertera di layar monitor.“Oh, great! Aku akan ke sana sekarang. See you soon!”Jace menghela napas, kemudian berdiri dan menyambar kunci mobil yang tergeletak di dekat gagang telpon interkom ruang kerjanya. Langkahnya bergegas cepat, seakan sedang mengejar hal penting yang tidak boleh sampai dilewatkan.Tak lama kemudian, Jace telah sampai di halaman sebuah mansion. Helaan napas kembali terdengar, mengawali raut gelisahnya yang semakin terlihat. Meskipun begitu, kakinya terlihat tegas saat mulai memasuki pintu masuk mansion.“Kalian sudah berada di sini semua?!” Jace tak percaya melihat Zayn dan Andre yang telah duduk santai di sofa ruang santai.Kedua rekannya itu melambai singkat, tanpa beranjak dari posisi duduknya masing-masing. Dari arah dapur, Vintari menyapa Jace sambil membawa satu nampan penuh ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status